Part 7

8.7K 829 13
                                    

Ali's Pov

Gadis itu, gadis yang sudah beberapa bulan ini berusaha mendekatiku atau lebih tepatnya mengejarku ternyata dia mempunyai bola mata yang sangat indah. Baru kali ini aku menatap wajahnya dari dekat, bahkan wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Untung saja tadi tidak sengaja aku lewat depan kelasnya. Entah bagaimana jadinya jika aku tidak buru-buru menangkapnya saat dia terjatuh dari atas kursi yang lumayan tinggi. Mungkin tidak hanya badannya yang akan sakit tapi yang kutakutkan kepalanya terbentur ujung meja. Hah...sejak kapan aku khawatir pada gadis bawel itu?

Aku bisa merasakan degupan jantungnya yang berdetak begitu cepat dan tangannya yang sedikit bergetar karena pada saat itu tubuh kami menempel tidak ada jarak. Mungkin masih shock karena terjatuh dari ketinggian atau karena aku yang mendekapnya erat. Padahal saat itu aku pun merasakan hal yang sama, tapi mungkin dia tidak menyadarinya. Aku juga tidak tau kenapa bisa merasakan hal seperti itu.

Ekspresi mukanya yang lucu saat dia menatapku, sangat menggemaskan dengan mulut yang sedikit terbuka. Bibirnya yang tipis dan sedikit basah dengan lipgloss yang dia pakai menggodaku untuk menciumnya. Tidak munafik, aku juga lelaki normal yang mudah tergoda dengan 'pemandangan indah' di depan mata, meskipun gadis ini terkadang menjengkelkan tapi aku sudah mulai terbiasa dengan kelakuannya. Sebenarnya apa yang dia cari dariku? Disaat orang-orang menjauhiku karena sifatku yang urakan, tapi gadis itu terus mengejarku.

Sore ini langit sudah mulai mendung seperti hari-hari sebelumnya. Seperti biasa, aku selalu pulang menunggu situasi sekolah sepi. Dengan jarak beberapa meter dari tempatku berdiri aku melihat gadis itu berdiri sendirian di depan kelas, mungkin dia menunggu jemputannya. Dasar gadis manja. Sudah SMA masih diantar jemput seperti anak SD. Tumben dia tidak mencariku seperti biasanya, padahal dia pasti tau aku masih ada di sekolah karena motorku masih berada di parkiran. Sudah hampir sebulan dia tidak mendekatiku dan aku merasa ada yang aneh dalam diriku, aku merasa seperti ada yang hilang. Mungkin dia fokus belajar untuk ujian akhir semester karena yang kudengar dia memang siswa yang sangat pintar, meskipun aku tidak pernah bertanya atau mencari tau tentang dia tapi aku sering mendengar orang-orang membicarakannya terutama tentang prestasinya. Buat apa aku mencari tau tentang dia. Tidak penting.

Sekolah sudah mulai sepi, titik-titik airpun sudah mulai berjatuhan dari langit. Aku memutuskan untuk pulang. Setelah memakai jaket dan siap menaiki motor tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Mungkin gadis itu lagi, fikirku. Saat aku membalikan badanku, aku sempat kaget melihat seseorang berdiri di hadapanku. Seseorang yang sudah hampir setahun ini tidak pernah kutemui, tidak pernah saling memberi kabar meski lewat telepon, chat atau sms. Seseorang yang pernah mengisi hatiku bahkan sampai saat ini rasa itu masih ada, tapi aku lebih memilih untuk mengalah demi mempertahankan sebuah persahabatan.

"Hai...Li" sapanya dengan senyumnya yang mengembang. Wajahnya masih tetap sama seperti terakhir kutemui satu tahun lalu. Masih tetap cantik, hanya saja tubuhnya yang sedikit berisi.

"Fani?" aku masih tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Fani, dia adalah satu-satunya sahabat perempuanku yang sekarang menjadi kekasih sahabatku, Reksa. Kami bertiga bersahabat sejak masuk SMP, mulai dekat saat sama-sama menjalani masa orientasi siswa. Satu tahun bersahabat aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda pada Fani, aku menyayanginya lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu yang disebut jatuh cinta. Tapi aku masih belum yakin dengan perasaanku karena pada saat itu aku masih kelas dua SMP. Perasaan itu masih kupendam sendiri sampai pada saat kami sama-sama lulus SMP aku berniat akan mengungkapkan perasaanku padanya.

Flashback on

Saat aku mengantarnya sampai depan kelas setelah kami selesai latihan nyanyi untuk penampilan kami diacara perpisahan kelas IX

Hujan Kala Itu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang