Bagus - FINALLY

167K 11.9K 147
                                    

BAGUS

FINALLY

Kalian percaya kalau aku bilang Alluna sudah resmi menjadi milikku? Maksudku bukan resmi cuma di buku nikah saja. Tapi resmi luar dalam. Lahir batin. Hahahahahaha.

Rasanya aku ingin berteriak dan memberi tahu seluruh dunia kalau Alluna benar-benar menjadi milikku sekarang. Bahkan Obama harus tau tentang ini. Semuanya, semua yang ada di Alluna sudah berlabel 'Milik Bagus Bramasta Ragasiwi'. Awas saja kalau ada orang lain yang berani mengambilnya. Akan ku cincang tubuhnya dan menjadikannya sop buntut kesukaanku.

Aku memainkan rambut panjang Alluna. Istriku itu masih betah bergelung di dadaku dari tadi. Padahal biasanya begitu membuka mata dia akan segera bangkit dari tempat tidur dan menyiapkan sarapan untuk kami.

"And I love you so. The people ask me how. How I've lived 'til now. I tell them I don't know"

Alluna terkekeh pelan mendengar suaraku saat menyenandungkan salah satu lagu Elvis. Membuatku sedikit mengerucutkan bibirku karena kesal di tertawai. Tapi aku tetap melanjutkannya juga.

"I guess they understand. How lonely life has been. But life began again. The day you took my hand"

"And yes, i know...."

"Bram..." potong Alluna saat aku akan melanjutkan nyanyianku. Dia menjauhkan sedikit tubuhnya dariku dan memandangku serius. "Suara kamu jelek Bram. Sumbang" komentarnya pedas dan sengak seperti biasa. Bahkan setelah aku mengakui kalau aku mencintainya saja dia tetap seperti ini.

"Kamu ngerusak suasana deh yang. Nggak asik ih" Aku mulai merajuk. Di dekat Alluna selalu merubahku menjadi manja.

Alluna hanya mengedikkan bahunya tidak peduli dan bangkit dari tempat tidur. Menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berjalan pelan-pelan ke kamar mandi. Ahh... tubuh polos itu.

"Kenapa ditutupin sih yang. Kan aku udah liat semuanya"

Alluna berhenti melangkah dan melihatku melotot. Wajahnya memerah karena malu, cantik sekali.

"Bram!" Tegurnya keras. Bukan membuatku berhenti malah membuat ku ingin melanjutkan menggodanya lagi dan lagi.

"Apa sayangku? Emang bener kan? Tadi malem aja kamu..." kata-kataku terputus karena Alluna melemparkan salah satu pakaian yang tergeletak mengenaskan di lantai karena uhuk uhuk kami semalam ke arahku. Wajahnya benar-benar merah sekarang. Lucunya... aku jadi ingin memasukkannya ke dalam lemari kaca dan memajangnya di meja kerjaku. Oke, ini terdengar seperti psikopat.

"Kamu nggak ke butik?" Tanyaku saat dia membantuku memakai dasi. Pakaiannya santai, menandakan kalau dia tidak berencana untuk berangkat kerja hari ini.

Alluna menggelengkan kepalanya. "Aku mau di penthouse saja. Badanku rasanya rontok Bram"

Aku terkekeh pelan dengan sedikit rasa bersalah. Apakah aku keterlaluan tadi malam.

"Gih berangkat. Udah siang. Nanti aku antarkan makan siang ke kantor kamu"

"Aku berubah pikiran" kataku lalu melepas simpul dasi yang sudah dibuat rapi oleh Alluna. "Aku mau di penthouse saja. Bolos sekali-kali nggak papa kan?"

"Kita lembur yuk Al" Alluna menatapku bingung, tidak mengerti maksud 'lembur' yang aku katakan.

"Itu... katanya kamu pengen cepet-cepet punya anak. Jadi ayok kita lembur"

Entah sudah keberapakalinya di hari ini wajah Alluna memerah seperti itu. Membuatku gemas setengah mati karenanya.

"Ya Tuhan.. jadi begini wujud asli kamu Bram? Mesum" Alluna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang mungil. "Dosa apa aku Ya Tuhan hingga punya suami mesum seperti ini" katanya mendramatisir suasana.

"Mesum-mesum juga kamu suka. Buktinya minta terus tadi malam"

"Ya ampun Bram. Mulutnya dikasih filter dong"

Aku terkekeh pelan dan menarik pinggang Alluna untuk mendekat ke arahku. Aku menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Alluna ke belakang telinganya. Istriku benar-benar cantik. Dan akan semakin cantik ketika dia berada di ranjang sana bersamaku.

Bunyi handphone ku yang memekakkan telinga membuat aktivitas ku yang bahkan belum dimulai dengan Alluna menjadi terganggu. Aku berusaha mengabaikannya tapi Alluna menyuruhku untuk mengangkat telfon itu. 'Siapa tau itu penting' katanya. Awas saja kalau yang ternyata telfon itu adalah Dave. Akan kusalahkan nanti dia, mengganggu saja ketika aku akan membuatkan ponakan untuknya.

"Halo" sapaku ketus. Biarkan saja. Salah sendiri menggangguku. Menyebalkan.

"Gus.. bisa tolong ke rumah sakit sekarang? Dewi kecelakaan dan aku..."

"Dimana?"

Setelah mendpatkan alamat rumah sakit yang diberikan aku langsung segera pergi kesana dan mengajak Alluna secara paksa untuk mengikutiku.

14 Oktober 2015

a.n
Ampun.. gue nggak bisa bikin adegan uhuk-uhuknya. Badan gue jadi panas dingin. Kemampuan gue cuma nyampek sini. Cuma bisa bikin yang menjurus-menjurus gitu tapi nggak sampek menjerumuskan. Nah lo? Apa coba yang dijerumuskan. Ya sudahlah, itu pokoknya.

Terimakasih buat yang udah baca serta votenya. *deep bow.

Alluna (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang