Aku berada di sebuah ruangan dengan pencahayaan yang sangat dan bercat putih.Aku tak akan panik lalu bertanya dimana diriku.Itu konyol.Aku tidak terlalu banyak menonton drama bodoh yang ada di televisi.Aku dapat mengetahui bahwa sekarang aku sedang berada di rumah sakit.
Tiba tiba pintu itu mulai bergerak,tanda seseorang akan masuk ke ruangan ini.Ku harap ia adalah seseorang yang menyelamatkanku.
Pintu itu terasa bergerak sangat lamban.Aku sangat tidak sabar melihat siapa gerangan yang membawaku kemari.
Saat pintu itu terbuka sepenuhnya,realita tak sesuai dengan ekspetasiku.Ternyata itu hanya seorang suster tanpa diikuti oleh siapapun di belakangnya.Aku hanya dapat menghela nafas
"Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan kepadamu?"Ucapku.
Suster itu pun menghentikan aktivitas mencatatnya lalu menoleh ke arahku.
"Dengan begitu,kau sudah melontarkan satu pertanyaan...Tuan Dave"
"Hah?Ehm..Kau benar juga.Oke.Jangan membuatku merasa seperti orang bodoh.Siapa yang membawaku kesini?"
"Maaf Tuan.Tapi ia melarang pihak rumah sakit memberitahumu tentang identitasnya"
"Tak bisakah kau mengatakannya saja dan tidak membuatku mati penasaran?"
"Tidak bisa Tuan.Itu sudah menjadi perjanjian"
"Suster..Bagaimana kalau dia adalah seseorang yang jahat yang ku ketahui atau mungkin bahkan dia adalah seorang teroris?"
Aku hanya terdiam mendengar kalimat kalimat yang diucapkan suster itu.
Ini benar benar membuatku tidak merasa tenang.Aku seperti dibuat berhutang budi pada orang yang menolongku.Tapi apa yang bisa kulakukan?Mengacak ngacak seluruh isi rumah sakit dan berharap menemukan selembar kertas identitasnya?Itu tidak mungkin..
Aku tak mempunyai bakat menjadi detektif.Aku sangat sering mengabaikan hal hal kecil.Jangankan menyelidiki sebuah sidik jari..Mencari telepon selulerku saja terkadang harus dibantu oleh mama.
Ku mohon datanglah..Kumohon..Kau tak bisa membuatku seperti ini.Aku tak mau mempunyai hutang budi dalam hidupku.Jangan membuat keadaan semakin sulit.
Pintu itu mulai bergerak lagi.Gerakannya terasa sangat lama.Saat terbuka semuanya.....
"Gracia?"Ucapku sambil melongo.
"Kau berlagak seperti ada sesuatu yang menimpamu"Jawabnya lalu duduk di kursi.
"Itu membuatku sangat khawatir.Jadi,aku mengikutimu"Tambahnya.
"Sejak kapan kau mengikutiku?"Tanyaku.
"Tidak terlalu lama.Aku masih tak mengetahui apa yang menimpa dirimu"
"Syukurlah..Uhm..Terimakasih.Kau telah menyelamatkan nyawaku"
"Bukan aku Dave..Tuhan lah yang menyelamatkanmu"
"Tapi tanpa kau hal ini juga tak akan terjadi.Ehm..Apa ada hal yang bisa kulakukan untuk membalasnya?"
"Simpan saja rasa terimakasih mu itu.Aku tak apa.Tak perlu imbalan.Kau tak berhutang budi padaku"
"Jadi..Kau meninggalkan sekolah?Apa kau tak.."
"Tak usah pikirkan itu"
"Ngomong ngomong,tadi aku bertanya dan mereka tak mau memberikan identitasmu.Kenapa begitu?"
"Kenapa mereka harus memberi identitasku jika aku sendiri yang akan menunjukkan diriku sebenarnya?"
***
Telepon selulerku yang berada di saku celana tiba tiba bergetar.Aku segera mengambil dan mengangkat telepon itu.
"Ya.Halo"
"Aku sudah bilang bahwa kau harus menemuiku lagi Dave!"
Ini pasti Viny.
"Ehm..A-aku sedang berada di.."
"Sekarang Dave!Kau berangkat ke rumahku sekarang!"
Ia menutup teleponnya.
"Apa aku mengganggu?"Tanya Gracia yang baru saja masuk.
"Tidak.Kau sama sekali tak mengganggu"
"Apa itu kekasihmu?"
"Ehm..Ya.Secara teknis dia adalah kekasihku"
"Apa tadi ia marah?"
"Begitulah.."
"Telepon dia lagi Dave.."
"Untuk apa?"
"Kau harus menjelaskan bahwa kau dalam kondisi terburukmu"
"Itu tak perlu.Aku tak ingin membuatnya khawatir"
"Itulah gunanya kekasih Dave..Mereka ada di sampingmu saat kau berada di atas maupun di bawah"
"Tenang Gracia..It's not a big deal.I'm pretty sure that i'm fine"
"Bagaimana kau tahu jika ia mencintaimu atau tidak kalau ia saja tak menjenguk kekasihnya sendiri yang sedang sakit?!"Bentaknya lalu beranjak.
"Apa yang salah denganmu Gracia?"Tanyaku bingung.
"Ku beri waktu untukmu memikirkan hal itu"Jawabnya lalu keluar dari ruangan.
Mungkin dia pada waktunya.Atau mungkin dia adalah seorang Tsundere?Hm..Itu tidak mungkin.Jika ia memang seorang Tsundere mungkin aku tak akan mengenalnya.
Telepon selulerku bergetar lagi.Itu pasti Viny lagi.
Ternyata benar.Aku pun segera mengangkatnya.
"Kalau kau memang tak ingin menemuiku,bilang saja Dave!Jangan membuatku seperti orang gila yang berjalan kesana kemari hanya untuk memeriksa apakah kau sudah datang!"
Telepon itu ditutup sebelum aku mengeluarkan sepatah katapun.
Bagaimana caranya agar aku bisa kesana jika lenganku saja masih terasa sangat sakit untuk digerakkan?Aku ingin memberitahunya tapi aku tak ingin ia kesini.Aku tak ingin ia malah mengacaukan hariku dengan tangisannya jika melihatku seperti ini.
Aku hanya dapat berdiam diri disini sambil memandang ke arah jendela yang terbuka.Aku merasa bahwa semakin hari hidupku semakin memburuk.Aku sama sekali tak tahu penyebabnya kecuali satu.Ya..Kau pasti tahu apa itu.
***
"Kekasihmu belum juga kemari?"
"Seperti yang kau lihat"
"Kenapa kau tak meneleponnya saja dan beritahu kepadanya bahwa kau hampir mati?"
"Itu tak penting"
"Tentu saja itu penting.Itu sungguh tidak adil Dave.Kau disini dengan luka di lengan dan kepalamu lalu dia dengan santainya memarah marahimu"
"Sebegitu pedulikah kau kepadaku?"Tanyaku seperti membuatnya kaget.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?"
"Maaf.Maksudku kau orang yang.. Cukup baik hati untuk ukuran orang yang baru kenal denganku"
Aku mendengar helaan nafasnya.Apa ada yang salah dengan perkataanku?
Tiba tiba ia berdiri.
"Aku tak bisa terus menunggumu disini.Aku harus pulang"Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Saat ia tiba di pintu... "Hei!"Aku memanggilnya
Dia berhenti tapi tak menoleh
"Ada apa?"
"Terimakasih"
Ia tak mengucapkan apa apa.Melanjutkan langkahnya tanpa meninggalkan apapun.
She's such a good girl with a Tsundere heart~