Part 21

9.3K 762 32
                                    

"Ali masih belom ngehubungin lo?" Tanya Meta seraya menyeruput cappucino latte - nya.

Prilly menggeleng lesu.
"Belom. Hape gue masih belom aktif."

"Ya gimana dia mau ngehubungin lo kalo hape lo aja gak aktif?"

"Kalo dia niat mau ngejelasin ke gue kenapa dia gak datang langsung aja ke rumah gue? Dia kan tau rumah gue!" Sahut Prilly.

"Lha ... bukannya dia pernah datang ke rumah? Lo - nya aja yang gak mau ketemu."

"Tapi waktu itu gue masih marah sama dia!"

"Kalo sekarang?"

"Au ah!" Balas Prilly mengerucutkan bibirnya.

Tangannya bergerak mengaduk - ngaduk orange juice di hadapannya, sementara pikirannya kembali menerawang pada kejadian seminggu lalu. Tepatnya malam dimana hatinya terasa dibawa terbang melayang ke atas langit lalu kemudian dihempaskan ke tanah begitu keras. Sakit. Itu yang Prilly rasakan.

Malam dimana Ali mengungkapkan cintanya yang selama ini ia tunggu - tunggu. Namun belum sempat Prilly menjawab atas pernyataan cinta Ali tiba - tiba seseorang datang merusak momen romantis itu.

Sudah seminggu Prilly tidak mengaktifkan handphone - nya. Dia tidak mau menerima panggilan dari Ali, membalas pesannya apalagi bertemu dengannya yang hanya akan membuatnya bertambah kecewa.

Waktu liburnya hanya dihabiskan di dalam kamar seharian. Beruntung Mama dan Papanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnis jadi dia tidak terlalu banyak ditanya - tanya tentang apa yang sedang dirasakannya, karena Mamanya tau betul bagaimana perubahan sifat Prilly jika ada sesuatu yang terjadi pada putri semata wayangnya itu.

Dan hari ini Meta sengaja mengajak Prilly jalan - jalan agar sahabatnya itu tidak melamun terus di kamar. Prilly memang tidak terus - menerus menangis karena kejadian malam itu, dia hanya menangis pada malam itu saja karena kecewa pada sahabat yang baru mengungkapkan cintanya itu.

"Woy! Ngelamun aja lo! Udah gue ajak jalan juga."

Prilly tersentak kaget ketika Meta melempar tisu ke arahnya.

"Lo sih pake ngebahas dia lagi!" Cerca Prilly.

"Ya ... habis gue 'kan keppo. Lo tau sendiri." Sahut Meta sembari nyengir kuda.

"Nah itu, penyakit keppo lo itu yang gak bisa ilang."

"Tapi gue beneran masih shock lho, Prill, denger cerita lo. Gue masih gak percaya."

"Apalagi gue yang denger langsung."

"Emang lo yakin kalo Ali yang ngelakuinnya?"

Prilly mengedikan bahunya sambil menyedot orange juice - nya. Lalu ia menghela nafasnya.

"Kalo menurut logika gue, gimana gue gak curiga kalo yang ngelakuinnya Ali, secara Fani masih sering nginep di rumahnya,"

"Kalo menurut hati lo?" Tanya Meta cepat memotong perkataan Prilly.

"Kalo menurut hati gue ... "

"Lo yakin bukan Ali yang ngehamilin Fani. Iya 'kan?" Potong Meta lagi.

"Entahlah. Otak sama hati gue suka gak sinkron kalo urusan beginian, beda kalo gue ngadepin pelajaran." Sahut Prilly seraya mengedikan bahunya lagi.

"Setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing - masing, Prilly sahabat gue yang cantik .... Gak ada makhluk yang sempurna bahkan orang jenius sekalipun. Kesempurnaan itu hanya milik Allah," ucap Meta panjang lebar.

Hujan Kala Itu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang