"Manda!" Aku menoleh kearah sumber suara. Emily ternyata. Dengan senyum yang mengembang dari bibir manisnya, ia berjalan kearahku.
"Gue punya kabar baik, man!" Serunya ketika sudah duduk disampingku.
"Apa?" Tanyaku penasaran.
"Guess what? Gue dapet hadiah dari bokap. 5 tiket Trans Studio Bandung buat hari Minggu ini!!! Yeeeaaaaayyyy!"
"Oh ya?? Iiihh pantes aja lo seneng banget gitu. Lo sekeluarga kesononya?"
"Engga. Gue maunya bareng lo. Nyokap ga bisa ikut ada arisan di komplek. Bokap juga kan pergi keluar kota. Kaka kaka gue pada sok sibuk sama temennya. Gue udah ajak sepupu gue sih 2 orang. Tinggal 1 tiket lagi nih. Enaknya ngajak siapa lagi ya?"
Aku dan Emily bepikir sebentar. Menimbang-nimbang siapa yang akan diajak ke Trans Studio Bandung. Dipikiranku sudah ada Shane. Tapi, apa Emily akan mengizinkan? Hadooohhh!!
"Menurut lo siapa?" Tanya Emily tiba-tiba, membangunkan ku dari lamunan.
"Entahlah."
"Ajak kak Nadine aja, man!" Serunya.
"Dia mau pergi ke nikahan temennya."
"Gimana kalau Shane?" Ujarku kemudian dengan suara yang sangat pelan. Aku takut Emily tak suka dengan saranku ini.
"Lo suka ya sama Shane?" Tanya Emily setelah terdiam lama. Mendengar pertanyaan itu, aku hanya menunduk. Apa yang harus aku katakan? Iya em gue suka sama Shane. Bahkan gue sayang sama Shane. Dan gue udah official sama dia. Waduh, i wont lose you, em.
"Maan??" Tanyanya lagi. Tapi aku tak sanggup menjawab. Aku tak bisa berbohong.
"Gue ikut seneng kok kalo lo seneng, man. Gue emang benci sama Shane. Tapi gue sadar, gue gak bisa maksa lo buat ikutan benci juga sama Shane."
Aku terkejut mendengar pernyataannya. "Emily, you are the best i'd ever have." Kami pun berpelukan. Senyuman mengembang dibibir kami. Terima kasih tuhan, telah memberikan ku sahabat sebaik ini.
"Kita berangkat sabtu sore ya. Nanti kita nginep di rumah sepupu gue di Bandung."
"Okey!!"
Emily pergi keluar dari kelasku. Ku memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh dan hilang. Dan tak lama, Shane muncul.
"Hei sayaang.." Sapanya sambil menghampiriku.
"Hei" jawabku dilengkapi senyuman manis yang tersimpul dari bibirku.
"Nih mama ku bikin roti isi buat aku dan kamu."
Shane mengeluarkan bekalnya. Membukanya dan memberikan satu rotinya untukku. Aku menerimanya dan memakan dengan perasaan bahagia.
Ya, aku bahagia memilikinya. Apa? Memilikinya? Malam itu, malam romantis itu, malam penuh bintang. Bintang dilangit dan dimataku kala itu. Dia menyatakan perasaannya. Dan menanyakan perasaanku. Dan jadilah KITA. Bukan aku dan dia. Tapi KITA.
Dia begitu perhatian dan lebih perhatian dari sebelumnya. Itu yang kurasakan seminggu ini.
"Tadi Emily kesini. Dia dapet hadiah dr ayahnya 5tiket Trans Studio Bandung buat hari minggu ini."
"Lalu?" Tanya Shane datar.
"Kamu bisa ikut kan?" Aku menoleh kearahnya. Menatap matanya. Melihat wajahnya yang tak pernah bosan kulihat tiap hari, tiap waktu.
"Emily ngajak aku juga?" Masih dengan datar. Tanpa ekspressi apapun.
"Aku yang nyaranin. Karena masih ada 1 tiket lagi." Aku melahap lagi rotiku yang sudah tinggal setengah. "Bagaimana? Bisa kan?"
"Bisa kok. Sekalian aku jagain kamu."
Aku tersenyum mendengarnya. Shane selalu begitu. Dia memang terlihat cuek dan datar. Tapi dia begitu perhatian. Diahanya menunjukkan perhatian itu di depanku. Dia tak berkata apa, tapi langsung melakukannya.
