Prilly merebahkan tubuhnya diatas ranjang queen size-nya, menatap langit-langit kamar yang kosong. Sudut bibirnya kembali tertarik membentuk senyuman mengingat kejadian tadi siang bersama Ali. Dari sepulang sekolah sampai malam hari pikirannya terus dipenuhi oleh seorang lelaki tampan ketus itu. Tidak. Sekarang dia sudah tidak ketus lagi,tapi menjadi seorang yang menyebalkan dan berbalik membuat Prilly kesal. Prilly masih tidak menyangka dengan perubahan sikapnya yang berbeda dari semenjak dia mengenalnya, apalagi saat Ali mengatakan kalau dia gadis yang lucu.
"Lo lucu kalo lagi salting"
"Permainan piano dan suara lo juga bagus"
Dua kalimat itu masih jelas terdengar di telinga Prilly. Kalimat yang tidak pernah terbayang sedikitpun keluar dari seorang laki-laki ketus seperti Ali. Apa mungkin dia berubah karena dia merasa berhutang budi pada Prilly yang sudah membantunya kemarin sore saat dia terkapar dipinggir jalan? Entahlah. Yang pasti kejadian tadi siang membuat senyum Prilly belum hilang juga dari wajah cantiknya.
Tok...tok...tok...
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Prilly tentang lelaki tampan itu. Dia bangun dari tidurnya dan berjalan kearah pintu lalu membukanya. Disana ada Mamanya sedang berdiri tersenyum sambil membawa segelas susu untuk anak gadis kesayangannya.
"Kamu lagi ngapain sayang? Boleh Mama masuk? Ada yang mau Mama omongin" Tanya Liza sambil menyodorkan gelas berisi susu.
Prilly mengambil gelas susunya dan mengangguk sambil tersenyum pada Mamanya.
"Boleh dong, Ma. Aku lagi gak ngapa-ngapain kok. Ada apa, Ma?" Prilly balik bertanya sambil mengikuti Mamanya berjalan kearah ranjang dan duduk di tepi ranjang diikuti Prilly.
"Kamu kenapa? Dari pulang sekolah tadi Mama lihat kamu kayaknya seneng banget. Ada apa sih?"
"Gak ada kok, Ma. Aku lagi seneng aja, kan besok udah mulai liburan sekolah" elak Prilly
"Beneran karena itu? Atau anak Mama yang cantik ini lagi jatuh cinta ya? Dari tadi Mama perhatiin senyum-senyum terus. Bahagia banget kayaknya"
"Emangnya kalo orang senyum-senyum itu tandanya lagi jatuh cinta ya, Ma? Bisa aja kan karena hal lain" ucap Prilly sambil sesekali meminum susunya.
"Tapi tebakan Mama bener kan?" Liza terus menggoda anaknya
"Ah...Mama apaan sih? Enggak kok! Ntar deh aku cerita sama Mama" rengek Prilly manja
Mamanya terkekeh melihat tingkah anaknya yang malu-malu. Bagaimanapun Prilly mengelaknya tapi Liza tau apa sedang dialami anak gadisnya ini. Wajar jika gadis seusia Prilly merasakan yang namanya jatuh cinta, Liza juga tidak pernah melarangnya mempunyai pacar asalkan tidak mengganggu kosentrasi belajarnya.
"Mama katanya tadi mau ngomong sesuatu sama aku? Ngomong apa, Ma?" Tanya Prilly sembari menyimpan gelasnya diatas nakas lalu merebahkan badannya diatas ranjang dengan kepala di pangkuan Mamanya.
"Gini...perusahaan Papa kamu yang ada di Surabaya lagi ada masalah dan harus Papa sendiri yang menanganinya langsung. Jadi untuk beberapa waktu kedepan Papa dan Mama harus tinggal disana sampai waktu yang gak bisa ditentukan, bisa beberapa bulan atau mungkin setahun. Mama juga harus bantu Papa kamu disana" jawab Liza panjang lebar.
"Oh...trus Papa sama Mama berangkat kapan?"
"Mungkin besok siang"
"What?! Besok siang?!" Prilly terlonjak kaget dan langsung bangun dari tidurannya.
"Kok mendadak banget sih, Ma..." rengek Prilly
"Dapet beritanya juga mendadak sayang. Nah, rencananya Mama mau ngajak kamu kesana sekalian liburan. Gimana? Kamu mau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...