"Upps!!"
Seketika tubuh Prilly menegang dan kaget melihat seseorang berdiri di depannya. Pelan-pelan dia menegakkan tubuhnya, dengan perasaan takut dia memberanikan diri menatap orang itu. Raut mukanya masih sama seperti tadi pagi, datar tidak ada ekspresi dan dengan tatapan matanya yang tajam.
"Hehehe...Sorry..." ucap Prilly takut-takut
Laki-laki itu pergi begitu saja. Prilly mengernyitkan keningnya heran dengan sikapnya. Dia pikir dia akan dibentak seperti tadi pagi.
"Orang aneh!" gumamnya sambil terus memandangi laki-laki itu hingga menghilang dari pandangannya
"Loh, Prill? Kenapa belum pulang?"
Prilly tersentak kaget mendengar suara dari arah belakangnya. Reflek dia menoleh ke belakang, ternyata orang itu adalah pak Mahendra.
"Eh, bapak. Bikin kaget aja" ucap Prilly mengelus dadanya
"Maaf saya mengagetkanmu. Kenapa kamu belum pulang?"
"Masih nunggu jemputan pak"
"Oh ya....Bagaimana kabar Papamu?" Tanya pak Mahendra
Pak Mahendra adalah sahabatnya Roy, Papanya Prilly. Mereka berteman sejak sama-sama kuliah di Yogyakarta.
"Alhamdulillah Papa baik-baik aja"
"Ehm...pak, yang tadi keluar dari ruangan bapak itu siswa baru disini?"
"Iya, kebetulan dia keponakan saya. Anak dari kakak saya"
"Ehm....maaf pak, tadi saya tidak sengaja mendengar pembicaraan bapak. Sepertinya tadi bapak memarahi dia? Kenapa?" Tanya Prilly hati-hati
"Iya...Saya sudah tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi sikapnya yang keras kepala. Papanya juga sudah menyerah" jawab pak Mahendra
"Dia pindahan darimana pak?"
"Dulu dia tinggal di Bandung. Dia tinggal dengan neneknya. Semenjak neneknya meninggal sikapnya jadi berubah, menjadi pemberontak dan susah diatur. Sekolahnya pun sudah berapa kali berpindah-pindah" jelas pak Mahendra
"Dia sangat dekat dengan neneknya,pak?"
"Iya. Dia sangat dekat dengan ibu saya"
Prilly hanya ber-oh ria sambil mengangguk.
"Ya sudah, kalau begitu saya masuk dulu. Kamu mau tunggu supir kamu di ruangan saya?" tawar pak Mahendra
"Makasih pak. Saya mau tunggu di depan saja" tolak Prilly secara halus.
"Ya sudah, kamu hati-hati"
"Iya pak. Permisi" pamit Prilly
Prilly berjalan menuju gerbang sekolah. Sepuluh menit kemudian jemputannya datang. Pak Maman yang tak lain adalah supir Prilly keluar dari arah pintu kemudi.
"Maaf neng saya terlambat jemput" ucap pak Maman
"Bapak dari mana aja? Kok telat?" Tanya Prilly
"Tadi dijalan ban mobilnya kempes jadi saya ganti dulu. Saya telepon neng Prilly tapi handphonenya tidak aktif" jelas pak Maman
"Oh iya, pak. Handphone aku mati"
"Mau langsung pulang saja atau mau kemana dulu?" Tanya pak Maman sambil membukakan pintu mobil untuk Prilly
"Pulang aja pak. Aku cape mau istirahat" jawab Prilly seraya masuk ke dalam mobil
Diperjalanan Prilly hanya diam memandang jalanan ibu kota dari jendela mobilnya. Biasanya dia selalu memainkan handphonenya menghabiskan waktu sebagai 'stalker'. Tapi karena handphonenya mati, dia tidak bisa apa-apa. Prilly mengeluarkan handphone dari dalam tasnya, memandanginya dan mengingat kejadian tadi pagi disekolahnya. Dia teringat akan laki-laki itu. Rasa penasarannya terhadap laki-laki itu semakin besar apalagi setelah mendengar penjelasan dari ketua yayasan sekolahnya, pak Mahendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...