Pengganti pujaan hati

1.2K 63 0
                                    

Hari yang melelahkan, setelah rasa takut itu kambuh lagi bang irgi terus memelukku dan berujar 'lo ngga sendiri' berulang - ulang sampai tangisku reda. Tanganku tak gemetar lagi.

Semua itu terasa begitu mengerikan untukku. Aku menghela nafas lagi sejak tadi. Mataku terpaku pada satu titik dimana motor bang irgi menghilang ditikungan.

"Udah ra, jangan sedih gitu. Kan ada abang yang gantiin irgi"

Aku memutar kedua bola mataku jengah. Apa - apaan, tak mungkin aku curhat pada mahasiswa yang mengambil jurusan perbisnisan itu. Entahlah, aku tak mengerti.

Lebih baik aku bercerita pada ayam tetangga yang sering mengeram telur.
Menggelikan.

"Yah yah yah, ditinggalkan" aku mendengus mendengar suara bang dion masih saja. Bagaimana bisa ia menjadi kakak tertua dikeluarga ini? Sedangkan tingkahnya kekanakan sekali. Lebih cocok bang irgi menurutku.

Aku berjalan menaiki tangga, jam masih menunjukan pukul 2 siang. Apa yang aku harapkan dari bang dion. Bodoh, ia pasti akan pergi dengan teman - temannya. Huft, bosan.

Ting nung

Melirik sekilas ponselku yang teronggok manis di karpet berbulu yang kemarin dibelikan bang irgi.

'Jomblo mengenaskan grup'

Dahiku mengerut, sejak kapan aku punya grup macam ini.

Vania sent - Jomblo mengenaskan grup

What the...?!

Yoshua sent - jomblo mengenaskan grup

Vania sent - jomblo mengenaskan grup

Arghh~

Jengah aku melihat itu semua. Tanganku membuka lock pada ponselku.

Vania : woy

Yoshua : apeh?

Vania : bosen nih gue (_ _')

Raina : siapa yang nulis nama aneh - aneh gitu sih-,-

Vania : yoshua

Yoshua : gua

Raina : alay lu

Ting nung

Haris sent you messaging

Hah? Haris?

Haris : ra, jalan yuk? Gue bosen dan ngga ada temen. Mau ya, nanti gue jemput

Raina : oh, kapan. Gue ayo aja

Haris : jam 3 gue sampe

Raina : oke

Aku tersenyum kecil, mungkin ini akhirnya. Walau terlihat bodoh, kenapa mesti menyerah sebelum perang?

Karena bagiku, walau aku lebih hebat sekalipun dari dia. Tetap saja yang memilih sang raja. Bukan selir macam aku dan dia.

Ah, aku mulai melantur. Kututup kedua mataku dengan tangan sepagai penutupnya. Tubuhku berbaring diatas ranjang. Dengan lagu terputar secara acak. Menemani 1 jamku menunggu haris.

Nyaman, rasanya belum pernah setenang ini fikiranku.

Tok tok tok

"Ya?"

"Ada temen kamu tuh dek"

"Oke"

Aku bangkit dan melihat jam, perasaanku saja atau memang haris datang lebih cepat setengah jam. Sudah lah, aku meraih tas jansportku. Melihat didepan cermin. T-shirt putih, kemeja flanel, jeans denim, tas jansport, sepatu converss. Sipp, aku membuka pintu dan terlihat bunda berjalan melewati kamarku.

Daybreak RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang