"Gue bilang gue gak tau apa-apa, Sa!" Pekik Ali geram.
"Gue gak percaya! Lo balik lagi kesini cuma buat ngerebut Fani dari gue kan, Li?"
"Terserah lo mau bilang apa! Tapi gue gak selicik yang lo kira, gue masih nganggap lo sahabat gue, Reksa!"
Reksa, sahabat Ali yang juga kekasih sahabat perempuannya Fani, perempuan yang Ali cintai sekaligus cinta pertamanya yang belum sempat tersampaikan. Ketika diperjalanan motor Reksa menghadang mobil Ali. Ali yang masih penuh dengan amarah karena melihat pemandangan yang tidak mengenakan ketika Radit mencium Prilly, tanpa pikir panjang lagi langsung keluar dari mobilnya menghampiri Reksa dengan tangan kosong dan bersandar di bagian depan mobilnya. Sementara Reksa sudah siap dengan benda di tangannya yang sewaktu-waktu bisa saja melayang kearah Ali dan membuatnya tidak berdaya seperti tempo hari.
Sejak kembalinya Ali ke kota ini Reksa memang selalu mengganggunya, menghadangnya di tengah jalan dan selalu menuduhnya telah merebut kekasihnya, Fani. Persahabatan yang sudah terjalin cukup lama bisa rusak begitu saja hanya karena seorang perempuan yang hadir diantara mereka. Tapi dalam hal ini tidak ada yang bisa disalahkan, mencintai seseorang bukan suatu kesalahan karena perasaan itu hadir begitu saja tanpa dipaksakan, begitu juga yang terjadi dengan Ali, Reksa dan Fani. Hanya mungkin keadaannya saja yang tidak tepat sehingga memancing mereka ke dalam permusuhan. Reksa yang masih bersikukuh menuduh Ali merebut kekasihnya dan Ali yang berusaha menolak keras tuduhan yang dilontarkan Reksa serta Fani yang sampai saat ini tidak tau keberadaannya dimana sejak Reksa memaksa Fani untuk pulang bersamanya ketika Fani sedang bersama Ali waktu itu, sehingga memunculkan permasalahan yang tidak ada hentinya diantara mereka.
"Sejak gue bawa Fani pulang waktu itu, gue gak tau dia ada dimana. Lo pasti yang nyembuiin dia, kan!!" Tuduh Reksa sengit.
"Cewek tuh gak suka dipaksa men! Jelaslah dia pergi, orang lo kasarin dia." Jawab Ali berusaha sabar. Dia tidak mau ada persilihan lagi diantara mereka hanya karena seorang perempuan.
"Dia berubah semenjak lo pergi dari sini. Gue tau lo masih cinta kan sama dia?!" Sentak Reksa.
Ali tersenyum sinis, melipat tangannya di depan dada dan berusaha santai meskipun kepalanya sudah panas dari tadi dipenuhi amarah. Tidak bisa dipungkiri, dihatinya memang masih ada sedikit perasaan cinta pada sahabat perempuannya itu. Ali sudah mencoba melupakan rasa itu tapi kemunculan Fani yang secara tiba-tiba seolah menumbuhkan kembali perasaan yang sudah lama dia kubur dalam-dalam. Mungkinkah karena itu cinta pertamanya? Lalu bagaimana dengan perasaannya pada Prilly? Entahlah, dia masih bimbang apalagi dengan apa yang dia lihat tadi di rumah Prilly.
"Kalo gue masih cinta sama Fani kenapa? Ada masalah? Kalo emang dia udah gak cinta sama lo kenapa gak dilepas aja sih? Dia tuh terlalu terkekang sama sikap lo!" ucap Ali sinis.
"Dan lo yang bakal ngambil bekas gue, gitu?"
"Apa maksud lo bekas? Fani bukan barang yang abis lo pake terus lo buang gitu aja. Sebesar apapun rasa cinta gue sama dia, gue gak akan selicik lo buat maksa-maksa dia apalagi dengan cara kasar."
Ali mulai geram dengan perkataan Reksa yang menyebut Fani 'bekas'. Reksa sengaja memancing emosi Ali agar dia mengatakan keberadaan Fani padahal Ali sendiri tidak tau dimana sahabatnya itu. Pertemuannya dengan Fani beberapa waktu lalu di sekolah merupakan pertemuan pertamanya setelah hampir satu tahun lebih mereka berpisah sekaligus pertemuan terakhirnya, karena pada saat Ali mengantar Fani pulang motornya dihadang Reksa di tengah jalan, Ali dihajarnya sampai babak belur sementara Fani diseret paksa oleh Reksa.
Tanpa persiapan apapun tiba-tiba dengan gerakan cepat Reksa menendang perut Ali hingga Ali tersungkur dan berlutut di depan Reksa.
"CEPET LO BILANG DIMANA FANI??!!" sentak Reksa dengan tangan terus bergerak mengayun-ayunkan tongkat baseball di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Kala Itu (End)
RomanceDalam hidup biasaku dirimu muncul begitu saja. Yang tak pernah kuduga dan tak pernah kusangka. Awalnya kuterima dirimu hanya dengan imajinasiku sendiri. Ternyata karena itu aku mempunyai bunga cinta padamu. Padahal semua itu semu. Itu hanya permaina...