Part 5

8.8K 755 0
                                    

"Gue anter lo pulang!"

Prilly mendongakkan kepalanya menatap orang yang kini berdiri di depannya. Sontak Prilly langsung berdiri, antara percaya atau tidak dengan orang yang dilihatnya sekarang. Siapa lagi kalo bukan pangeran tampan impiannya yang galak dan ketus itu.

"Lo bener mau nganterin gue pulang, Li?" Tanya Prilly dengan mata berbinar.

"Ya udah kalo gak mau!" ucap Ali ketus seraya membalikan badannya berlalu pergi.

"Eh, Tunggu!!!"

Prilly berteriak sambil berlari mengejar Ali dan berusaha mensejajarkan langkahnya.

"Cepet banget sih jalannya!"

"Lo yang lelet!"

"Biasa aja kali" gumam Prilly pelan

Prilly memanyunkan bibirnya. Dia memilih diam sambil terus mengikuti langkah Ali yang berjalan cepat. Bertanya pun tak ada gunanya karena dia tidak pernah mendapat jawaban tapi yang ada malah bentakan. Dia juga tidak tau bagaimana perasaannya saat ini, antara kesal dan bahagia.

"Lo parkir motor jauh amat, pak! Jadi tadi lo nyamperin gue jalan kaki?!" seru Prilly ketika dia sudah berdiri dekat motor pangeran tampannya yang ketus.

Mungkin Ali lebih cocok disebut cowok angkuh, galak dan ketus daripada disebut cowok dingin.

"Mau pulang gak?!!" sentak Ali yang sudah menaiki motornya

Prilly tersentak kaget, padahal sudah kesekian kalinya dia dibentak. Mungkin mulai saat ini dia harus terbiasa dengan bentakan-bentakan lelaki yang ada di depannya sekarang. Setelah menaiki motor, Prilly berpegangan erat dengan melingkarkan tangannya di pinggang Ali.

'Rejeki anak soleh. Kapan lagi gue bisa meluk dia kayak gini?!' batinnya. Senyum pun tersungging di bibir tipisnya.

"Gue ngajak lo bukan berarti lo bisa meluk gue!!!" sentak Ali

Reflek Prilly melepaskan pegangannya. Bibirnya yang tadi menyunggingkan senyum seketika berubah mengerucut.

"Lo gak bisa ya kalo ngomong gak pake teriak? Kalo gue gak pegangan ntar gue jatoh gimana?" ucap Prilly lembut.

Tanpa menghiraukan pertanyaan Prilly, Ali melajukan motornya. Akhirnya Prilly berpegangan pada ujung jaket Ali dengan perasaan takut karena Ali melajukan motornya cukup kencang. Hari pun sudah mulai gelap, matahari sudah kembali keperaduannya tapi bulan dan bintang tidak menampakan keberadaannya, mungkin karena tertutup awan. Ditengah perjalanan tiba-tiba....

Tess...tess...

Setitik, dua titik air mulai berjatuhan dari atas langit malam. Lama kelamaan tetesannya menjadi semakin padat dan berubah menjadi guyuran. Hujan pun turun cukup lebat. Sementara Prilly memejamkan matanya sembari menengadahkan wajahnya keatas menikmati hujan yang mulai membasahi bumi. Tangannya yang tadi berpegangan erat pada ujung jaket Ali kini dia rentangkan.

Ali meminggirkan motornya mencari tempat untuk berteduh. Motornya berhenti di depan sebuah toko yang sudah tutup. Sadar tiba-tiba motor yang ditumpanginya berhenti, Prilly pun membuka matanya.

"Turun!!" perintah Ali

Prilly turun dari motor dengan susah payah karena ukuran motornya yang cukup tinggi sangat kontras dengan tubuhnya yang mungil. Mereka berdiri di depan teras toko untuk berteduh.

"Kok berhenti sih?" Tanya Prilly

"Gue gak mau sakit!" jawab Ali tanpa menoleh

"Masa cowok kayak lo Cuma gara-gara hujan takut sakit? Lebih bahaya ngerokok daripada hujan! Atau jangan-jangan lo khawatir gue yang sakit ya? Ayo ngaku! Lo khawatirin gue kan? Tenang aja! Gue udah biasa ujan-ujanan. Menurut gue hujan itu menyenangkan" cerocos Prilly

Hujan Kala Itu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang