Maaf banget kemarin saya ga update :V
Padahal kemaren udah niat mau nulis, tiba-tiba aja mood jatuh dan ide buyar, jadi ya gitu, akhirnya satu kata pun tidak dapat tertulis :D
***
"Mama kenapa sih ga mau ninggalin papa? Mama emang ga sayang sama aku?" Keyla menggelendoti lengan mama-nya, sedangkan nenek Yanti hanya memandang mereka dari kejauhan, pemandangan ibu dan anak.
Dia sedih, karena kejadian seperti itu harus terjadi pada kehidupan rumah tangga anaknya. Padahal dia kira rumah tangga anaknya itu baik-baik saja karena si bungsu tidak pernah terlihat bersedih, ternyata dia menyimpan rahasia sebesar itu.
"Mama sayang sama kamu, sayang banget malah," wanita yang sudah berkepala empat itu mengelus rambut panjang anaknya.
"tapi mamah ga bisa pergi dari rumah itu sekarang." Keyla menatap mamahnya bingung. Kenapa ibunya itu bersikeras tetap bersama papanya walau sudah di sakiti sedalam itu.
"Kenapa? Mama masih 'cinta' sama papa?" entah mengapa Keyla geli sendiri menyebut kata cinta.
Mama Keyla tersenyum, senyuman yang aneh, seperti ada rasa sakit yang tidak dapat di jelaskan, "Mana mungkin mamah masih bisa jatuh cinta sama orang yang udah nyakitin anak mamah. Karena walaupun mamah benci sama Fani, mama tau kalau bukan cuman Fani doang yang salah, tapi papa mu juga." Ini pertama kalinya Keyla mau menjelaskan topik sensitif ini.
Biasanya mama-nya hanya menganggap Keyla sebagai anak kecil, dia tidak pernah mau membuka apapun. Terkadang mama-nya menangis bersama Keyla, tapi Keyla tidak tau pasti alasan mama-nya itu menangis.
"Trus kenapa mama masih mau tinggal disana?" tanya Keyla geram di sela tangisnya.
Hani menghembuskan nafasnya pelan, "Kamu mungkin ga tau, tapi mama sedang mempertahankan apa yang menjadi milik mama." Ucap Hani sambil memandang serius anaknya.
"Emang apaan?" Keyla mengambil tisu dan menyeka air-air yang berada di wajahnya.
"Rumah kita itu sebenernya rumah mama, itu rumah pemberian kakek kamu ke mama. Tapi waktu ayah mama meninggal, entah bagaimana caranya ternyata nama rumah itu sudah menjadi nama papa-mu. Makanya mama sekarang sedang mengusahakan agar nama rumah itu balik lagi ke mama, dan sampai saat itu tiba mama mungkin akan tetep tinggal di sana."
Yanti menutup mulutnya mendengar ucapan anaknya. Hatinya mencelos mendengar penderitaan anaknya, dia merasa gagal dan amat bersalah karena telah menjodohkan kania dengan laki-laki brengsek seperti Haris.
"Sampe kapan ma?" Keyla bertanya sembari menahan emosi karena dia tidak tau papa nya sebejat itu. Andai darah bisa di buang, mungkin Keyla ingin membuang darah papa dia dari tubuhnya.
"Sebentar lagi, mamah sudah minta tolong Om Dani buat bantuin mama."
Om Dani itu kakak pertama mamah, dia seorang pengacara. Tadinya Dani ingin meminta Kania untuk menuntut Haris yang dengan seenaknya membalik nama rumah itu menjadi namanya, tapi Hani tidak mau memperpanjang urusan, dia hanya ingin rumahnya kembali lalu dia bercerai dari suaminya itu.
"Kalian berdua nyembunyiin hal sebesar itu dari Ibu?" Yanti akhirnya keluar dari persembunyiannya. Jujur dia kecewa karena tidak bisa menjadi tempat bersandar saat si bungsu sedang dalam masalah.
Mereka berdua menengok sedangkan Hani hanya bisa menunduk, dia memang sengaja untuk tidak melibatkan ibunya. Sayangnya Keyla kabur, dan kaburnya malah ke rumah ibunya. Akhirnya terbongkarlah semua rahasia besar yang dia tutupi selama ini.
***
"Jadi lo sekarang tinggal di rumah nenek lo?" tanya Hani sambil memasukkan nastar sisa lebaran ke dalam mulutnya.
Keyla mengangguk, setelah mendengar cerita mamahnya tadi, dia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Hani untuk menghilangkan penat di kepalanya. Masalah yang bertubi-tubi membuat dia lelah dan mulai kembali kebiasaan lamanya, malas berolah raga. Bahkan berat badannya sudah kembali naik lagi.
"Sabar ya mbul-ku." Hani memeluk sahabatnya itu untuk menenangkannya. Dia sedih mendengar cerita dari Keyla, tapi dia juga merasa bersalah karena tidak bisa membantu apa-apa.
Terdengar suara motor masuk ke halaman rumah Hani membuat kedua gadis yang sedang berpelukan layaknya teletubies itu menyernyit. Karena setau mereka orang tua Hani pergi menggunakan mobil bukan motor, dan Nayla tidak bisa naik motor.
Mereka berdua langsung berlari ke arah balkon untuk melihat siapa yang datang, karena bisa jadi itu adalah abang go-food, mereka memesan ayam geprek lima belas menit yang lalu. Tapi bayanga ayam lembut yang di lumuri cabai itu sirna saat Keyla melihat Galih dan Nayla yang berada di sana.
"Key?" panggil Hani merasa tidak enak.
"Iya?" tanya Keyla berusaha tenang. Mungkin mereka cuman teman.
"Lo gapapa?" Hani benar-benar merasa tidak enak, dia sendiri juga bingung kenapa adiknya itu bisa pulang bersama laki-laki yang di sukai oleh sahabatnya.
"Ya elah, paling si Galih ngelamar jadi kang gojek dan ga sengaja dapet orderan dari Nayla." Kata Keyla cengengesan, atau lebih tepatnya menenangkan diri sendiri.
"Lagian kan gue udah bilang kalau gue udah ga suka sama dia." Ujar Keyla berjalan meninggalkan Hani yang masih memandangnya tidak enak.
Namun Keyla kembali berlari ke balkon saat mendengar deru motor lainnya. Tidak salah lagi, itu pasti ayam gepuknya. Keyla langsung berlari dan melupakan apa yang barusan dia lihat tadi. Perempuan berlarian menuruni tangga.
Bahkan saat berpapasan dengan dua orang itu, Keyla lebih memilih mengabaikan keduanya dan membayar pesanan yang sudah di tunggunya dari tadi. Keyla berusaha mengabaikan muka kaget dari keduanya.
Sekantung ayam gepuk sudah berada di tangannya membuat dia bersenandung membawa kesayangannya itu. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat orang yang berada di depannya.
"Keyla." Galih menghadang pintu rumah Hani dengan tubuhnya.
"Misi." Keyla berusaha mendorong Galih agar bisa masuk ke dalam.
"Gue minta maaf." Ucap laki-laki itu.
Nayla memandang keduanya dari kejauhan. Dia menghembuskan nafas, tidak tau harus berbuat apa akan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Keyla
Teen Fiction"Galih, lo mau jadi pacar gue gak?" Tanya cewek gendut itu tiba-tiba. "Lu kurus dulu baru gue bisa jadi pacar lo." Ujar cowok itu kalem. 'Andai kurus secepat dan segampang di FTV'