'Oh ... My God!' batin Prilly.
Jantung Prilly terasa berhenti berdetak, tangannya dingin dan kepalanya begitu berat untuk menoleh Ali di sebelahnya. Dia bukan kaget karena terpilih sebagai Queen tapi dia kaget karena yang menjadi King - nya adalah Radit, orang yang paling Ali benci. Radit memang siswa yang pintar dan berprestasi meskipun kemampuannya masih di bawah Prilly.
Dan yang membuat Prilly tak enak hati karena dia harus berdansa bersama Radit walaupun hanya gimmick. Tidak terbayang dipikiran Prilly bagaimana marahnya Ali.
"Buat Radit dan Prilly silahkan naik ke atas panggung." Seru si pembawa acara.
Tiba-tiba Ali melepaskan genggaman tangannya begitu saja. Sebelum naik ke atas panggung Prilly menoleh Ali dengan perasaan tidak enak, namun Ali tetap bergeming dengan mata menatap lurus ke depan.
Suara tepuk tangan kembali terdengar setelah penyematan mahkota dan slempang pada Prilly dan Radit yang terpilih sebagai King and Queen tahun ini.
"Untuk King and Queen silahkan untuk berdansa. Kalian juga bisa ikut berdansa ya ..." seru Farhan mempersilahkan para siswa dan siswi lain untuk ikut berdansa.
Lampu mulai diredupkan dan sudah terdengar musik romantis mengalun merdu di dalam ruangan itu. Radit mengulurkan tangannya mengajak Prilly berdansa namun ia ragu untuk membalas uluran tangan itu.
Sebelum menerima uluran tangan Radit, Prilly menoleh menatap Ali yang sedang balik menatapnya dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celana jeans-nya. Prilly bisa melihat tatapan tajam Ali yang menyiratkan kekesalan walaupun dalam ruangan yang agak remang. Sedetik kemudian Ali berbalik dan pergi meninggalkan ruangan itu.
"Maaf, Dit, gue gak bisa." Ucap Prilly pada Radit yang masih setia mengulurkan tangannya dan berharap Prilly membalasnya.
Prilly yang panik langsung turun dari panggung mengejar Ali yang sudah menjauh. Dibukanya mahkota yang tersemat di kepalanya dan juga slempang yang melingkar di bahunya lalu ia berikan begitu saja pada Meta.
"Gue titip ini, Ta."
"Eh, tapi, Prill ..."
Tidak perduli dengan Meta yang siap protes, Prilly langsung berlari keluar aula dengan susah payah karena sepatunya yang tinggi untuk mengejar Ali yang sedang berjalan menuju parkiran.
"Lang!! Tunggu!!" teriak Prilly namun tak Ali hiraukan. Lelaki itu masih angkuh berjalan tanpa mau menjawab apalagi menghentikan langkahnya.
"Elang! Ini semua diluar ekspetasi gue. Gue mana tau kalo Radit yang bakal jadi pasangan gue!" bujuk Prilly setengah berteriak dengan masih berusaha mengejar Ali.
Seketika Ali menghentikan langkahnya. Dia masih bergeming enggan menoleh pada gadis yang sejak tadi mengejarnya dengan susah payah. Prilly yang melihat Ali berhenti langsung menghampirinya.
"Elang, gue ... "
"Kita pulang!" Ali memotong ucapan Prilly dan langsung menarik tangan gadis cantik itu menuju mobilnya. Ali berjalan dengan langkah cepat dan kaki mungil Prilly harus berusaha menyeimbangkan langkahnya.
"Aduh!"
Ali kembali menghentikan langkahnya mendengar Prilly mengaduh kesakitan. Dia masih tidak mau menoleh apalagi bertanya tapi tangannya masih menggenggam erat tangan Prilly. Bukannya Ali marah pada Prilly, tapi dia marah pada keadaan sehingga emosi dan amarahnya begitu menyelimuti dirinya, ditambah lagi dia cemburu melihat Prilly berdampingan dengan Radit di atas panggung padahal itu hanya sebuah acara. Begitulah Ali jika sedang marah. Benar-benar cemburu yang terlewat batas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...