1 - Meet Up.

356 14 0
                                    

Di Pagi hari yang cerah aku dikejutkan oleh sapaan hangat dari Mami.
"Araa!!! Kamu mau dandan sampai jam berapa sih?" Dengan hebohnya mami berteriak di ambang pintu kamarku.

"Tanggung lah Mi, nanti kalau penampilan aku gak perfect gimana?" Ujarku santai.

"Tapi kamu sudah mau telat sayang, sarapannya Mami pindahin ke kotak aja ya?"

"Kotak apaan Mi? Kotak pos? Hehe." Godaku supaya Mami tidak cemberut lagi.

Sembari mendengus geli Mami menghilang dari pintu kamarku tanpa menyahut apapun.

"Selesai." Ucapku puas melihat bayanganku di cermin.

Tas yang sudah tergolek di atas kasur pun segera ku sampirkan di lengan.
Aku memeriksa penampilanku sekali lagi seraya memasukkan ponselku di saku seragam.

"Araaaaa!! Cepat turun, teman kamu sudah datang." Teriak Mami dari lantai bawah.

"Yoo Mi." Timpalku ikut berteriak juga.

"Eh kamu tuh ya, kalau jawab orangtua yang sopan Ara!"

Dalam hati aku menggerutu karena kelepasan bicara bahasa masa kini. Aku bergegas turun ke bawah sambil berlari kecil.

"Aku berangkat Mi. Mikum." Pamitku mencium punggung tangannya.

"Kalau salam yang benar dong Ara. Ini bekal makan kamu jangan lupa."

Aku menyengir polos dan menerima kotak bekal dari tangan Mami.

'TINNN'

Aku mendecak sebal mendengar temanku yang tidak sabar. Setelah Mami mencium dahiku, aku segera keluar dari rumah menghampiri Juli--teman yang setiap hari menjemputku ke sekolah.

"Yoks tancap!" Seruku saat sudah mendarat di jok mobilnya.

"Asli ya lo lama banget. Kalau gini terus males gue jemput lo lagi Ra." Sungutnya.

"Ish tai malah ceramah. Udah cepetan udah telat neng."

Juli memutar matanya.
"Telat kan gara-gara lo bego."

--

Aku dan Juli sampai di kelas bertepatan dengan bel masuk yang berdering nyaring.

"Nyaris Jul, untung gak dijemur lagi kita."

"Jal-jul apaan sih lo. Udah gue bilang Ul doang cukup."

Tanpa mendengar ocehannya lebih lanjut aku merangkulnya menuju tempat duduk kita berdua.

Pelajaran pertama adalah pelajaran yang paling aku benci, yaitu pelajaran Etika.

Suasana hening seketika saat Ibu Arsih memasuki kelas.

"Pasti lo kena semprot lagi Ra. Liat aja." Bisik Juli ditelingaku.

Dalam hati pun aku mengiyakan ucapan Juli, karena memang hampir di setiap pertemuan aku pasti selalu terkena masalah.

Ibu Arsih mulai mengabsen, dan absenku sangat dekat yaitu nomor 7.

"Alvira Satya?" Ibu Arsih sudah menyebut namaku.

Aku yang sedikit grogi, buru-buru menjawab.
"Yoo bu." Sahutku lantang.

Tapi ada yang aneh, teman sekelasku tiba-tiba seperti sedang menahan tawa.

"Bego lo ra." Ucap Juli pelan.

Nafasku tercekat, sadar akan kesalahan yang baru saja kulakukan.
Anjir, kelepasan lagi kan.

"Vira, tolong bicara yang sopan dengan orang yang lebih tua. Terutama guru dan orangtuamu." Tekan bu Arsih dengan wajah galak.

Aku mendesah mendengar bu Arsih memanggilku Vira. Aku tidak suka.

I AM a FREAK teenagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang