I like this chapter so much.
Enjoy!
Matahari senja menyinari kamarku. Jendela balkon sengaja aku buka lebar, membuat angin yang berhembus masuk mengibarkan tirai panjang berwarna putih gading.
Seperti biasa aku duduk bersila di atas kasur sambil menghabiskan setoples wafer coklat. Tanganku terus dan terus mengambil wafer yang hanya tinggal beberapa saja. Hingga HP yang ku letakkan diatas bantal bergetar.
Revano Akbar: lagi apa al?
Alvira Satya: nyemil.
Revano Akbar: ish, pipi kamu udah kayak bola pingpong tau.
Alvira Satya: tai banget sih :)
Revano Akbar: haha. al? kamu okey kan?
Alvira Satya: yep.
Revano Akbar: syukurlah.
Alvira Satya: van?
Revano Akbar: iya sayang.
Alvira Satya: aku mau cerita sama rafi tentang itu.
Revano Akbar: udah yakin? aku selalu dukung kamu kok al.
Alvira Satya: iya yakin. jadi gapapa?
Revano Akbar: ya gapapalah al. rafi pasti ngerti.
Alvira Satya: kok kamu aneh van?
Revano Akbar: aneh gimana sih, aku masih ganteng gini kok. nanti malem aku ke rumah ya, mau ketemu sama ayah.
Alvira Satya: ngapain?
Revano Akbar: anak kecil gausah kepo.
Alvira Satya: tai ah. iya-iya.
Aku tahu ada yang tidak beres, Evan semudah itu menyetujui keputusanku untuk memberitahu semuanya pada Rafi. Pasti ada yang ditutupi oleh sahabatku itu.
Pun selanjutnya aku segera mengirim chat untuk Rafi.
Alvira Satya: gue tunggu di Cafe Ambassador 1 jam lagi, oke?
Arrafi Shirad: i'll be there soon.
Setelah Rafi mengkonfirmasi ajakanku, aku segera berganti baju.
Aku memilih menggunakan dress floral vintage selutut dipadu dengan sneaker warna kuning pucat. Berhubung aku teringat ramalan warna keberuntungan untuk zodiak gemini yang ada di timeline waktu itu, jadi aku akan mengandalkannya sekarang. Aku sedang membutuhkan banyak keberuntungan untuk beberapa jam kedepan.Rambutku kugerai asal, hanya kusisir dengan jemari tanganku. Setelah memakai make-up tipis aku meraih clutch bag dan memasukkan ponselku kedalamnya.
Aku beranjak keluar kamar, lalu mengetuk pintu kamar kak Alvin.
Dalam tiga kali ketukan kak Alvin menyahut dan menyuruhku langsung masuk saja."Ish kak Alvin kebo banget sih. Bangun dong, anterin aku." Ujarku sembari duduk di pinggir kasurnya.
Kak Alvin menggeliat dan membuka salah satu matanya untuk melihatku.
"Ciee cantik amat, mau kemana?"
"Ketemu temen. Gih cepetan siap-siap." Timpalku menarik-narik ujung bajunya.
Kak Alvin menguap lebar lalu ia bangkit dari kasurnya.
"Bentar yah." Sahutnya seraya mencubit pipiku.
Aku mendengus sebal mendapati sikapnya yang masih suka seenaknya.
10 menit kemudian kak Alvin keluar dari kamar mandi hanya menggunakan celana jeans pendek, tanpa baju. Kalau Juli ada disini pasti dia sudah teriak histeris melihat kak Alvin shirtless.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM a FREAK teenager
Novela JuvenilJika kamu dihadapi dua pilihan. Pertama, seseorang dari masa lalumu yaitu sahabatmu sekaligus pernah menjadi pacarmu yang menerima kamu dengan semua rahasia kelammu. Kedua, seseorang di masa kini yang belum tentu bisa menerima rahasia kelammu, dan b...