"Selamat untuk Prilly Raina Adisti!!"
Suara riuh tepuk tangan memenuhi ruangan aula tempat para siswa, guru dan orang tua siswa berkumpul. Untuk kesekian kalinya namanya disebut setelah dua tahun berturut-turut.
"Selamat, Prill!"
"Selamat ya, Prill!"
"Selamat, Prill. Akhirnya kamu juara lagi!"
Satu-persatu temannya memberi selamat dan menyalaminya.
Prilly Raina Adisti adalah salah satu siswi berprestasi di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta. Prestasinya di bidang akademi sudah tidak diragukan lagi. Selain selalu menjadi juara kelas dan juara umum di sekolahnya, dia juga selalu memenangkan beberapa olimpiade antar sekolah. Semua orang mengenalnya karena prestasinya. Tapi dia tidak mempunyai banyak teman di sekolahnya karena sifatnya yang cuek dan kurang perduli dengan orang-orang sekitar, terutama masalah cinta dan laki-laki. Sebenarnya dia bukan gadis yang sombong hanya saja dia kurang tertarik dengan obrolan-obrolan teman-temannya yang tidak jauh dengan gossip dan cowok yang katanya ganteng lah, keren lah, dan masih banyak lagi. Dia hanya focus pada pelajaran dan mempertahankan prestasinya, tujuannya adalah membuat orang tuanya bangga. Dan salah satu hobinya selain belajar adalah menjadi stalker artis idolanya.
Hari ini adalah hari kelulusan di sekolahnya, itu artinya semua anak kelas 9 termasuk Prilly akan segera melepas seragam putih birunya dan berganti dengan seragam putih abu-abu.
"Kepada Prilly dipersilakan untuk maju ke depan" lanjut seorang guru yang tadi menyebut namanya
Prilly berjalan ke depan aula melewati teman-temannya dengan senyum mengembang diwajahnya. Setelah berdiri di depan aula, Bu Ayu Kepala Sekolahnya memberi piala penghargaan sebagai juara umum dan memberikan surat kelulusan ujian nasional sebagai siswi yang mendapat nilai tertinggi di Ujian Nasional tahun ini. Kedua orang tuanya tersenyum bangga melihat putri tunggalnya selalu menjadi siswa berprestasi di sekolahnya. Tidak sia-sia mereka mendidik anaknya tidak hanya dalam bidang pendidikan tapi juga dalam hal agama hingga bisa menjadi anak yang membanggakan seperti sekarang. Meskipun anak tunggal di keluarganya tapi Prilly bukan anak yang manja yang segala sesuatunya bergantung pada orang tua.
"Selamat ya, Prilly! Kamu pasti akan diterima disekolah favorit di kota ini. Pertahankan prestasimu dan buat kedua orang tuamu bangga sama kamu" ucap Bu Ayu sambil menyalaminya.
"Iya, bu! Terima kasih!" jawabnya sambil tersenyum kemudian kembali ke tempat duduk setelah menerima penghargaannya
Beberapa jam kemudian acara pun selesai. Semua yang hadir pada acara kelulusan pun sebagian sudah bubar, hanya tersisa beberapa orang yang sedang menunggu jemputan supir pribadinya masing-masing.
"Prill, kamu mau pulang bareng Mama dan Papa?" Tanya mama Prilly
"Aku ntar pulang bareng Meta aja Ma"
"Ya udah kamu hati-hati ya. Kalo mau keman-mana jangan lupa telepon dulu. Mama sama Papa pulang duluan" ucap papanya sambil mencium kening anak kesayangannya.
Kemudian orang tuanya berlalu menuju tempat parkir mobil. Prilly duduk di kursi depan kelasnya sambil menunggu Meta sahabatnya. Dia mengutak-atik handphonenya membuka akun instagram miliknya dan memposting beberapa foto dengan sahabatnya dengan caption "my graduation day". Setelah puas memposting beberapa foto kemudian dia melakukan kebiasaannya yaitu menstalking artis idolanya melalui beberapa akun social media. Kebiasaannya ini sudah dilakukan sejak kelas 1 SMP, dia sangat mengidolakan seorang artis laki-laki muda berbakat yang memang menjadi idola remaja masa kini. Prilly selalu bermimpi jika kelak dia bisa mempunyai pacar seperti artis idolanya meskipun sekarang dia belum pernah sama sekali merasakan cinta pada lawan jenisnya, apalagi memikirkan untuk mempunyai pacar. Hidupnya penuh dengan khayalan. Disaat teman-teman seusianya sudah merasakan yang namanya cinta monyet, dia bahkan tidak tertarik sama sekali dengan hal seperti itu. Beberapa siswa lelaki di sekolah pun banyak yang mendekatinya, tapi dia tidak pernah menanggapinya, bahkan sebagian orang banyak yang bilang kalau Prilly sok jual mahal. Prinsipnya, dia tetap ingin fokus belajar dan terus meraih prestasi hingga ke jenjang yang lebih tinggi dan membuat bangga kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...