Ali merapikan kembali rambutnya untuk ke sekian kalinya setelah beberapa kali mengganti-ganti model rambut. Kaos hitam polos dan celana jeans hitam dipadukan dengan jas warna senada membalut tubuh kekarnya, ditambah lagi sepatu sneaker putih yang membungkus kakinya.
Setelah dirasa siap, Ali meraih Iphone - nya di atas nakas. Di usapnya benda tipis berlayar flat itu untuk membuka lockscreen lantas menyentuh tombol angka satu untuk panggilan cepat.
"Halo ..."
Ali tersenyum mendengar suara seseorang menyapa di seberang telepon.
"Halo ... udah siap?"
"Udah dari tadi kali!"
"Gue ke rumah lo setengah jam lagi."
"Oke, gue tunggu!"
Ali menutup sambungan teleponnya lantas bergegas keluar kamar setelah sebelumnya mengambil kunci mobilnya dan sebuah kotak kecil yang ia masukan ke dalam saku jasnya.
Malam ini Ali akan menemani Prilly ke acara prom night yang diadakan di sekolah tempat ia belajar dulu. Awalnya Ali menolak diajak ke acara itu karena dia sudah bukan siswa di sekolah itu lagi, padahal dia juga alumni dari sekolah itu. Tapi karena tidak bisa menolak rengekan manja dan ancaman Prilly, akhirnya Ali mau juga.
Sudah dua tahun lebih mereka menjalin persahabatan layaknya sepasang kekasih. Ali dengan sifatnya yang perhatian dan selalu melindungi Prilly, juga Prilly dengan sifat manjanya pada Ali membuat mereka merasa nyaman satu sama lain dengan hubungan tanpa status itu, meskipun kadang Prilly selalu menyembunyikan rasa cemburunya terhadap Ali jika sahabat tampannya itu didekati oleh mahasiswi lain di kampusnya. Mau protes, tapi sadar dengan statusnya yang bukan pacar. Jadi Prilly merasa tidak ada hak untuk melarang Ali dekat dengan siapapun. Berbeda dengan Ali yang selalu terang-terangan dan lebih overprotective, apalagi jika Prilly di dekati Radit, laki-laki yang pernah menyukai dan berniat merebut gadis cantiknya itu dulu. Makanya saat Prilly bilang akan pergi dengan Radit ke acara prom night, Ali langsung melarang dan mengiyakan ajakan sahabat cantiknya itu.
Flashback on
"Ya, Lang, ya ... please ..." rajuk Prilly setengah merengek.
"Ogah! Males gue!" jawab Ali tak acuh.
"Trus, gue sama siapa dong datang ke acara itu? 'Kan malu kalo dateng sendiri."
"Lagian kenapa sih harus datang pasangan segala? Perasaan pas gue dulu enggak deh, gue datang sendiri. "
"Ya, mana gue tau. Yang bikin konsep acara 'kan panitia. Ayo dong, Lang ... temenin gue ... ya,ya,ya ..." Prilly masih berusaha membujuk Ali.
"Gue males ke acara begituan. Dulu aja gue cuma nongol bentar, abis itu langsung pulang. Kalo ke acara lain gue mau deh, asal jangan acara sekolah."
"Emang kenapa sih? Lagian 'kan tuh sekolah punya keluarga lo juga."
"Makanya itu, pas lulus gue berasa keluar dari penjara. Gue ngerasa dimata-matain sama Om gue."
"Cuma semalem doang, kok. Ya?"
Prilly menarik-narik lengan baju Ali seperti anak kecil yang sedang merengek meminta jajan. Ali menolehnya dengan tatapan datar. Lelaki itu menghela nafasnya lalu menggelengkan kepalanya tanda ia tetap menolak. Dan seketika itu pula Prilly memanyunkan bibirnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Entah kenapa jika di depan Ali sifat manjanya selalu keluar, berbeda jika dengan orang tuanya sendiri.
"Ih ... kok lo gitu banget sih! Gak mau bantuin sahabat sendiri!"
Prilly mendorong lengan Ali yang tadi ditariknya. Air mata pun mulai meluncur perlahan dari bola mata indahnya. Pikirannya tiba-tiba membenarkan ucapan Ali dan ikut-ikutan menyalahkan acara itu, kenapa harus datang berpasangan segala?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...