"abang ngapain disini? katanya balik ke kostan" aku menatap bang irgi keki. sial, ditipu rupanya.
bang irgi mentapku tanpa ekspersi. terlihat seperti memikirkan sesuatu. aku berdiri berkaca pinggang dihadapannya. menatap bang irgi meminta penjelasan.
"eumm, gimana ya" aku memutar kedua bola mataku malas. apa - apaan jawabannya itu. mulutku sudah terbuka ingin memborbardir bang irgi sebelum "ra, yang sopan ini ada temen abang"
ah..
aku melirik kakaknya haris yang menatapku geli. gosh, betapa memalukannya aku. aku tersenyum meringis dan mengangguk kecil sebagai salam kenal.
"awas lo bang" desisku sebal. haris berjalan kearahku dan meremas kedua pundakku "ini kak, raina. temen haris" aku tersenyum -lebih manusiawi sekarang- kearah kakaknya haris.
"oh raina..." ia mengulurkan tangan yang aku balas "dewa, kakaknya haris dan pasien abangmu"
eh?
aku menatap bang irgi. maksud perkataannya apa?
"oh, maksud saya. abangmu ini konsultan saya"
"kakak gue tuh gila kerja ra, suja setres gitu. jadi dia minta kakak lo jadi konsultannya" aku terdiam, kemudian mengangguk mengerti.
.
.
.aku menguap lelah, jangan - jangan ini gejala sakit lagi. mataku terasa berat, rasanya semua mengabur.
"oi, ra bangun belajar sana" mataku terbuka sedikit, terlihat bunda menepuk - nepuk pipiku pelan."ngantuk bun, nanti aja bangun rada pagian"
rasa lelah tak bisa kuhiraukan, setelah pulang dari villa haris mengantarku kerumah. sedangkan bang irgi pergi kekostannya betulan. ia mengamanatkanku untuk tak memberitahu bunda dan ayah. sedangkan bang dion itu yang menyarankan kakaknya haris pada bang irgi. sungguh membingungkan.
perlahan mataku mulai lelah dan tertidur, sepertinya besok adalah hari yang melelahkan.
brakk
aku terbangun, menatap kamar dengan mata setengah terbuka. suara apa itu? mataku melirik sekitar, tak ada yang mencurigakan. mataku beralih menatap kearah lantai. terlihat jam bekerku terongkok dibawah dengan suara yang nyaring.
tanganku meraih jam beker merahku. ah, baymax kesayangan. mataku melirik sedikit kearah jam.
06:25
shit, aku meloncat turun dari ranjang. ujian hari pertama dan aku telat. aku lari terbirit - birit, oh my mana belum belajar. matilah aku.....
aku meraih tas dan jaket dengan terburu - buru.
brakk
oh tidak, aku menoleh kearah meja. apa yang jatuh, biarkan sajalah. kembali melirik jam tanganku.
07:08
sial, aku berlari turun dan mendapati kedua orang tuaku dan bang dion tengah menyantap sepiring nasi goreng telur. terlihat tenang sekali, bukannya ayah sudah tak ada jam segini.
"loh, kok belum berangkat yah. ini udah jam 7 lewat loh"
ayah menoleh menatapku yang berdiri ditangga bingung. bunda pun merenyit, apa ada yang salah dengan pertanyaanku?
"kamu ngomong apa, ngigo ya? mau ujian jangan dibawa susah ra"
hah?
"ih serius nih kalo ngga percaya" aku menyodorkan jam tanganku pada ayah. ayah melihatnya sekilas dan terdiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daybreak Rain
Teen FictionHidup itu tak selamanya mulus, semulus jalan tol. bahkan jalan tol saja ada lika - likunya. sama seperti kehidupan, entah itu percintaan atau pun masalah sosial lain. seperti takdir yang mungkin tak bisa kita ubah. tapi, ketetapan hidup itu tergant...