Hari ini aku harus pergi ke sekolah.Kembali menjalani kesibukan yang membosankan lagi.Sebenarnya di akhir semester ini aku tak banyak melakukan kegiatan belajar.Aku pergi ke sekolah hanya untuk mengisi daftar absen kehadiranku dan melakukan hal yang tidak penting lainnya.
Seperti kataku,aku tak banyak melakukan kegiatan belajar.Di pagi ini,aku berada di perpustakaan.Aku tak pergi ke ruang kelas karena aku tahu disana hanya ada anak anak yang mengacau.Ya.Sampai sekarang aku masih menyukai ketenangan.Dan aku tak tahu sampai kapan aku harus menjauh dari keramaian.Aku seperti didorong lalu terjebak dalam keadaan ini.
"Hai"Ucap seseorang yang tiba tiba berdiri di sampingku.
"Hai"
"Kau yang bernama Dave kan?"Tanyanya.
"Ya.Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ehm..Ki-kita berada di ruang kelas yang sama sejak kelas 1 SMA"
"Ma-maafkan aku.Aku.."
"Ya..Aku tahu.Ehm..Bolehkah aku duduk disini?"
"Tentu.Duduklah.."
"Terimakasih"
Aku hanya tersenyum lalu merasa menjadi orang yang paling bodoh dan aneh di dunia.Bagaimana bisa aku tidak mengenali teman sekelasku sendiri?
"Mungkin kita bisa berkenalan?"Ucapnya.
"Ehm.."
"Lebih baik terlambat kan daripada tidak sama sekali"
"Ya.Ya,kau benar"
"Oke.Namaku Gracia"
"Namaku Dave".Kita berjabat tangan.
"Ehm..Kau tahu?Ini sungguh memalukan.Maksudku,aku baru berkenalan denganmu padahal kita berada di ruangan yang sama selama hampir tiga tahun.Maafkan aku"
"Ya.Itu tidak apa..Kau tak perlu meminta maaf"
"Kenapa kau tidak pergi ke kelas?"
"Mungkin kita punya alasan yang sama"
"Ah,aku hampir lupa kalau kita sama sama berada di sini"
"Lalu..Apa yang membuatmu.."
"Menjauh dari anak anak?"Potongku.
"Ehm..Ya..Semacam itu"
Aku masih belum menjawabnya.
"Maafkan aku jika pertanyaan ini mengganggumu.Kita bisa membicarakan hal lain"
"Ehm..Perutku terasa melilit.Ku rasa aku harus ke toilet"Jawabku lalu pergi meninggalkanya.
***
Aku tidak benar benar ke toilet.Aku kabur dari sekolah.Aku melompati pagar belakang sekolah yang sudah rusak.Aku terus berjalan mengikuti keinginan kakiku akan melangkah kemana.Aku benar benar tak bisa tenang.Aku terus memikirkan Ve.Meskipun aku tahu bahwa aku selalu memikirkannya di setiap waktu tapi kali ini benar benar membuat kepalaku terasa lebih berat dari biasanya.Jantungku pun juga berdetak lebih kencang dari biasanya.Aku sungguh tak bisa menahan ini.Aku berpikir aku harus menemuinya.
***
Aku berada di halaman belakang rumahnya.Aku menjinjit untuk mengintipnya.Dan apa yang ku lihat?Dia sedang bercumbu dengan Irwin.Entah kenapa dadaku terasa sesak.Tapi sekarang aku bisa sedikit lebih tenang karena tak ada sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Aku duduk di balik pagar kayu halaman belakang rumah Ve.Tak biasanya,kakiku terasa lemas.
"Aku akan melanjutkan kuliahku di sebuah kampus di Boston"
"Benarkah?Aku juga akan pergi ke sana"
"Puji Tuhan.Kita bisa terus bersama sama"
"Ya.Kau bisa tinggal denganku.Aku telah membeli sebuah apartemen disana"
Aku merasa sebuah tombak telah ditancapkan ke punggungku hingga menembus jantung.Aku tak bisa terus mendengar pembicaraan ini.Aku harus pulang.
***
"Hei!Kenapa kau pulang lebih awal?"Tanya Papaku ketika aku merebahkan diriku di sofa.
"Ya.Ada sesuatu yang terjadi di sekolah dan mengharuskan siswanya untuk pulang lebih awal"
"Hm.. 2 menit lagi temui Papa di halaman belakang"
***
"Ada apa Pa?"Tanyaku.
"Duduklah.."
Aku pun duduk di sampingnya.
"Aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada dirimu Dave.."
"Apa maksudmu?Aku baik baik saja.Kau bisa melihatnya"
"Tentang perasaan"
Aku langsung menoleh ke arahnya.
"Lepaskanlah Dave..Kau anak Papa yang tampan.Banyak gadis lain di luar sana yang mau berkencan denganmu.Kau terlalu tertutup dengan mereka.Kau tak memberi mereka kesempatan"
"Papa salah.Dengar Pa..Aku telah mempunyai seorang kekasih.Dan ini bukan masalah perasaan atau apa yang kau pikirkan tentangku.Aku baik baik saja.Kau tak perlu khawatir"Jawabku lalu pergi.
Kenapa selalu saja banyak orang yang ingin mengetahui tentang diriku?Hari ini sungguh menyebalkan.
Aku merebahkan badanku di tempat tidurku.Aku terus memikirkan peristiwa dan pembicaraan Ve dan Irwin tadi.Dan pertanyaan paling besar saat ini adalah "Kenapa aku merasa tersakiti olehnya?".