a.n part ini menjelaskan keadaan Bagus pas di rumah Alluna. Kenapa dia mau ketemu sama orang tuanya Alluna dan apa yang mau dia omongin sama orang tuanya Alluna. Well.. jadi sebenernya nggak banyak beda sama part yang sebelumnya sih. Hohoho.
Enjoy it :)
BAGUS
FUTURE WIFE
Begitu mendarat aku tidak langsung pulang ke rumah untuk melepas lelah dan mencicipi masakan ibu yang sudah lama tidak masuk ke mulutku. Ayah mewanti-wantiku untuk segera datang menemui orang tua Alluna.
Ayah sudah memberiku alamat rumah Alluna. Tugasku sekarang adalah memberikan alamat itu pada supir taksi agar aku bisa sampai ke rumah Alluna dengan selamat. Melihat calon istriku.
Rumahnya tidak mewah. Sederhana, dengan berbagai tanaman yang ada di halaman rumahnya yang luas. Rumah ini begitu asri. Aku menyukainya. Aku melihat jam rolex yang menghiasi pergelangan tanganku. Masih jam setengah enam pagi. Tidakkah ini terlalu pagi untuk bertamu?
Pulang ke rumah dulu sepertinya lebih baik. Tapi... membayangkan wajah ayah yang murka karena aku tidak menuruti perintahnya membuatku bergidik ngeri. Bisa hancur muka tampanku ini nanti.
"Cari siapa?"
Aku membalikkan tubuhku. Gadis itu, Alluna. Cantik. Bahkan dengan rambut berantakan dan apron pink yang warnanya sudah pudar itu pun dia terlihat cantik. Aku jadi membayangkan, betapa bahagianya aku -calon suaminya, ketika setiap pagi disuguhi pemandangan seperti ini.
"Alluna?"
Bagaimanapun juga aku harus memastikan dulu, apakah benar gadis cantik di depanku ini Alluna? Atau malah bidadari yang tidak sengaja turun dari surga.
Gadis catik itu hanya mengangguk dan menungguku untuk melanjutkan apa yang ingin aku katakan.
"Saya Bagus. Saya.."
"Saya tau" potongnya cepat. Dan aku hanya tersenyum. Benar-benar Alluna yang aku bayangkan. "Ada perlu apa? Saya harap kedatangan Anda bukan untuk meminta maaf. Saya sudah kenyang dengan permintaan maaf" Sekali lagi. Ini benar-benar Alluna. Ketus. Sama sekali tidak mengurangi kadar kecantikannya, justru terlihat semakin menggoda, menurutku.
"Boleh saya masuk dan bertemu dengan orang tua kamu?"
Alluna mempersilahkanku masuk dan meninggalkanku begitu saja. Aku tidak menyalahkannya untuk tindakan tidak sopannya ini. Mungkin dia muak melihatku, karena wajahku yang mirip dengan adik bodohku. Tapi ya.. mau bagaimana lagi, kami kembar identik.
Aku berdiri ketika melihat kedua orang tua Alluna menghampiriku. Calon mertuaku.
"Maaf pagi-pagi saya sudah bertamu ke sini, om. Saya Bagus. Kakaknya Bagas"
"Nak Bagus baru saja datang?" Ibu Alluna melihat koper besar disampingku.
"Iya tante. Saya baru saja tiba di Indonesia" aku tersenyum kepada calon mertuaku. Ibu Alluna memiliki wajah yang ramah tapi Ayahnya benar-benar sangar. Alluna benar-benar duplikat Ayahnya.
"Saya mau minta maaf atas kelakuan adik saya yang sangat tidak bertanggung jawab. Saya tau adik saya benar-benar sudah membuat kekacauan dan sulit untuk dimaafkan" Aku menghela nafasku pelan. Pandangan Ayah Alluna seperti mengulitiku hidup-hidup.
"Saya sudah mendengar masalahnya dari Ayah saya. Dan saya dengar om dan tante juga setuju untuk menikahkan Alluna dengan saya" Aku terdiam sebentar, merangkai kata-kata untuk mendapatkan hati calon mertuaku ini.
"Saya tidak menolak untuk menikah dengan Alluna om, tante. Saya mengenal Alluna, memang kami tidak pernah bertemu secara langsung selama ini. Bagas yang menceritakan segala hal tentang Alluna kepada saya. Alluna wanita yang baik. Saya beruntung sekali jika bisa menikah dengan Alluna"
Ayah Alluna menatapku dari atas ke bawah. Seperti sedang memberikan penilaian "Kamu sedang melamar Alluna pada saya?"
