Pagi yang cerah di tengah kota Bandung. Bermain di kebun teh. Sungguh sejuk. Berbeda dengan Jakarta yang penuh dengan sibuknya orang mencari uang. Macet, banjir, polusi. Tapi, itulah kota kelahiranku. Bagaimanapun Jakarta, aku akan tetap mencintainya. Dan suatu saat nanti pasti kota Jakarta akan menjadi kota yang diidamkan oleh semua orang didunia. Tidak akan ada lagi banjir, tidak akan lagi macet dan bebas dari polusi.
"Man.." panggil Shane dengan lembutnya.
"Yuk berangkat sekarang, biar gak terlalu panjang antriannya."
Hari ini kita akan pergi ke trans studio. Bermain wahana-wahana yang menegangkan dan menyenangkan bersama orang-orang yang kusayangi.
"Yuk!" Tapi sesuatu menghentikan langkah kakiku.
"Kenapa man? Kok berhenti?" Tanya Shane bingung.
"Mmm" aku bingung harus membicarakan masalah Shane dan Emily sekarang atau nanti. Aku ingin kesalahpahaman ini cepat selesai. Aku ingin mereka kembali berteman seperti dulu, seperti apa yang dikatakan Kevin dan Hani.
"Man, kamu engga kenapa-napa kan?" Tanya shane cemas.
"Im okey"
Sungguh hari yang menyenangkan yaaaa meskipun badanku sudah sangat lelah. Ingin aku cepat-cepat pulang kerumah, tidur dikamarku tercinta.
"Thank you ya Man traktirannya. Happy banget gue." Seru Hani.
"Iya man. Kapan-kapan lagi ya. Tapi ketempat lain." Anton menyusul.
"Iya sama-sama." Jawabku
"Kita mau langsung pulang apa gimana nih?" Tanya Emily
"Makan aja yuk. Tapi cari tempat yang enak, tenang, dan pemandangannya indah. Eh, tapi jangan lupa! Makanannya juga harus lezat." Pintaku.
"Gue tau kok tempat makan yang enak. Engga jauh juga dari sini." Ujar Anton.
Berangkatlah kita ketempat makan yang Anton maksud. Kali ini, Anton yang menyetir, karena Antonlah yang tahu tempatnya.
"Sampaaaii...." seru Anton.
"Yes! Makaaaannn" seru kami berempat.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Shane padaku.
"Aku mau makan apa ya? Kelihatannya lezat semua."
"Saya pesen nasi bakarnya 1, siomaynya 1porsi, dan jus melonnya 1 ya mba." Ucap Anton memesan, disaat yang lain masih bingung mau makan apa.
"Lo engga salah tuh makannya? Perut lo muat?" Shane keheranan.
"Biar kurus gini usus gue sanggup kok menampung semua itu." Jawab Anton.
"Gila Em. Sepupu lo mesti dikasih obat cacing tuh." Ucapanku yang dihadiahi tawaan yang lainnya.
"Shane, sambil nunggu makanannya dateng mau gak kita ke taman dulu? Kan enak tuh disana, bagus pemandangannya." Pintaku pada Shane.
"Oke. Apasih yang engga buat putri tidurnya Shane?" Ucapan Shane itu sudah sering ku dengar, tapi aku tak pernah bosan mendengarnya.
"Ih, gombal banget sih kamu. Udah ah yuk kesana."
Aku sengaja minta Shane untuk menemaniku ke taman. Aku ingin berbicara dengan Shane soal masalahnya dengan Emily. Agar hilang semua kesalahpahaman yang ada.
"Shane.."
"Iya sayang?"
"Aku mau ngomong serius nih. Jangan bercanda gitu dong." Ambekku.
"Aku serius sayang kamu, man."
"Oke oke, terserah kamu. Sekarang kamu dengerin apa yang aku ceritain dan jawab dengan jujur apa yang aku tanyain."
"Oke. Silahkan tuan putri."
"Jadi gini. Ini soal kamu sama Emily. Aku udah tau masalahnya. Dan ini cuman salah paham. Aku ngerti. Tapi, kamu harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, Shane. Aku engga mau kalian diam-diam kayak gini padahal dulunya kalian dekat."
"Man.. emily sangat sayang sama adiknya. Dia engga akan peduli dengan penjelasanku."
"Kamu belum mencobanya kan?"
"Aku udah pernah mau mencoba menjelaskan, tetapi Emily pergi menghindar. Dan dia bilang engga pernah mau lihat aku dan bahas soal ini lagi. Dia benci aku."
