D-Day!

2.1K 101 4
                                    

"Huaaa." Suara berisikmenggema amat kencang di seluruh rumah.

"Haduh Keyla, kamu itu kenapa sih, pagi-pagi udah berisik?" Mama Keyla langsung masuk ke dalam kamar anaknya itu setelah mendengar suara seperti auman harimau.

"Huaa, mamah! naik mah naik." Keyla balik badan dan langsung menghampiri mamanya histeris.

"Hah naik? Naik kemana?" 

"Berat badan Keyla naik mah! Gimana dong, nanti bajunya ga muat, mana tinggal seminggu lagi."

sebuah ketukan kecil meluncur mulus di kepala Keyla, "Kamu sih ngemil mulu tiap malem. Udah tau gampang naik berat badannya, masih aja ngemil malem terus."

"Keyla kan stres mah, kalo stres Keyla makan."

"Iya iya iya, 'kalo stress Keyla makan, kalo seneng Keyla makan, kalo sedih Keyla makan'." Mamah Keyla menirukan Keyla yang selalu memberikan alasan yang sama jika sudah ingin makan.

"Tapi kan...."

"Udah udah. Emang kamu naik berapa kilo sih?" perempuan yang sudah memiliki beberapa rambut putih itu berusaha menenangkan anaknya yang masih saja histeris.

"Eum... Lima kilo." Dengan mengajukan lima jari dan senyum seindah pepsodent, Keyla berusaha membuat tampang se-innocent mungkin. Dia tau ini sedikit tidak wajar, dia naik lima kilo dalam waktu seminggu, tapi gimana lagi. Dia benar-benar sedang stres sekali.

"Keyla!!" Kini mamanya lah yang menjadi pusing. Satu rumah langsung berkumpul ke dalam kamar Keyla, saat tau apa penyebab konser di pagi hari itu, mereka semua hanya bisa menggeleng kecil dan kembali berjalan keluar. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain hal itu.

Dua bulan  yang lalu

"Key, nikah yuk?" 

"Hmm..hmm...hmm...." Keyla hanya bersenandung ala Nissa Sabyan menanggapi perkataan Galih.

Ini sudah tahun ke lima mereka berpacaran, dan entah sudah keberapa kali dia mengucapkan itu. Pertama kali Galih mengucapkan itu Keyla kaget sekaget-kagetnya. Tapi ternyata seperti biasa, Galih sangat suka menggoda Keyla.

Dan Galih sering sekali melakukan itu, Galih bilang dia sangat suka melihat tampang kaget dari seorang Keyla. Semua itu membuat Keyla menjadi kebal dengan kata kramat itu, kata yang selalu di tunggu oleh perempuan yang sudah lama berpacaran ataupun yang sudah ngebet mau nikah.

"Key, aku serius." Galih menggoyang-goyangkan pundah Keyla karena perempuan itu terus bersenandung sambil menutup matanya.

"Yaudahlah gak jadi kalo lo gak mau nikah sama gue, padahal gue mau ngasih cincin ini."

Ucapan Galih itu tetap tidak membuat Keyla membuka matanya. Tidak semudah itu Galih, ini sudah keberapa kalinya dia membohongi Keyla. Perempuan dengan rambut sebahu itu tidak akan masuk ke jebakan yang sama.

Tapi sedetik kemudian Keyla tersentak karena sesuatu telah menyentu jari manisnya. Rasanya tidak asing, walau Keyla jarang memakainya karena kalau dulu jarang ada ukuran yang pas dengannya, tetap saja Keyla pernah memakainya.

Itu cincin.

Keyla langsung membuka matanya dan membelalak melihat sebuah cincin berwarna putih berkilau, dan sebuah berlian kecil di tengahnya. Terlihat indah.

"Ini plastik ya?" Tanya Keyla penasaran. Bisa saja Galih sudah meng-upgrade level jebakannya.

"Ya ampun Key. Ini emas, asli emas. Kalo gak percaya besok kita cek."

"Eh? Serius kamu ngajakin aku nikah?" 

"Yaiyalah Key. Emang selama ini aku pacaran sama kamu buat main-main aja?"

Hey KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang