aku menyumpah sarapahkan vania dan yoshua yang malah kabur meninggalkanku bersama pak juntak. sialnya nasibku, mengeram dan mendumal tak jelas.
berjalan keluar dari gedung kelas 10 melewati lapangan yang mulai panas oleh terik matahari. ah, sial.
aku menunduk menatap sepatuku. kaus kaki yang malang. setelah ketahuan aku dibawa keruang BK dan harus menulis bahwa aku telah melanggar peraturan dan sialnya kaus kakiku ikut disita sebagai barang bukti.
padahal ini minggu ujian, dasar bapak disiplin. kembali menggerutu, ah mengapa hari ini begitu menyebalkan.
"woi, cemberut aja"
vania datang dengan tangan memegang cone ice cream mataku berbinar terang ou ou ou sepertinya ada yang mau menyogok.
"kenapa lu liat es krim gua gitu" aku tersenyum misterius.
"nih, jangan ambil bagian si vania" yoshua menyodorkan cone ice creamku, rasa vanilla. buru - buru aku raih dan memakannya lahap. eumm, yummy.
yoshua terkekek pelan. tak perduli, yang penting es krim vanillaku. tiba - tiba seseorang berdiri dihadapanku. aku berhenti dan mendongkak, haris.
tengah menyodorkan susu strawberry padaku."gimana jawabannya ra" haris menusukkan sedotan pada permukaan kemasan susu lalu kembali menyodorkan padaku dengan seulas senyum manis.
"jawaban?" aku menoleh kearah vania. ia menatapku meneliti, aku hanya memberi senyum maaf saja.
ingatanku kembali saat kepulanganku dari villanya haris....
"udah sampe ra" aku menatap sekitar, sudah di depan pagar rumah. tersenyum kearah haris "makasih ya, buat hari - hari yang lo kasih.. bye" tanganku terangkat ingin membuka pintu mobil.
mobil? ya, karena abang protektivku itu kakaknya haris meminjamkan mobilnya untuk memulangkanku. begitu baiknya.
"ra"
"ya" aku menoleh melihat haris yang menatapku intens.
"lo single kan?"
"hah, iya. terus?"
"gua juga single"
hah?
aku terdiam, terus kalau dia single kenapa? mau pamer apa?
"lo single, gua single... single + single jadi double"
aku menggkerut memikirkan apa yang dimaksud haris.
"lu mau ngga jadi double.... sama gue"
aku melotot, terkejut apa yang ia katakan. single + single jadi double... aku + dia jadi kita. oh my god, aku berkedip - kedip bingung. memikirkan jawaban yang pas, haris kembali tersenyum.
"jangan dipikirin, jawabnya pas setelah uts aja... sana masuk, belajar yang bener"
aku hanya mengangguk dan mengangkat tanganku sebagai salam perpisahan lalu keluar.
"jawaban ya?" aku meraih susu strawberry dari tangan haris setelah es krimku habis. yoshua memberiku tissue.
"anterin gua pulang dulu" aku menyengir kearah haris yang dibalas dengan mengacak - acak rambutku. ia tersenyum dan mengangguk.
"ayo"
"yes" aku menarik lengan haris dan merangkulnya "bye - bye chili" tertawa aneh dan meninggalkan yoshua bersama vania yang melongo.
apakah aneh aku berdekatan dengan haris apa lagi terjadi skinship. kami berjalan kearah parkiran motor diselingi dengan canda tawa.
"badan lo anget ra" tangan kananku memegang dahi "iya kah?" aku menoleh kearah haris, menatapnya yang juga menatapku. tangan kirinya terjulur memegang dahiku. ia mengangguk dan tersenyum culas.
tangan kiriku masih setia merangkul tangan kanannya. mungkin karena sakit aku menjadi manja, entahlah.
"mereka pacaran?"
"anjir iya lu, serius"
"tapi serasi sih, haris si ketua basket dan raina si ketua padus"
"tapi menurut gua dia cocokkan sama Oyuju anak cheer loh"
"ih, dia kan ngga popular lagian dia tuh bukan pemain inti cheer"
"bla bla bla"
aku menoleh kearah sumber suara "kenapa ra?" kembali menoleh haris yang menatapku bingung. kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya.
"ngga, itu ada yang gossip. tapi volume suaranya macem toa masjid" haris terkekek. aku hanya tersenyum dan menatap kearah depan. senyumku pudar saat melihat arfan menatapku dengan pandangan yang tak terbaca.
tanpa sadar aku berhenti untuk beberapa saat sampai haris menyadarinya.
"ayo ra, lo lagi sakit.. butuh istirahat"
aku tersenyum dan mengikuti langkag haris, membiarkan arfan tetap mengikutiku dengan pandangannya.
...
"makasih ya, jangan lupa besok ajak gua jalan - jalan. tapi lo yang bayar" aku mengeluarkan cengirku. yang dibalas haris mengacak rambutku. ah, selalu saja.
"jadi..?"
"jadi?" aku menatap haris bingung. apa yang 'jadi?' aneh. apa aku melupakan sesuatu?
"pertanyaan gua?"
oh
aku menggaruk kepalaku bingung. apa yang harus aku jawab? jelas - jelas aku sukanya hanya pada arfan. aku menghirup oksigen sebanyak - banyaknya. perkataan vania terlintas diotakku.
ikuti kata hati, karena hati selalu benar
aku menatap haris, tersenyum dan
mengangguk "iya, ayo bantu gue agar melihat kearah lo aja"
haris berdiri dan berjalan mendekat kearahku. memelukku erat, "makasih ra, gua akan berusaha semaksimal mungkin" aku mengangguk dan membalas pelukkan haris.
kenyataan yang kita harapkan tak sesuai yang kita dapatkan.
mungkin ini lah saatnya aku move dan hanya melihat haris. seseorang yang memperjuangkanku mati - matian.
carilah laki - laki yang mencintaimu sedemikian rupa, dan jauhilah laki - laki yang hanya karena suka. sesungguhnya laki - laki yang mencintaimu akan melakukan apapun demi kamu bahagia.
apakah ini akhirnya? aku bersama haris dan melupakan arfan?
mengapa perasaanku berkata tidak.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
hai aiem balik, oi baper oi~
iya deh, ini cerita makin pendek aja. maapkeun dah~
saiia lagi krisis inspirasi. butuh jalan - jalan hahahaha. huhuhu, tunggu chap selanjutnya yoi, mungkin agak lama.. bcs, saia lagi kekurangan inspirasi.. tapi mungkin juga ngga hehehe... suka gitu saya mah...
yaudah sampai ketemu di lain waktu. jan lupa vomment^^v
bhay~
KAMU SEDANG MEMBACA
Daybreak Rain
Roman pour AdolescentsHidup itu tak selamanya mulus, semulus jalan tol. bahkan jalan tol saja ada lika - likunya. sama seperti kehidupan, entah itu percintaan atau pun masalah sosial lain. seperti takdir yang mungkin tak bisa kita ubah. tapi, ketetapan hidup itu tergant...