"Key kamu kenapa sih?" Galih meminggirkan mobilnya namun tidak membuka kuncinya. Melarang perempuannya untuk keluar.
"Kamu yang kenapa. Aku udah jelasin semuanya dengan rinci kemarin. Aku bukan orang yang suka kasih kode-kode. Seharusnya kamu ngerti maksud aku kemarin." Keyla menggeram frustasi saat pintu itu tidak bisa di tarik.
Akibat emosi dia jadi kurang menyadari kalau dia bisa menarik kuncinya secara manual tanpa harus menunggu pengemudi membukakannya. Keyla langsung menarik sesuatu yang menghambatnya daritadi dan keluar dari mobil. Dia berjalan menjauh dari mobil mencari angkutan umum.
Tidak memperdulikan suara Galih yang memanggil dari belakang. Kalian mungkin bisa berkata kalau Keyla terlalu lebay, tapi kalia mungkin harus sedikit membayangkan, saat malam minggu, pacar kalian membawa kalian keluar untuk ke rumah perempuan lain.
Keyla kesal.
Kesal dengan ketidak tegasannya.
"Key, tolong!" Galih akhirnya bisa meraih pergelangan tangan Keyla dan menghentikan langkah perempuan itu.
"Tolong apa sih? Kamu bahkan ga mencerna ucapan aku sama sekali. Aku ga mau ya berantem disini, kayak anak alay tau gak. Udah lepasin." Keyla menghempaskan tangannya, namun tak membuat tangan laki-laki itu bergerak sedikitpun.
Ok, akibat masa tubuhnya berkurang, dia jadi tidak lebih kuat dari Galih sekarang.
"Aku ga mau berantem. Aku cuman bingung kenapa kamu minta turun."
Rasanya Keyla ingin menjedotkan kepala Galih ke menara sutet agar dia sadar.
"Kamu tuh ... capek tau ga sih. Ngeliat kamu baik ke semua cewek. Mungkin dari semua orang, cuman kamu yang ga nyadar kalo Hilda suka sama kamu. Dia itu menginginkan lebih dari kamu. Kamu tuh kenapa sih? Kenapa terlalu baik?" Keyla berkata dengan pelan. Sulit rasanya menyalahkan orang yang terlalu baik.
Karena baik dan bodoh itu beda tipis.
"Maafin aku." Suara Galih membuat Keyla mendangakkan kepalanya yang tadi sempat tertunduk.
"Kamu tau? Tadi aku niat ngajak kamu juga untuk menyelesaikan ini semua. Aku tau dia suka sama aku, tapi dia bener-bener susah buat di jauhi, entah darimana dia jadi tau semua kontak aku. Dan susah untuk ngeblokir semuanya. Hari ini aku minta kita kesana dulu biar kita nyelesein semuanya disana."
Keyla membelalakkan matanya tidak percara dengan penjelasan yang baru saja dia dengar. Tunggu, apa Hilda itu terobsesi dengan pacarnya?
"Kok serem sih?" marah Keyla langsung menguap begitu sajs tergantikan oleh rasa penasaran.
Sedangkan Galih tersenyum melihat perempuan di depannya. Dia tau dari dulu Keyla memang sangat mudah terpengaruh. Dia terkadang tertawa karena Keyla benar-benar cepat melupakan rasa marahnya. Tapi bukan berarti Galih ingin bermain api di belakangnya hanya karena Keyla pemaaf.
Keyla adalah anugerah untuk hidupnya. Banyak hal yang berubah dari dirinya sebab bersama Keyla empat tahun belakangan ini. Perempuan itu banyak mengubahnya secara tidak langsung dan tanpa disadari keduanya.
"Ga tau juga. Makanya ayo kita samperin. Kita selesein bareng-bareng." Ucap Galih dan mengajak perempuan itu kembali ke mobilnya.
Sesampainya di rumah Hilda yang Keyla malas bertanya kenapa Galih bisa tau itu, Keyla dapat melihat sebuah rumah yang amat besar. Galih memberitahu pak satpam yang berjaga di rumah itu untuk memberitahu ke Hilda kalau Galih datang.
Tak lama sesosok perempuan keluar dari sana dengan senyum, tapi entah mengapa Keyla tidak melihat kebahagiaan disana. Apalagi saat menyadari ada Keyla di sampingnya, senyum perempuan itu langsung luntur seperti pasir terkena ombak. Tidak bersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Keyla
Teen Fiction"Galih, lo mau jadi pacar gue gak?" Tanya cewek gendut itu tiba-tiba. "Lu kurus dulu baru gue bisa jadi pacar lo." Ujar cowok itu kalem. 'Andai kurus secepat dan segampang di FTV'