Drown

793 50 1
                                    

Aku duduk di ayunan halaman belakang rumahku.Nampak aneh jika anak laki laki berbadan tinggi besar seperti diriku bermain ayunan,bergerak kesana kemari sambil sesekali bagian atas kepalaku mengenai bunga anggrek yang menguntai.Bayangan akan masa lalu terus terbentuk di awan putih di hari yang cerah ini.Setiap kali berada di atas,sinar matahari menyilaukan itu menerpa mataku.Membuat bayangan di awan putih tak terlihat begitu jelas.Aku menghentikan lajunya ayunanku dengan sepatuku hingga tanah sedikit tergores dan sepatuku sedikit kotor karenanya.

Wajah samping itu terus mengikutiku,menyuruhku untuk berhenti.Berhenti dari semuanya.Rasa sakit yang tertinggal selalu kambuh setiap kali ku terdiam.Cerahnya hari masih tetap seperti malam yang mencekam.Putihnya awan tapi terlihat akan menjelang hujan.Dadaku selalu menjadi sakit ketika merasakan hembusan angin yang meniupkan bayangmu pergi melewatiku.Bayangmu yang lewat di depan mataku dan tak mampu ku menangkapnya.

Ku meringkuk di tempat tidur yang luas dan kosong ini dengan pikiran yang mengitari bumi tanpa rona.Selimut rajutan nenek kali ini tak mampu menahan hangat untuk tetap  tinggal di tubuhku.Selimut yang terasa bagaikan diterbangkan angkasa.Rindu masih duduk terdiam dan mendekam di pojok hati yang sudah usang dan berdebu layaknya album foto masa kecil yang jatuh di bawah kolong tempat tidur.Rindu terus berada di setiap detak jantung nafasku.Rindu terus menusuk bagai dinginnya air saat malam hari yang tertahankan.

Walau hanya sekedar sapa.Hanya sebatas tanya.Mereka masih tetap tidak bisa menemaniku.Aku sendiri berlari di tengah gurun gulita dan tak membawa peta atau petunjuk arah.Bintang dan bulan tak mampu menghangatkanku.Raja malam mengurungku dan memenjarakanku dalam gelap,menyuruhku mencari sebuah rumah dengan perapian bagaskara tanpa memerdulikan aku yang tak bisa melangkah karena tenggelam dalam kenangan yang bagaikan sebuah pasir hisap.

Kau naungan dan pendianganku yang selalu mengisi kekuranganku.Mengejarmu bagaikan menggapai bintang di tirai angkasa yang amat sangat tinggi.Aku terus memupuk harapan yang tiada tara hingga sekarang ku menginjak kelas 3 SMA.


It Always Will Be You VerandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang