"Prill...Prilly!! Ada cowok ganteng tuh diluar!" Seru Meta ketika masuk ke dalam kelas dan duduk disamping Prilly yang sedang sibuk mencorat-coret kertasnya membuat sebuah puisi.
"Terus kenapa?" tanya Prilly dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Katanya dia murid baru di kelas kita, Prill." Sahut Meta antusias.
"Terus?"
"Ih...lo kayak tukang parkir pake terus-terus." Gerutu Meta kesal.
"Ya terus gue harus gimana? Harus seneng gitu? Cuma murid baru. Biasa aja." Ucap Prilly masih cuek.
"Ya gak gitu juga. Lo dikasih tau ada cowok ganteng cuek aja. Jangan-jangan lo gak suka cowok ya? Ih...jadi ngeri gue temenan sama lo." Ucap Meta sambil bergidik.
"Enak aja lo!" Seru Prilly sambil menoyor kepala Meta pelan.
"Kalo gue gak suka cowok mana mungkin gue ngejar-ngejar Kak Ali." Lanjutnya.
"Aneh lo!" Gumam Meta.
Tiba-tiba Bu Sasha masuk ke dalam kelas dengan diikuti seorang laki-laki tampan bertubuh tinggi atletis, kulit putih, berhidung mancung dan berjambul. Jika diibaratkan artis Indonesia dia mirip seperti Verrel Bramasta. Semua mata tertuju pada sosok laki-laki yang berjalan di belakang Bu Sasha, menatapnya dengan tatapan terpesona terutama para siswa perempuan, kecuali Prilly.
"Selamat pagi anak-anak!" Sapa Bu Sasha.
"Selamat pagi, Bu!" Jawab para siswa serempak.
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri kamu!" Ucap Bu Sasha pada laki-laki itu.
"Hai semuanya! Perkenalkan nama saya Radit Febrian. Saya pindahan dari Jogja." Ucap Radit si murid baru itu.
" Hai Radit! Kamu ganteng deh!" Celetuk salah satu murid perempuan.
"Radit, kamu sebangku sama aku aja." Ucap salah satu lagi murid perempuan.
"Huuuhhhh...!!!"
Semua siswa serempak bersorak meneriaki dua perempuan kecentilan tadi, sementara Radit hanya tersenyum menanggapinya.
"Oke Radit kamu boleh duduk di..." Bu Sasha mengedarkan pandangannya mencari bangku yang masih kosong.
"Disamping Vito." Lanjut Bu Sasha.
Radit kemudian berjalan menuju bangku yang dimaksud Bu Sasha. Radit sejenak menghentikan langkahnya ketika berdiri tepat di samping Prilly dan tersenyum pada gadis itu, Prilly membalasnya dengan tersenyum simpul. Radit kemudian duduk di samping Vito yang bangkunya berada tepat di belakang Prilly.
"Lo gak tertarik, Prill?" bisik Meta sembari menyenggol lengan Prilly.
Prilly menoleh dan membalasnya dengan memelototkan matanya.
***
"Oke, materi untuk hari ini sampai disini dulu dan jangan lupa kerjakan tugas kalian." Ucap Bu Sasha sebelum keluar dari kelas.
"Prill, gue ke kantin duluan ya. Rio udah nunggu tuh depan kelas." Ujar Meta setelah memasukan bukunya ke dalam tas.
Prilly yang masih sibuk membereskan buku dan alat tulisnya yang masih berserakan diatas meja hanya mengangguk menanggapinya.
"Prill, nama lo Prilly kan?" tanya seseorang yang sudah berdiri di samping Prilly, siapa lagi kalo bukan Radit.
"Iya. Kenapa, Dit?" Prilly berusaha ramah pada setiap orang apalagi Radit adalah teman sekelasnya.
"Ke kantin bareng yuk! Gue belom tau kantinnya dimana." Ajak Radit.
Prilly terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...