Bagus - FAT

141K 11.3K 95
                                    

BAGUS

FAT

Jam 6 sore adalah waktu yang paling kutunggu ketika weekday seperti ini. Waktu dimana aku pulang dari kantor.

Aku senang ketika mendapati Alluna selalu menyambutku hangat ketika aku membuka pintu dan mengomel ketika aku dengan sengaja memindahtangankan bawaanku padanya.

Tapi hari ini lain. Aku tidak menemukan Alluna yang biasa menyambutku hangat. Aku menaiki anak tangga cepat-cepat dan membuka pintu kamar hingga menjeblak terbuka. Hingga satu detik kemudian aku menyadari sudah menahan napas sedari tadi, karena ketika menemukan Alluna di dalam sana nafasku menghembus kuat.

Alluna sedang berbaring di atas tempat tidur, dengan posisi meringkuk. Matanya menatapku kaget.

"You surprise me" protesnya pelan, suaranya serak.

"Kamu sakit Al?" Tanyaku sambil berjalan mendekatinya, membelai rambut panjang ikalnya dengan sayang.

Alluna menggeleng dan merubah posisinya menjadi duduk. "Aku nggak papa"

"Nggak papa apanya? Suara kamu serak begitu. Kamu habis minum es ya?"

Alluna mengeryit tidak suka. Gawat, siaga satu, sepertinya dia akan meledak sebentar lagi.

"Ini karena aku baru bangun tidur. Memangnya kamu mau aku kenapa sih?" Benar saja, Alluna menjerit frustasi. Aku khawatir padanya tapi dia malah mengeskpektasikan lain.

"Slow down babe. Nggak ada ciuman selamat datang buat aku?"

"Nggak"

"Aku punya cerita lucu, kamu mau dengar?"

"Lain kali"

"Gimana kalau kamu bikin makan malam. Aku lapar Al. Biasanya kamu sudah sibuk memasak di dapur"

"Delivery aja sana"

Alluna kembali berbaring meringkuk dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Membuatku mendesah frustasi. Demi Tuhan dia tidak pernah semenyebalkan ini sebelumnya.

"Kamu kenapa sih sayang? Salah makan? Kamu nyebelin banget hari ini"

Alluna membuka selimut yang membungkus tubuhnya dengan cepat. Pupil matanya melebar menatapku dan matanya sedikit berkaca-kaca. Kenapa istriku jadi sensitif begini sih hari ini. Pasti ada yang salah dengannya.

Alluna tidak mengatakan apa-apa. Hanya memandangku dengan mata berkaca-kacanya dalam diam selama beberapa detik lalu memutuskan untuk kembali meringkuk dan menutup tubuhnya. Oke masalah ini harus diselesaikan dengan kepala dingin.

Aku melempar asal dasi, kemeja, celana panjang dan kaus dalam yang kugunakan lalu masuk ke dalam kamar mandi. Aku butuh air dingin.

Lima belas menit kemudian aku selesai mandi dan mendapati Alluna masih betah dengan posisinya. Tidur meringkuk dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Aku berjalan mendekati Alluna, duduk di tepi ranjang dan menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Aku menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik istriku. "Maaf.." kataku pelan dan mencium keningnya.

"Aku yang salah Bram. Moodku lagi jelek dan aku malah melampiaskan ke kamu, tingkahku nyebelin. Maaf"

Aku tersenyum dan menarik tangan Alluna hingga ia terduduk. Menariknya ke dalam pelukanku dan membenamkan wajahnya didadaku, mengurungnya.

Aku tersenyum ketika merasakan aroma lavender dari rambut Alluna, membuatku merasa tenang. Aku mulai menciumi telinga Alluna, membuatnya sedikit mendesah. Yes! Alluna sudah tidak marah lagi.

Alluna (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang