Kabur

2K 131 1
                                    

Keyla masuk ke rumah dengan keadaan basah kuyup, setelah pertemuannya tadi dengan Galih di bangku taman, tiba-tiba saja hujan turun, untung dia menggunakan jas hujan. Jadi tidak masuk angin. Pelan-pelan tapi pasti dia berlari ke kamarnya untuk berganti baju dan mandi.

Angin segar menelusuki badan Keyla saat dia membuka jas hujan yang sedari tadi di pakainya. Dia segera masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat sedang memakai baju Keyla mendengar suara berisik dari luar.

"Anak cewek sukanya berantakin rumah aja!" Ujar seseorang yang tanpa perlu Keyla membuka pintu pun dia tau itu siapa.

"Kenapa sih mah teriak-teriak?" suara Rio menyahuti tante Fani membuat Keyla lebih memilih untuk mengabaikan mereka berdua. Malas menanggapi nya.

"Itu tuh, anak sama ibu sama aja, kerjaannya berantakin rumah aja. Pantesan papah kamu maunya sama mamah."

Brakk

Keyla berjalan dengan tenang walaupun tangannya tadi sudah membuat seluruh rumah hening, termasuk mamahnya yang ikut keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi.

"Saya minta maaf kalau jejak kaki saya ngotorin rumah karena kehujanan tadi." Wajahnya masih datar, sedangkan tante Fani sudah menunjukkan raut muka meremehkan. 

"Tapi tolong ga usah bawa-bawa ibu saya."

Rio berusaha menenangkan Keyla, Rio tau saudara perempuannya itu sedang sangat serius dan juga menahan emosinya. Karena dia sudah menggunakan kata 'saya' dalam perkataannya.

"Oh kebawa ya? Mungkin emang mamah kamu aja yang kayak benalu, sukanya nempel sama suami saya." 

Satu tamparan mendarat di pipi tante Fani. Cukup untuk Keyla kabur dari situasi dan menangis tiap malam. Setiap manusia punya harga diri. Dia bingung kenapa mamahnya masih mau tinggal disini.

"Apa-apaan kamu?!" sebuah suara menggelegar membuat semua orang menengok.

"Yang, liat tuh anak kamu, nampar aku." Rasanya Keyla mau muntah melihat sifat ular dari tante Fani.

"Mamah yang nyari masalah duluan." Ucap Rio tenang. Dia tidak menyangka ibunya selicik itu. Tidakkah cukup mereka merusak kebahagiaan keluarga orang lain, apa masih harus memfitnah mereka?

"Kok kamu nyalahin mamah sih?" Fani bertanya tidak terima pada anaknya.

"Keyla, kenapa kamu nampar mamah kamu?" ayahnya itu menatap tajam Keyla, benar-benar bukan seperti tatapann papahnya saat dulu.

"Dia emang pantes untuk di tampar. Dan oh, iya. Dia bukan mamah saya, dia ga lebih dari penghancur rumah tangga orang lain." Entah darimana keberanian Keyla datang untuk mengatakan semua itu, padahal mamahnya saja lebih memilih untuk menangis karena melihat semua drama yang ada di keluarga ini.

"Jaga mulut kamu!" Keyla memegang pipi nya yang mungkin sudah memerah. Sepertinya dia memang bukan papahnya lagi.

"Udah, nak." Mamah Keyla berusaha menenangkan anak semata wayangnya itu.

"Ah, tenang aja. Saya bakal jaga mulut saya, atau bahkan jiwa raga saya dari anda. Saya rasa saya udah ga punya papa lagi. Hardiawan sudah mati, dan laki-laki di depan saya ga lebih dari seorang stranger. Saya angkat kaki dari rumah ini. Terimakasih atas makanannya selama ini." Keyla meninggalkan semua orang yang berada di ruang tamu, sedangkan ibunya berusaha menenangkan Keyla dan meminta dia untuk merubah keputusannya. 

Sayangnya keputusan Keyla sudah bulat. Dia lebih memilih untuk tinggal di rumah neneknya saja. Selain untuk mengobati luka hatinya akibat keluarganya ini, namun juga untuk melupakan segala rasa sukanya dari Galih.

***

"Maafin mamah gue." Keyla tersenyum mendengar ucapan maaf dari Rio. Sejujurnya dia bingung kenapa laki-laki sebaik Rio bisa di lahirkan dari rahim perempuan ular macam tante Fani.

"Haha, ga tau ya." Ucap Keyla sambil mengangkat barang-barangnya yang ada di bagasi. Rio mengantarkan Keyla ke rumah neneknya. Ya, semuanya tidak dapat kembali seperti semula. Hanya saja Keyla bingung kenapa ibunya masih mau tinggal satu atap dengan perempuan dempul itu.

"Jangan lupa kabar-kabarin gue ya." Rio menurunkan tas ransel Keyla ke halaman rumah neneknya.

"Tenang aja. Oh, iya. Gue titip mamah gue." 

"Maaf." Laki-laki itu menunduk, merasa sangat bersalah. Keyla jadi tidak enak melihatnya.

"Selaw ae, bukan lo yang salah. Lo ga perlu minta maaf kayak gini ke gue." Keyla berpura-pura tertawa.

Rio menarik Keyla ke dalam pelukannya, "Jangan pernah benci gue ya." Ujar laki-laki itu. 

Keyla menepuk pundak laki-laki itu dan berkata, "tenang aja, lo tetep saudara terbaik gue." 

Tiba-tiba saja Rio melepaskan pelukannya dan menatap mata Keyla. Keyla jadi bingung karena Rio menatapnya seperti itu.

"Kenapa?" tanya Keyla bingung.

"Mungkin gue lancang nanya lo di situasi kayak gini. Tapi apa ga pernah sekali aja lo nganggep gue seorang laki-laki?"

Keyla mengerutkan keningnya, "Ya, lo kan emang laki-laki?" ucapnya dengan nada bingung.

"Maksud gue. Apa lo ga pernah liat gue sebagai seorang laki-laki bukan seorang saudara?" mata laki-laki itu sangat mengintimidasi Keyla. Kenapa Rio tiba-tiba bertanya seperti itu?

"Ha?"

"Gue suka sama lo."

krik

"What?!" teriak Keyla spontan. Sepertinya kupingnya sedang bermasalah. Apa yang tadi Rio katakan?

"Lo bisa pikirin lagi. Waktunya pas. Lo jauh dari gue dan Galih. Lo bisa pikirin siapa yang bisa dampingin hidup lo nanti dan selamanya." Rio melepas pegangannya pada pundak Keyla dan seegera masuk ke dalam mobilnya.

Sedangkan Keyla terdiam bahkan sampai mobil itu sudah meninggalkannya.

"Siapa?" suara neneknya membuat Keyla memutar tubuhnya.

"Keyla, Nek!" Ujar Keyla antusias, sudah lama tidak bertemu neneknya.

"Hah? Keyla? Kok kurus?" tanya neneknya itu bingung.

"Hehe, diet nek." Kata Keyla sambil cengengesan.

"Oh ... yaudah masuk ayo. Diana mana?" kepala neneknya menengok ke kana dan ke kiri mencari putri bungsunya.

"Di rumah, nek. Aku kan kabur dari rumah." Keyla cengengesan. Sedangkan neneknya langsung membulatkan matanya.

Keyla mendorong neneknya masuk ke dalam rumah mengabaikan tas-tasnya yang bergeletakan di luar. Dan menceritakan semua kejadiannya, semuanya. Termasuk tentang yang selama ini di sembunyikan mamahnya.

Hey KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang