Over the rain

1.8K 84 1
                                        

Ditengah perjalanan yang padat akan macetnya kota jakarta. Turun hujan dengan deras. Berlomba - lomba membasahi tubuh para manusia.

Kami berteduh di emperan toko yang tutup. Hujan semakin deras, sedangkan perjalanan dari kami berdiri sampai rumah masih jauh. Apa lagi arfan yang harus berkendara beberapa meter dari rumahku.

"Ra, kedinginan?" arfan menyodorkan jaketnya yang masih bisa diselamatkan.

Tak terasa bibirku gemeletukan. Ah, baru teringat aku hanya memakai baju sekolah yang sudah tembus dan memperlihatkan tank top berwarna putihku.

"Lo gimana?" dapatku lihat tangannya mengusap tubuh berulang kali.

"Gue cowo, masih bisa nahan"

"Ga, mending lu sinian deh" arfan menggeser tubuh kearahku. Dengan cepat ku peluk lengannya dan menyampirkan jaket itu dipundak kami berdua walau tak sepenuhnya

"Lebih baik" aku tersenyum kearah arfan yang juga membalas senyumku.

...

"Ini kapan berhentinya fan? Udah 2 jam nih. Mana mau gelap lagi" aku mengadah menatap langit yang mulai gelap karena hari sudah malam.

Tanganku julurkan kearah depan menyapa derasnya hujan yang terpekik saat menyentuh kulitku.

"Entah, gue cuman takut orang rumah lu nyariin" aku hanya mengangguk membenarkan ucapannya.

Baju yang ku pakai berangsur kering seiring jam berlalu. Derasnya hujan berganti menjadi rintik - rintik yang menyerbu aspal tempatku berpijak.

"Udah cukup reda ra, pulang yuk?"

Arfan berniat bangkit sebelum lengannya ku tahan dengan memeluknya erat. Cowo itu menoleh kearahku sejurus dengan ku yang memberikan senyum manis penuh arti.

Tak buang waktu aku menarik arfan menuju genangan air hujan tadi dengan melompatinya.

Arfan yang terkejut hanya bisa menerima seranganku.

"Hahahaha, fan muka lo. Hahaha" arfan melongo menatapku, seperti terpana melihat sesuatu.

Aku menoleh kearah belakang mencari sesuatu yang dilihat arfan.

Tak ada, tak ada apa pun di belakangku. Kembali ku melihat arfan, suara byur membuatku kaget.

Sial, dia mengerjaiku. Dengan sigap ku kejar arfan. Jadilah kami kejar - kejaran macam film india.

"Gua bales lu fan" teriakku penuh tawa.

Hari yang menyenangkan bagi kami. Diiringin oleh suara tawa yang keluar dari kedua bibir kami. Ejekan dan teriakan yang bersaut - saut dengan rintik hujan, meninggalkan kami berdua. Berlari - lari kecil di emperan toko yang tutup.

...

Hachim..

"Hah, salah siapa coba. Malah main hujan - hujanan. Udah tau rintik hujan berpotensi membuat manusia sakit" bang dion terus mengomel selama mengompres dahiku.

"Ya kan gue.. Hachim... Terlalu menikmati.. Hachim... Suasana bang"

"Ga usah ngomong dulu deh lu ra" aku hanya mengangguk. Dan membiarkan bang dion pergi.

Pandanganku jatuh pada ponselku yang teronggok diatas nakas. Sedangku carger, tak berapa lama layar ponselku berkedap - kedip.

Dengan ke kepoan akut aku meraih ponselku, berharap orang itu yang memberi pesan.

Chat grup.

Yoshua: oi rin, kata si arfan pujaan hati lo. Lo sakit?

Vania: jijik, iya rin? Lo bisa sakit?

Rain: -_- menurut lu berdua?

Vania: berita besar, raina seorang siswi kelas 11 ipa 5 akhirnya tak masuk karena sakit

Yoshua: dia yang biasanya selalu mementingkan kesehatan. Sekarang jatuh sakit karena bermain hujan - hujanan bersama sang pujaan hati

Rain: najis lo berdua

Dengan malas aku mengeluarkan aplikasi chat, sampai mataku melihat tanda pesan masuk.

Harap - harap cemas membuka pesan itu.

Lo ga apa - apa ra? Maaf ya gara - gara gue lo sakit. Dan cepat sembuh.

Arfan

Secepat itu senyumku terkembang. Perasaanku lebih baik dari sebelumnya.

..

"Ra, bangun. Makan dulu sana. Terus ada temen lu yang nunggu dibawah" bang irgi datang dengan muka menyebalkannya yang tak berperasaan membangunkanku dengan cara seperti itu.

Aku hanya merenggut dan turun dari ranjang. Mencuci muka dan sikat gigi. Keluar kamar dan makan, menuruti perintah bang irgi sesuai apa yang ia katakan itu sudah kebiasaanku.

Bang dion lewat, berjalan menuju kulkas dan mengambil tiga kaleng soda.

"Buat siapa bang?" aku bertanya bingung. Jelas, aku sedang sakit dan tak boleh meminum soda. Bunda dan ayah tak suka soda. Kecuali dua kakakku itu, masalahnya itu ada tiga.

"Jangan lama - lama makannya, nyusahin aja" bang dion berjalan menghampiriku dan mengacak rambutku sekilas. Lalu berlalu menuju ruang tamu.

Oh, aku ingat perkataan bang irgi. Temanku? Siapa? Setauku kalau si vania atau si yoshua sih sudah menganggap rumahku seperti rumah sendiri.

Kalau ini?


-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-,-

Hai~

Kawanku lekas naik~

Keretaku tak berhenti lama~

Hahahhaa, ya ya ya. Akhirnya ya. Saya jadi juga. Apanya dah. Abaikan

Yaudah, setelah membaca bisa pencet vote or comment wkwk *mau bingits ini mah*

Selamat bertemu di cerita selanjutnya. Bahayyyy ~

Daybreak RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang