Sesuai dengan kesepakatanku dan Shane kemarin malam, sore ini sepulang sekolah, Shane akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku tunggu kabar baiknya ya, Shane." Ucapku saat Shane berpamitan akan pergi ke rumah Emily.
"Iya tuan putri. Aku akan kabari kamu secepatnya." Shane mengusap manja kepalaku.
"Hati-hati ya kamu dirumah." Katanya kemudian
"Ih, ada juga tuh kamu yang hati-hati dijalan. Jangan ngebut, patuhi peraturan lalu lintas, dan ..." aku memberhentikan ucapanku.
"Dan?" Shane menunggu ucapanku selanjutnya.
"Dan, jangan genit!" Bisikku.
"Ciye ciyeee. Tuan putri gue bisa cemburu juga ya?" Ledek Shane.
Setelah berpamitan, motor Shane pun melaju cepat membawa Shane ke rumah Emily.
Lama aku menunggu kabar dari Shane. Sejam, dua jam, tak juga Shane mengirimi aku pesan. Dengan sangat terpaksa, aku menghubungi Shane duluan. Aku sangat khawatir. Aku tidak mau Shane kenapa-napa. Ku ambil handphone ku yang tergeletak diatas meja belajar.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif." Aku semakin khawatir dan panik.
"Man, lo kenapa? Kok jalan bolak-balik gitu?" Tanya ka Nadine yang baru saja masuk ke kamar.
"Shane engga ada kabar kak. Hpnya juga engga aktip. Aku khawatir." Jawabku menjelaskan.
"Tadi sih kakak ngeliat Shane lagi sama Emily di kafe deket kampus kakak. Nama kafenya apa ya? Lupa kakak."
"Deket kampus kakak? Deket rumah Emily juga berarti." Rumah emily memang tak jauh dari kampus kak Nadine.
"Aku tau!" Seruku cepat sambil mengambil kunci motor kak Nadine.
"Aku pinjam motornya, ya kak. Aku berangkaaaaattt!!" Pamitku sambil lari keluar rumah.
"Maaaann..., ini STNKnya!"
.
.
.
.
Akupun tiba di kafe dan langsung mencari Shane dan Emily disekitar luar kafe. Aku yakin mereka pasti duduk diterasnya, karena kak Nadine kan lihatnya pas lewatin kafe ini.
"Amanda?" Seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Kevin?" Aku sangat terkejut begitu melihat Kevin setelah aku berbalik.
"Lo ngapain disini?" Tanyaku pada Kevin.
"Nemenin Shane." Jawabnya.
"Shanenya sekarang mana?" Tanyaku cepat.
Kevin pun pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanku. Dan aku mengikuti kemana langkah kakinya pergi. Dan berhentilah didepan meja bulat dengan 4 kursi. 2 kursi sudah ditempati oleh Shane dan Emily.
"Amanda?" Emily terkejut begitu melihatku berdiri didepannya.
"Sorry, bukannya gue mau ganggu urusan kalian. Tapi gue khawatir sama Shane. Hpnya engga aktif." Ucapku pelan.
"Duh, tuan putri tidurku. Aku baik-baik aja kok. Hpnya low. Maaf ya." Aku hanya mengangguk pelan.
"So, kalian sudah baikan?" Tanyaku sambil duduk di kursi sebelah Emily.
"Ya, Shane sudah menjelaskan semuanya. Awalnya emang gue males banget dengernya. Tapi, dipaksa sama Kevin. Kevin janji, bahwa ini yang terakhir kalinya Shane bahas hal ini." Jelas Emily.
"Gue luluh juga deh akhirnya." Emily menunduk.
"Sorry ya Shane, gue kebawa emosi selama ini."
"Iya, Em. Gue ngerti kok. Yang penting kan sekarang semuanya udah jelas."
Kami berempatpun tersenyum dan menghabiskan sore menjelang malam ni bersama.
