?

2.2K 126 9
                                    






Keyla membolak-balikan badannya dikasur Hani tidak jelas, Hani yang sibuk dengan ponselnya tidak peduli dengan kasurnya yang bergoyang heboh karena Keyla. Ia membulatkan pipinya kesal, bahkan hari ini sahabatnya pun mengacuhkannya. Keyla mendengus kesal sambil menutup mukanya dengan guling Hani.

Rentetan kejadian hidupnya melintas cepat di benaknya, waktu terlalu cepat berlalu hingga Keyla belum sempat memperbaiki banyak kejadian di hidupnya. Benar kata orang, waktu itu berlari, kalau kita tidak mengejarnya kita akan jauh tertinggal dibelakang tanpa mendapat apa-apa.

keyla beranjak bangun dari kasur dan berjalan ke arah cermin besar di kamar Hani, ia menatap tubuhnya dari atas sampai bawah. Ia sudah berusaha memperbaiki beberapa kejadiaan hidupnya, salah satunya dengan cara menguruskan badannya. Walaupun akhir-akhir ini diet tidak berjalan selancar dulu, ya wajar saja Galih yang akhir-akhir ini tidak pernah memperhatikannya. Jangankan memperhatikan, ah sudahlah kenapa jadi Galih lagi. kenapa ia tidak pernah lepas dari bayang-bayang cowok itu, apa perasaannya sudah sedalam itu?

"Lebay banget njir gue." Gumamnya pada diri sendiri.

"Key!" Panggil Hani heboh.

"Hmm." Hanya gumaman yang keluar dari mulut Keyla, sepertinya ia masih kesal dengan sahabatnya karena mengacuhkan dirinya.

"Lo harus tau Key, OMG! Foto Instagram gue, yang ngelike banyak banget." Jawab Hani dengan semangat empat lima, dengan mata yang masih fokus dilayar handphone.

Keyla tidak menjawab dan hanya mengganggukan kepalanya, Keyla menatap kosong jendela kamar Hani yang tirainya terbuka terbawa angin. Ia berjalan mendekat ke jendela yang terbuka itu matanya menyapu jalanan kosong di depannya. Rambutnya yang panjang terurai melambai-lambai tertiup angin malam yang dingin dan menusuk kulitnya. Begitu tenang dan damai, 'pikirnya' andai rumahnya seperti itu.

Hani yang merasa diabaikan akhirnya meninggalkan handphonenya, dan melihat ke arah gadis yang mengabaikannya itu dan menghampirinya dan merangkulnya.

"Mau cerita?" Tanya Hani pelan.

Keyla membalikan badannya dan menggeleng pelan, "Ngak sekarang, nanti pasti gue ceritain."

"yaudah maraton yuk, siapa tau abis nonton lu bisa cerita ke gue. Oh iya jangan lupa sms ke mama lu, kalo lu nginep disini." Seraya menutup jendela kamarnya, dan menarik Keyla kekasurnya.

Keyla hanya menggangguk dan mengikuti Hani, ia bersyukur mempunyai sahabat seperti Hani. Walaupun sangat menjengkelkan, disaat-saat tertentu Hani bisa lebih perhatian dibanding mamanya sendiri.

Ternyata masih ada kesempurnaan dihidupnya tanpa harus terlebih dahulu memperbaikinya, pikirnya sambil tersenyum.






"Nayla"

Gadis itu juga sama terkejutnya.

"Ngapain lo disini." Ujarnya gusar dengan kehadiran laki-laki itu, Nayla beranjak untuk pergi dari tempat duduknya ingin keluar dari saung yang ia tempati untuk berteduh itu. Sampai ada yang menarik tangannya dan menghentikan langkahnya.

"Tunggu," Ucap Galih sambil mencengkram tangan kiri gadis itu agar tidak pergi dan menariknya kembali kedalam saung, "ada yang harus kita selesain." Ucapnya lagi sambil menatap Nayla.

Nayla berusaha melepaskan cengkraman laki-laki itu akan tetapi tidak bisa. Ia mendengus kasar, "Mau sampai kapan lo giniin gue?" Ucapnya Nayla lirih. Membuat cengkraman tangan Galih di tangan kirinya mengendur, kesempatan itu tidak Nayla sia-sia kan ia kembali berusaha melepaskan cengkraman tangan Galih dari tangannya, akan tetapi mengendur bukan berarti Nayla bisa dengan mudah melepaskannya, Nayla tetap tidak bisa melepaskannya. Dan akhirnya ia menyerah dan menatap balik mata laki-laki didepannya dengan tatapan yang mengerikan.