Aku tersenyum. "Ya. Saya merasa wajib untuk melakukan ini. Meskipun saya sudah mendengar dari Ayah bahwa om dan tante setuju jika saya yang menggantikan posisi Bagas untuk menikahi Alluna, tapi saya ingin meminta ijin secara langsung kepada om dan tante"
Jantungku berdetak lebih kencang daripada seharusnya. Sial, kenapa rasanya semenegangkan ini. Ada rasa takut untuk ditolak oleh calon mertuaku, yah... meskipun aku tau bahwa aku benar-benar diterima di keluarga ini, tapi.. bisa saja kan keputusan itu berubah secara tiba-tiba.
"Apakah om dan tante mengijinkan jika saya menikahi Alluna? Menjadikannya istri saya dan ibu dari anak-anak saya nanti"
"Kenapa saya harus menginjinkan kamu untuk menikahi Alluna? Apa yang bisa kamu janjikan sehingga saya harus mempercayakan Alluna kepada kamu"
"Mas!" Ibu Alluna menegur suaminya, mengelus pundaknya menenangkan.
Aku tidak menyalahkan sikap Ayah Alluna. Ayahnya telah menjaga gadis itu selama 26 tahun. Wajar jika beliau tidak akan sembarangan untuk menyerahkan Alluna. Apalagi repurtasiku yang sepertinya sudah mendapat nilai minus di depan mata calon mertuaku ini karena kelakuan adik kembarku.
"Saya memang tidak bisa menandingi bagaimana pengorbanan om selama ini untuk menjaga Alluna. Saya hanya bisa memastikan bahwa Alluna akan baik-baik saja selama bersama saya dan tidak akan kekurangan apapun. Saya berjanji, saya akan menjaga Alluna, saya akan melindungi Alluna. Bahkan jika saya harus mengorbankan nyawa saya sendiri untuk menjaga Alluna, itu bukan masalah. Mungkin ini terdengar seperti omong kosong bagi om dan tante. Tapi percayalah, saya merasa Alluna memang pasangan yang selama ini saya cari. Saya tidak akan menyia-nyiakan Alluna"
Dan untuk pertama kalinya semenjak aku menginjakkan kakiku di rumah ini, aku melihat Ayah Alluna tersenyum. Ramah.
"Panggil kami mama dan papa. Selamat datang di keluarga kami nak Bagus. Saya mengenal kamu semenjak kamu masih kecil. Saya tau kamu adalah orang yang tepat untuk Alluna" ayahnya menepuk pundakku beberapa kali "Tolong kamu jaga Alluna. Yang sabar jika mengadapi Alluna, dia orang yang keras dan sulit untuk dikendalikan"
Dan rasa lega itu menghampiriku. Rasanya seperti beban di punggungmu, yang telah kau angkat bertahun-tahun hilang begitu saja.
"Ayo nak Bagus kita sarapan bersama. Alluna sudah membuat nasi goreng untuk sarapan"
Senyum lebar itu rasanya benar-benar tidak bisa hilang dari wajahku. Baru hari pertama saja aku bahkan sudah bisa merasakan masakan calon istriku. Benar-benar berkah hidup.
Alluna memandangku kesal ketika melihatku berada di meja makan yang sama dengannya. Gadis itu sudah rapi dengan dress biru muda yang membuatnya terlihat cantik. Ah.. aku lupa. Alluna memang selalu terlihat cantik, kapanpun itu.
"Lun.. antarkan nak Bagus pulang ya nanti. Sekalian, kamu kan mau berangkat kerja"
Dia mendengus. Dan aku hanya tertawa. Bahkan ketika mendengus kesal begitu dia tetap telihat cantik.
"Biar saya yang bawa mobilnya"
Alluna menyerahkan kunci mobilnya padaku tanpa membantah dan tanpa kata-kata pedasnya seperti biasa.
Alluna gadisku, calon istriku. Akan ku bawa Alluna ke hadapan ayah dan ibu. Memperkenalkannya sebagai calon istriku.
a.n ini panjang lo.... sumpah. 970 words. Biasanya juga cuma 300-an. Emmm... gimana ya. Habis gue lebih suka bikin POV nya mas Bagus daripada bikin POV nya Alluna, entah kenapa *deep sign. Berasa pilih kasih gue. T.T
30 September 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluna (COMPLETED)
ChickLitApa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya malah lari dengan wanita lain. Alluna mengalaminya. Dia tidak bunuh diri atau menangis meraung-raung sep...