BAGUS
DAVE SI PENGGANGGU
Hari ini aku libur. Bukan karena ini weekend. Tapi karena Alluna yang memaksaku libur. Dia bahkan juga ikut-ikutan tidak berangkat kerja dan menjagaku seharian di penthouse.
Apakah aku senang? Tentu saja. Bahkan rasanya aku ingin melompat-lompat saking senangnya.
Tapi itu tadi. Sekarang sudah tidak.
"Sepi banget. Penthouse apa kuburan?"
Aku menatap Dave malas. Pengganggu ini benar-benar seenaknya, datang tanpa pemberitahuan dan membawa berkas-berkas setinggi gunung untuk kubaca dan tanda tangani. Apa dia tidak tau kalau aku ingin menikmati waktuku berdua dengan Alluna.
"Alluna mana?"
"Ngapain cari-cari istri gue?"
Dave mengangkat satu alisnya dan menatapku aneh lalu terkikik geli "Sensi amat sih lo Gus. Nggak dapet jatah lo?" Tawa kerasnya sudah memenuhi seluruh penjuru ruangan. Ya Tuhan... bisakah dia diungsikan ke planet lain saja.
"Eh.. eh" Dave menghentikan tawanya dan menatapku serius "Gue lupa, lo kan masih perjaka ya. Hahahahahaha"
Ya Tuhan! Dosa apa yang sudah kubuat sampai punya sahabat semacam ini. Buang saja dia Ya Tuhan... aku ikhlas.
"Eh tapi gue serius loh ini Gus"
Aku memilih untuk mengabaikan Dave dan fokus pada dokumen-dokumen yang dibawakannya tadi. Dokumen ini jauh lebih menarik daripada omongan Dave dan wajahnya, tentu saja.
"Lo kemarin berantem sama Bagas
karena Alluna kan?"Aku hanya mengangguk mengiyakan.
"Dia mau balikan lagi kan sama Alluna"
Lagi-lagi aku hanya mengagguk mengiyakan. Sedikit jengkel dengan pertanyaan Dave. Aku kan sudah menceritakan padanya kemarin, kenapa dia harus tanya lagi. Orang ini amnesia atau bagaimana.
Aku jadi mengingat Bagas sekarang. Mengingatnya membuatku naik pitam. Bisa-bisanya dia minta Alluna dikembalikan setelah dia tinggal pergi begitu saja. Dimana sih otaknya itu ditempatkan. Di dengkulnya?
"Oh.. hai Dave"
Alluna baru saja keluar dari kamar kami. Rambutnya basah, sepertinya dia baru saja selesai mandi setelah seharian membereskan ini dan itu.
Dave hanya melambaikan tangannya dan tersenyum pada Alluna. Ugh... senyum yang menyebalkan.
"Masalah pekerjaan?" Tanya Alluna ketika dia sudah duduk di sebelahku.
Dave mengangguk. "Dokumen ini mendesak Lun. Butuh tanda tangan Bagus secepatnya"
Alluna tersenyum pada Dave. Senyum manis itu, seharusnya hanya aku yang melihatnya. Dave memandangi Alluna terlalu lama, dan itu menyebalkan. Ingatkan aku untuk menjambak rambutnya nanti, ketika Alluna pergi.
"Al..." aku melirik Alluna yang hanya menjawab panggilanku dengan gumamannya "Aku lapar"
Mencoba mengusir Alluna untuk pergi ke dapur dan menyiapkan makan siang tidak salah kan? Setidaknya ini akan mengamankan Alluna dari pandangan mata Dave.
"Oke.. tunggu sebentar"
"Aku juga lapar" kata Dave dengan volume suara yang sengaja dikeraskan hingga membuat Alluna yang sudah setengah jalan menuju dapur menoleh kearahnya.
Dave terkutuk! Benar-benar tidak tau diri.
"Makan siang sekalian disini saja Dave. Aku akan memasakkan sesuatu yang enak untuk kalian. Tunggu sebentar"
Dave memandangku, menaik turunkan alisnya dengan senyum tiga jarinya yang khas memenuhi wajahnya. Aku benci orang ini.
"Pantesan lo nurut-nurut aja di suruh di rumah, biasanya juga kerjaan nomer satu" Dave menghela nafasnya pelan dan kemudian terkekeh "Gue juga kalo punya istri macem Alluna bakal betah di rumah"
"Single sih ya. Jadi susah betah di rumah. Paling yang nungguin lo juga mbok Nah"
"Sialan lo Gus!"
Aku tertawa. Dave dan ke-single-annya yang tiada akhir. Untung saja aku tidak senasib dengannya.
"Kalo Bagas nggak ilang juga status lo sama kayak gue"
Damn! mulut tajam tanpa filter milik Dave sudah mulai aktif sepertinya. Dan itu benar-benar menohok.
Kalau saja waktu itu Bagas tidak menghilang mungkin sekarang Bagas yang akan ada di samping Alluna sekarang. Mungkin saja sekarang Alluna akan tersenyum bahagia karena bersanding dengan orang yang di cintainya.
Aku jadi mempertanyakan statusku saat ini. Aku ini apa? Benarkah aku pengganggu seperti yang Bagas bilang kemarin.
Dave menepuk pundakku. "Jangan dilepas. Apapun yang terjadi jangan lepasin Alluna. Lo punya peluang. Lo harus berusaha. If you want it. Fight for it."
Ya... benar. Aku harus berusaha untuk mendapatkan hati Alluna. Bagaimanapun caranya, aku akan membuat Alluna mencintaiku. Aku akan membuatnya hanya melihatku, hanya aku.
a.n
Nggak tau ya, tapi part ini rada aneh. Ngambang gitu rasanya. Entahlah...
Perasaan gue lagi sedikit berantakan jadi ngaruh gitu pas ngetik ceritanya. *eaaa curcol. Hahahahaha. Abaikan saja. Anggap ini cuma rumput yang bergoyang.11 Oktober 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluna (COMPLETED)
ChickLitApa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya malah lari dengan wanita lain. Alluna mengalaminya. Dia tidak bunuh diri atau menangis meraung-raung sep...