"Nay, Gue minta maaf." Ujar Galih lirih.

"Seharusnya gue ngomong ini dari dulu ta..." 'plak' tamparan mendarat di pipi Galih.

Galih menatap sedih Nayla yang dibalas dengan tatapan marah plus terluka oleh Neyla.

"Gue tau Nay, bahkan tamparan itu belom ada apa-apanya dibanding rasa sakit yang lo rasain dulu," Ujar Galih pelan.

"Maafin gue Nay, gue tau gue gak pantes lagi untuk minta maaf setelah bertahun-tahun gue malah menghindar dari lo, gue terlalu takut untuk minta maaf sama lo." Jelas Galih sambil melepas cengkraman nya di tangan Nayla.

Nayla terduduk, ia terisak ia tidak tahu harus bagaimana. Sedari dulu memang ia ingin sekali membenci Galih atas kelakuannya dulu yang membuatnya sangat sakit, akan tetapi tidak bisa, ia memegang dadanya menahan sesak didadanya yang tak kunjung sirna. Ia tidak bisa membenci Galih, ia tidak bisa.

Rentetan bayangan dari masa lalu memenuhi pikirannya, Galih kakak kelas yang ia sukai menembaknya, Galih yang romantis, Galih yang perhatian, Galih yang jahat, Galih yang ternyata hanya mempermainkannya.

Ya, Galih hanya mempermainkan perasaanya saja, ia benar-benar tidak habis fikir bagaimana Galih bisa melakukan Hal seperti itu.

"Kenapa lo harus balik lagi, kenapa." Tanyanya parau di sela isak tangisnya. Galih ikut terduduk disebelahnya dan memeluk Nayla dan terus berkata maaf, yang Neyla tidak bisa terima akan tetapi juga ia tidak kuasa untuk menolaknya. Galih semakin mengeratkan pelukannya sambil terus berkata maaf yang terus ia ulang-ulang.




"Jadi menurut lo gue harus bagaimana?" Tanya Keyla, setelah berjam-jam mereka maraton, akhirnya Keyla bisa menceritakan apa yang terjadi dirumahnya belakangan ini.

Hani diam, dahinya mengkerut seperti sedang berfikir keras. "Cuman satu caranya," Ucap Hani tiba-tiba. "Papa lo harus milih." Sambungnya.

Keyla terdiam, Hani benar, seharusnya memang dari dulu papanya memilih dan seharusnya juga dari dulu mereka berpisah, bukan mamanya malah bertahan disamping pria itu, apa yang mamanya pikirkan, Keyla benar-benar tak mengerti.

"Lu bener Han," Gumam Keyla Pelan "Papa emang harus milih, dan dia gaakan milih gue dan mama tentunya." Ucapnya pelan sambil tersenyum sendu. Hani yang melihat sahabatnya itu kembali memeluknya.

"Gue selalu akan milih lo kok." Bisik Hani

"Makasih Han," Ucap Keyla pelan sambil tersenyum, ia bersyukur masih mempunyai Hani disampingnya.



Suara deruman motor terdengar dari luar, membuat Keyla yang sedang tertidur disamping Hani terbangun, Telinga Keyla memang sedikit sensitif saat tertidur, ia gampang terbangun karena suara-suara kecil.

Ia menyibak hordeng jendela kamar Hani yang terletak dilantai dua, matanya menyipit. "Kayak gak asing," Gumamnya pada diri sendiri yang melihat ada motor didepan pagar. "Galih, Nayla?" Ujarnya Kaget, ia bingung dengan apa yang ia lihat. Buru-buru ia menutup hordengnya.

Ia kembali berjalan menuju tempat tidur Hani, merebahkan badannya disana. Keyla berusaha memejamkan matanya, akan tetapi tidak bisa, Pertanyaan-pertanyaan muncul memenuhi kepalanya, ada apa dengan mereka? Apa sebenarnya hubungan mereka berdua? 



Hehe maaf baru update, dikit lagi. ^.^

Aku minta kritik sarannya ya tentang cerita ini :D



Hey KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang