"Ada kabar gembira, guru bahasa Inggris gak masuk!" Teriak Ilham si ketua murid di depan kelas.
"YESSS!!!" Sorak anak-anak kegirangan.
"Gausah berisik woy, elah bego banget sih." Sungut Ilham keki.
Anak-anak mulai saling bersahutan,
"Yee kan lo duluan yang teriak Ham!""Iya, kalo ketua teriak ya kan kita sih ngikut aja. Ya nggak?" Ujar Kiki mempelopori.
"Ya lah."
"Iya bener."
"Yoi Ki."Suara-suara persetujuan mulai memenuhi kelas.
Ilham dengan garang memukul papan tulis.
"Oke-oke. Sekarang santai aja. Biar kita gausah di awasin guru piket. Sssstttt!" Ujarnya sambil menempelkan jari telunjuknya di bibirnya yang berwarna merah muda melebihi perempuan.Suasana kelas mulai sedikit tenang, sudah banyak yang membentuk kelompok. Laki-laki sibuk bermain game, dan perempuan seperti biasanya bergosip ria.
Dalam hati aku menggerutu karena gurunya tidak masuk. Bahasa Inggris adalah satu-satunya pelajaran kesukaanku.
"Ra, mau keluar ngga?" Tanya Juli mencolek pinggangku.
"Males gue, disini ajalah."
Aku menyandarkan kepalaku diatas meja dengan berbantalkan salah satu lenganku.
"Gaya lo males. Biasanya juga cari masalah." Sindir Juli.
Aku memilih mengabaikan sindirannya.
"Kristi udah masuk, Ul?""Udah katanya sih."
"Bagus deh." Sahutku singkat.
Lama-kelamaan mataku terasa berat, ini pasti karena aku membaca novel sampai tengah malam.
Baru saja aku mau memejamkan mataku, Juli mulai bersuara lagi."Ara, pinjem HP lo dong. Siniin buru."
Aku mengangkat satu alisku, tanpa bertanya apapun ku sodorkan HP ku padanya.
Sesekali aku menguap karena rasa kantuk yang luar biasa. Lebih baik aku tidur sebentar, lagipula sekarang sedang pelajaran kosong.
"Nih Ra, udah."
Aku menatap Juli galak,
"Ih babie Uli. Gue ngantuk, lo mah ganggu mulu."Juli menyengir polos dan mengacung dua jarinya yang bertanda 'peace'. Cih, basi.
Aku mengambil HP ku dari tangan Juli, tadinya mau langsung ku simpan di saku seragam lagi. Tapi HP ku bergetar singkat tiga kali.
Aku menggeser kunci layar dan melihat notifikasinya.
LINE
Rian Rifano 3.Aku mengernyit heran, seingatku aku tidak punya teman bernama Rian apalagi di Line.
Merasa penasaran, aku langsung membuka Aplikasi Line untuk melihat isi pesannya.
Rian Rifano: heh.
Rian Rifano: hari ini beliin gue jus apel. Gamau tau.
Rian Rifano: bales woy.
Mataku membulat penuh melihat senior gila bisa mengetahui id lineku. Dan aku tidak mungkin menerima permintaan pertemanannya. Karena aku memang jarang membuka daftar orang-orang yang sudah meng-add id lineku.
Pun aku menatap Juli curiga.
"Ngaku, lo ngapain HP gue tadi?" Tanyaku mengintimidasi.
Juli terlihat salah tingkah,
"Sorry Ra. Takut gue, kak Rian dari semalem minta id line elo. Pas udah gue kasih, elo nya yang gak accept. Jadi barusan gue yang konfirm."
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM a FREAK teenager
Fiksi RemajaJika kamu dihadapi dua pilihan. Pertama, seseorang dari masa lalumu yaitu sahabatmu sekaligus pernah menjadi pacarmu yang menerima kamu dengan semua rahasia kelammu. Kedua, seseorang di masa kini yang belum tentu bisa menerima rahasia kelammu, dan b...