Oke ini chapter lumayan panjang :))
Enjoy!
Siang ini aku pulang bersama Rafi seperti hari-hari sebelumnya.
Dan sialnya Evan ternyata sudah sampai di rumahku. Melihat sosok Evan yang sedang bersandar di pintu sambil bersedekap, membuat hatiku bergejolak akan rasa rindu."Makasih Raf. Mau mampir?"
Rafi sejenak melirik ke arah Evan lalu menggeleng.
"Gak deh Ra. Tuh, kayaknya lo udah ditungguin sama..?"Mendengar perkataan Rafi yang menggantung, dengan kikuk aku menjawabnya.
"Sahabat gue. Dia baru dateng dari Singapore."
Rafi mengangguk lalu tersenyum tipis.
"Oke, kalo gitu gue pulang dulu ya Vira. See you."Aku melambaikan tanganku melepas kepergian Rafi.
Aku menggigit bibir, rasa gugup menyergap saat langkahku semakin dekat dengan Evan.
Karena Evan menghalangi tepat di tengah pintu, otomatis aku berhenti di hadapannya.
Aku malu, jadi aku hanya bisa menundukkan kepala. Mau menyapa duluan pun rasanya sangat sulit."Dianter siapa barusan Al?"
Deg. Betapa aku merindukan suara Evan yang penuh perhatian.
"Temen sekelas gue." Sahutku pelan.
"Gue?" Timpalnya dengan nada tidak suka.
Ya, aku lupa kalau Evan tidak senang jika aku dan dia berbicara dengan sebutan gue-elo.
"Temen sekelas aku, Evan."
"Hmm.. Siapa namanya?"
"Gausah kepo deh. Toh, gak penting juga kan buat kamu?" Sungutku sedikit kesal.
"Pentinglah. Kalo dia temen sekelas kamu, berarti mulai besok bakal jadi temen sekelas aku juga."
Aku membulatkan mataku,
"Maksud kamu apa, Van?""Mulai besok aku sekolah di sekolah kamu. Dan aku pastikan aku satu kelas sama kamu Al." Jelasnya tersenyum miring.
Aku menganga, tidak bisa kututupi kalau rasa senang menjalari hatiku sekarang.
"Serius?" Tanyaku antusias."Kamu tau kan aku gak pernah bohongin kamu?"
Aku mengangguk senang.
"So, hug me please?"
Evan merentangkan kedua tangannya, pun aku langsung menghambur kedalam pelukannya yang sudah lama tidak kurasakan.
"I miss you Al." Bisiknya.
"Too, Evan."
--
Rencananya Evan akan menginap dirumahku, jadi aku menghabiskan waktu sore hingga malam bersamanya.
Aku meringsut ke tubuh Evan karena hantu yang tiba-tiba muncul sangat menyeramkan.
"Lagian gaya aja, takut hantu kok ngajakinnya malah nonton film horor."
"Kan justru ada kamu Van, jadi ada temennya. Kalo sama kak Alvin mah boro-boro."
Evan terkekeh, tangannya merapatkan pundakku ke dekapannya.
Wangi parfum Evan masih sama, selalu bisa membuatku merasa nyaman di dekatnya."Al, maafin aku ya udah ninggalin kamu selama satu tahun lebih."
Aku terdiam, bingung merangkai kata untuk menjawabnya.
"Gapapa. Aku ngerti mimpi kamu kok Van, yang penting sekarang kamu udah pulang."
"Aku janji gak akan ninggalin kamu lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
I AM a FREAK teenager
Teen FictionJika kamu dihadapi dua pilihan. Pertama, seseorang dari masa lalumu yaitu sahabatmu sekaligus pernah menjadi pacarmu yang menerima kamu dengan semua rahasia kelammu. Kedua, seseorang di masa kini yang belum tentu bisa menerima rahasia kelammu, dan b...