Sejak saat itu aku terus bersama Dave.
Maksudku Kinal.
Aku terus bersamanya dari taman kanak kanak hingga menginjak kelas 3 sekolah dasar.Kita terus bercerita dan bermain bersama hingga ia seakan akan melupakan PlayStationnya.Aku terus memintanya untuk berada di dekatku tapi ia tak mengapa dengan itu.Aku seringkali takut jika ia tidak memasuki kelas sehari saja.Ada banyak ancaman di sekitarku yang rasanya tak mungkin bisa ku hadapi tanpanya.Ia selalu mendorong dan membentak siapapun yang menggangguku hingga pada suatu hari ia pernah dihukum seorang guru karena itu.
Aku terus merasa bersalah dengannya namun aku juga tak bisa apa apa untuk menolongnya.Aku terlalu lemah untuk bisa bangun sendiri.
"Apakah kau bisa mengantar kami dan sepeda kami ke arah sana?"Tanyanya ke pemilik mobil yang berhenti.
"Tentu.Ayo naik"
Kinal segera menghampiriku lalu membantuku bangun dan berjalan ke mobil.Pemilik mobil menaruh sepedaku di bagasi.
Di dalam mobil aku duduk di samping Kinal di kursi belakang.Aku terus memegang tangannya untuk mencoba menahan tangisku.Aku taruh kepalaku di pundaknya sambil gigiku gemeretak.Aku sungguh tak bisa menahan tangisku karena lukaku.Aku memukul mukul lengan Kinal karena tidak tahan menahan perih luka di lututku.
"Menangislah Ve jika kau ingin"Ucap Kinal lalu memelukku.
"Ini sangat sakit"Ucapku dengan air mata yang membasahi bajunya.
Beberapa menit kemudian kami pun sampai di rumahku.
Aku segera masuk ke dalam rumah.Luka ku dan luka Kinal segera diobati.Aku melihat luka di lutut dan siku Kinal.Dan yang pasti lukanya lebih lebar dari luka milikku.Namun ia sama sekali tak menangis.
Aku sungguh sedih ketika ia berpamitan pulang.
"Apakah kau mau ku telpon mamamu?"Tanya mamaku.
"Tidak perlu.Aku akan pulang sendiri.Ehm...Maafkan aku.Karenaku Ve jadi terluka"Jelasnya membuatku semakin bersedih.
"Tinggallah disini!"Sahutku.
"Aku harus pulang Ve.Maafkan aku"Jawabnya membuatku air mataku mengalir lebih deras lagi.
Ku tak henti hentinya menangis mengiringi langkahnya menuju pintu rumahku.Ingin rasanya aku turun dari sofa lalu berlari ke arahnya dan tidak membolehkannya pergi.Namun apadaya?Saat aku jatuh saja,aku tak mampu berdiri sendiri.
*Kinal POV*
Aku terus berjalan dengan langkah gontai.Aku terus merutuki diriku yang tidak becus mengendarai sepeda.Aku terus berkhayal.Aku terus berkubang pada kata 'jika'
Jika saja aku tidak jatuh,kita pasti sampai di rumah pohon itu.Kita akan bercerita tentang Batman dengan ditemani angin yang berhembus tenang menerpa jendela rumah pohon dan sedikit membuat bagian atas rambut kami berantakan.
Aku mengetuk pintu rumah lalu tak berapa lama mama membukakan pintu.
"Aku dengar kau jatuh dari sepeda.Mengapa kau tak mau Mama menjemputmu?"Tanya mama yang sangat khawatir terhadapku.
Dapat ku rasakan jika mataku mulai memerah.
"Aku..Aku...aku membonceng Ve"Ucapku tersendat sendat.
"Lalu kami terjatuh"Tambahku yang pada saat itu tangisku langsung pecah.
Aku langsung memeluk mama.Mama terus membelai rambutku untuk menenangku.
"Ve terluka karenaku"Ucapku sambil terus menangis dan merasa bersalah.
"Tak apa Dave.Kau tidak sengaja"Jawab mama.
"Tapi itu tetap membuatnya terluka"
"Tak apa Dave.Jangan menangis.Kau harus sembuh agar dapat mengunjunginya lagi"Ucap mama lalu menggendongku ke dalam.
Sekarang aku duduk di sofa sambil memandangi kartun Batman yang terasa membosankan sore ini.Aku mematikan televisiku.
"Kenapa Dave?Bukannya kau menyukai kartun itu?"Tanya mama yang baru datang dan membawa makanan untukku.
"Membosankan"Jawabku singkat.
Aku merasa takut jika Ve akan menjauhiku karena aku membuatnya terluka.Aku juga takut tidak bisa melindunginya jika aku akan demam karena luka ini.Aku takut jika Phil akan menggoda Ve.Aku takut jika Naomi terus mengejeknya jika aku tak ada di dekatnya.Aku sungguh takut akan hal itu.