Part 12

8K 733 6
                                    

Prilly's Pov

"Prill, ntar malem nonton yuk! Mumpung besok libur."

"Sorry, Dit, gue gak bisa."

"Kenapa? Ali lagi?"

Aku diam. Sudah kesekian kalinya aku menolak ajakan Radit dan alasannya selalu sama, yaitu Ali. Ya...Ali selalu menjadi alasanku menolak ajakan Radit, entah kenapa Ali selalu tidak suka jika aku dekat dengan Radit. Apa mungkin dia cemburu? Tapi atas dasar apa dia cemburu pada Radit? Pacar saja bukan bahkan dia tidak pernah mengatakan suka padaku, tapi yang selalu membuatku bingung adalah sikapnya yang kadang terkesan posesif. Ketika kita jalan berdua Ali selalu merangkul pinggangku posesif bahkan saat kita sedang bercanda saja tidak jarang dia selalu tiba-tiba memelukku. Aku mulai terbiasa dengan sikapnya yang melebihi seorang teman. Oke, sekarang kita menyebut hubungan kita adalah sahabat, Sahabat Tapi Posesif.

Dan sekarang di depanku ada Radit. Seorang lelaki yang kadar ketampanannya hampir sama dengan Ali. Seminggu yang lalu saat pulang sekolah dia mengatakan kalau dia mencintaiku. Sebegitu cepatkah Radit mencintaiku? Padahal kenal saja kita baru sebulan. Tapi dia tidak memintaku menjadi pacarnya, dia hanya menyatakan perasaannya. Dan kalaupun dia memintaku untuk menjadi pacarnya, jawabannya sudah pasti 'tidak'. Ya...karena hatiku sudah dipenuhi oleh Ali. Sekarang aku mengakuinya kalau aku mencintai Ali tapi perasaan itu masih aku simpan rapat dihatiku, aku belum berani secara terang-terangan mengakuinya bahkan pada Meta sahabatku sendiri meskipun Meta sudah bisa menebak dari tingkah lakuku, tapi aku selalu mengelaknya.

Jika dibandingkan dengan Ali mungkin dimata orang lain Radit lebih baik, menurutku juga. Penampilannya yang selalu rapi, sifatnya yang ramah dan tidak gampang marah, selalu bisa menekan emosinya, memiliki otak yang cerdas dan dia baik. Aku akui dia baik, tapi bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan? Hatiku lebih menjatuhkan pilihan pada lelaki tampan pemilik sorot mata tajam seperti Elang, walaupun mungkin perasaan ini hanya bertepuk sebelah tangan. Sikapnya yang selalu membuatku merasa nyaman dan bahagia ketika di dekatnya, dan dari rasa nyaman itulah mampu merubah perasaanku yang awalnya dari rasa kagum lama-lama berubah menjadi cinta. Bukankah dalam rasa kagum juga memang terselip sedikit rasa cinta? Seperti halnya dulu aku begitu mengagumi artis idolaku, karena kalau tidak ada rasa cinta mana mungkin aku akan ikuta-ikutan marah jika idola sendiri dibully haters-nya meskipun cinta itu hanya sebatas fans dan idolanya. Berbeda dengan Ali, wujudnya nyata ada di depanku namun untuk memilikinya...entahlah mungkin cinta ini hanya sebatas mimpi.

"Prill?"

Aku sedikit tersentak ketika Radit memanggil namaku, aku terlalu sibuk melamunkan tentang Ali.

"Ah...iya. Ehm...sorry, Dit, rencananya malam ini gue mau jenguk Ali. Udah dua hari dia gak masuk sekolah, katanya sih sakit."

"Kok katanya?"

"Iya, gue taunya dari temen sekelasnya. Seminggu ini gue off dulu sama handphone, lo tau sendiri kan minggu ini kita banyak ulangan, gue mau fokus belajar."

"Sampe segitunya lo mau fokus belajar..." Radit terkekeh.

"Abis kalo udah teleponan atau bbm-an sama dia gue suka lupa waktu." Balasku sambil tersenyum.

Kita memang suka lupa waktu kalau sudah teleponan bahkan bisa sampai berjam-jam. Mungkin orang lain akan bilang 'gak panas tuh kuping!', tapi itulah aku dan Ali. Dan selama seminggu ini aku sengaja tidak menghubungi Ali karena ingin fokus belajar. Aku tidak mau karena akhir-akhir ini waktuku sering aku habiskan dengan Ali membuat nilai mata pelajaranku menurun. Aku memang tidak menghubunginya lewat handphone, tapi dua hari sebelum dia sakit aku masih suka dijemput berangkat sekolah bareng dan diantar pulang juga. Bisa dibayangkan kan begitu perhatiannya Ali? Selalu bisa membuatku merasa aman dan nyaman, tapi aku sendiri tidak tau bentuk perhatiannya itu dia anggap sebagai apa.

Hujan Kala Itu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang