BAGUS
CHEATING ON ME?
Aku dan Dave baru saja meninjau lokasi tanah yang akan kami jadikan hotel. Masalah demo warga yang tidak setuju dengan rencana pembangunan hotel yang akan kami lakukan akhirnya bisa diatasi.
"Bangkrut kita kalo begini caranya"
Aku menghela nafas. Mau bagaimana lagi. Syarat dari warga setempat untuk menyetujui pembangunan hotel kami adalah kenaikan pembayaran ganti rugi. Mereka beralasan pembangunan hotel yang kami lakukan akan merusak lingkungan mereka yang masih asri.
Kami juga tidak mungkin untuk menghentikan pembangunan hotel ini. Kerugiannya akan jauh lebih besar dibandingkan jika kami menaikkan uang ganti rugi sesuai permintaan warga.
Tok..tok..tok..
"Masuk"
Rizal muncul dari balik pintu. Wajahnya yang serius sangat tidak enak untuk dipandang. Diwajahnya seakan tertulis bahwa masalah masih menanti kami dan kami tidak boleh bernafas lega dulu.
"Laporkan apa yang kamu dapat" perintahku langsung bahkan sebelum Rizal dipersilahkan duduk.
Rizal sedikit kaget. Matanya memandangku meneliti dari atas ke bawah seolah aku adalah alien yang baru saja mendarat di bumi.
Mungkin karena wajahku yang tidak bersahabat atau karena auraku yang seperti ingin makan orang -Yang ini aku tidak yakin, sebab ini Dave yang bilang- Bukannya bermaksud untuk memuji diri sendiri. Aku ini dikenal sebagai atasan paling ramah sepanjang masa. Sehingga ketika aku marah maka efeknya akan sedasyat tsunami yang disertai dengan gunung meletus. Berlebihan? Memang.
Entahlah, aku mudah kesal dan emosi akhir-akhir ini. Masalah di kantor dan masalahku dengan Alluna yang tempo hari belum terselesaikan benar-benar membebani pikiran dan menguras emosi.
Alluna sangat susah untuk dijinakkan. Ketika aku merasa bahwa aku sudah mengenal Alluna dan menggenggamnya dalam hidupku, ternyata tidak seperti itu. Itu hanya perasaanku. Nyatanya, Alluna selalu jauh di atas langit dan aku ada di perut bumi. Alluna sangat susah untuk diraih.
Rizal berdehem pelan, menyadarkanku dari lamunanku sendiri.
"Ini mengenai masalah masterplan perusahaan yang telah bocor ke pihak lain" Rizal memberi jeda sebentar. Seperti biasa, matanya memandang sekilas ke arahku lalu ke arah Dave untuk menunggu reaksi kami berdua.
"Go ahead" kataku tidak sabar.
Itu bagus, ketika dia memberi jeda untuk menunggu reaksi lawan. Dia bisa memilah-milah kata apa yang seharusnya dia ucapkan untuk menjaga agar pembicaraan dengan lawan bicaranya tetap terasa nyaman meskipun suasana mencekam. Tapi tidakkah dia bisa membaca situasinya sekarang bahwa aku sedang bad mood dan tidak ingin menunggu apapun.
"Kita tidak bisa memaksakan untuk tetap menggunakan masterplan kita. Meskipun perusahaan kita yang terlebih dahulu membuat masterplan ini dan pihak lawan menjiplak, tapi tidak ada bukti yang kuat bahwa kita adalah yang membuat masterplan tersebut"
Dave menghela nafas lagi entah untuk yang keberapa kalinya pada hari ini. Tangannya tidak berhenti mengurut pelipisnya yang sepertinya sama pusingnya dengan kepalaku.
"Perusahaan lawan sudah mengajukannya untuk publikasi" kata Rizal pelan mengakhiri laporannya.
Sialan. Kami kalah start. Jika perusahaan kami memaksa untuk menggunakan desain ini maka habislah sudah. Kami akan di cap sebagai plagiator. Ini akan berdampak ke nilai saham kami. Bukan hanya itu, investor yang kami miliki bisa saja hengkang dari perusahaan kami. Tapi kami juga tidak mungkin untuk membatalkan proyek ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alluna (COMPLETED)
ChickLitApa jadinya jika kamu batal menikah? Undangan sudah disebar dan segala persiapan sudah matang. Tinggal menunggu hari saja, tapi mempelai prianya malah lari dengan wanita lain. Alluna mengalaminya. Dia tidak bunuh diri atau menangis meraung-raung sep...