Cinta tak begini

1.4K 76 0
                                    

Lumpuhkan lah ingatanku, hapuskan tentang dia. Hapuskan memoriku tentang dia.

Aku melirik vania yang tengah menyanyi dengan mimik muka memelas yang minta diberi sumbangan makanan.

"Kenapa lu ni?"

Hilangkan lah ingatanku, jika itu tentang dia. Kuingin lupakan dia.

Aku melirik yoshua yang berada disampingnya. Tengah asik memakan siomay dengan jus mangga disampungnya.

"Dia kenapa su?" yoshua mendongkak malas. Merasa acara makannya terganggu oleh pertanyaanku. "Lu sih galau mulu, sampe nulis pm i'm fine, thank you taunya masalah sendiri doang"

Aku merengut kesal dengan cepat kuambil jus mangga milik yoshua. Mukanya yang menganga melihat jus mangganya raib dari hadapannya.

"Ah, rin lah. Beli aja napa sih" aku terkekek pelan

Dulu memang kita saling bersama, ku mengira tulus dalam kata. Caramu yang membuat diriku jauh, kecewa didalam hatiku.

Aku melirik vania sekilas lalu melotot meminta penjelasan pada yoshua. " rio, biasa nomaden"

Hah?

Entahlah, bahasa yang dipakai yoshua suka diluar jalannya. Kata - katanya yang terlalu tinggi. Kantin yang ramai tak membuat vania berhenti bernyanyi.

Cinta tak begini, selama aku tau. Tetapi kulemah karena cintaku padamu.

Suara vania yang sudah seperti toa masjid membuat terdengar mengalahi bisingnya kantin yang ramai.

Kuingin kau tau isi hatiku, kaulah yang terakhir dalam hidupku. Tak ada yang lain, hanya kamu. Tak pernah ada, takkan pernah ada.

Hampir semua mata menatap vania bingung. Segerombolan anak laki - laki di ujung kantin menatap vania dengan alis terangkat.

Sungguh aku tak bisa, mengapa kau benar dan aku selalu salah.

Tiba - tiba rio datang menghampiri segerombolan anak laki - laki yang sedari tadi menatap vania. Sedangkan vania berhenti bernyanyi dan tengah sibuk dengan siomay milik yoshua.

"Ni, akh siomay gua woy" kesal yoshua. "Jangan diabisin, jus gua udah diembat. Sekarang siomay, mirisnya hatiku" aku melirik yoshua malas, berlebihan dasar.

"Ra, nanti latihan padus ya" aku menoleh, rena. Datang bersama sohibnya, rara. Aku hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Lu padus 'lagi' rin?" yoshua bertanya dengan menekankan kata lagi pada kalimatnya. Aku hanya memutar bola mata malas, lebay menurutku. Vania, masih merampok makanan yoshua.

Aku mengembalikan jus mangga yoshua yang sudah hampir habis. Dan menaruh kepalaku dilipatan tangan. Lelah rasanya. Sudah hampir 1 minggu dari aku berbicara dengan arfan. Entahlah, dia semakin menjauh.

Hah~

"Kenapa lu rin? Arfan?" Aku mendongkak menatap yoshua yang bertanya. Tersenyum lalu menggeleng pelan.

"Jangan bohong, walaupun gue lagi galau sekarang. Gue tau apa yang lu rasain" aku melihat vania dengan risingan pelan. Menarik nafas pelan, "arfan jadi aneh" aku mencicit pelan.

Suaraku yang kecil dan ramainya kantin membuat vania dan yoshua tak dapat mendengar apa pun. "Hah? Kenapa? Lu ngomong apa?"

"Arfan berubah, jadi aneh"

Yoshua dan vania tampak gelagapan. Seperti ada yang mereka sembunyikan, bathinku. Mulutku hampir terbuka sampai pada..

Tett tett

Daybreak RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang