Squishy

1.9K 137 0
                                    

"Key, key." Rio menepuk-nepuk salah satu pipi saudara tirinya itu.

"Hm?" tanya Keyla dengan keadaan penuh dengan bubur ayam.

"Lo kesurupan?" tanya Rio sambil menaikkan salah satu alisnya. Sejak kejadian kemarin, nafsu makan saudaranya itu meningkat pesat, kedua pipinya bahkan sudah kembali menggembung. Dia sebenarnya tidak masalah Keyla mau kurus atau gendut, karena dia suka keduanya. Hanya saja dia sedikit kasihan dengan Keyla, usahanya menguruskan badan terpatahkan hanya karena kejadian kemarin.

"Kagak, gue laper." Ujarnya sambil menyengir. Sekarang kedua mangkok bubur itu telah tandas seakan tidak pernah di isi sebelumnya. Licin seperti habis di cuci menggunakan sunlight.

"Lo kalap." Tangan Rio mengambil butiran bubur yang tertinggal di sudut bibir Keyla. 

Tadi Keyla memintanya untuk membelikan bubur saat Rio ingin berjalan pagi di hari minggu. Rio bahkan sampai bingung kenapa Keyla tidak lari pagi lagi. Padahal sejak program diet itu Keyla selalu rajin lari pagi. Tapi nafsu makannya sekarang justru membuat Rio semakin bingung. Rio jadi merasa kalau Keyla seperti Squishy, menggemaskan.

Sebegitu dalamnya kah perasaan dia ke laki-laki itu?

"Udah lama gue ga makan bubur yang enak kayak gini. Dari kemaren makan makanan ga ada rasanya mulu. Untung lidah gue masih berfungsi dengan benar." Keyla kembali menyengir dan membawa mangkok tadi ke westafel untuk di cuci.

"Berat badan lo ...." Perkataan Rio terhenti. Dia tau menyinggung soal berat badan ke perempuan bukanlah hal yang bagus.

"Bodo amatlah ya. Capek juga diet terus." Tangannya sempat terhenti karena mendengar perkataan Rio, tapi Keyla berusaha membuang nafasnya sepelan mungkin agar Rio tidak menyadarinya.

"Gue tau lo pengen kurus. Kenapa ga lo pertahanin aja yang sekarang? Lo ga usah diet lagi, tapi lo harus jaga pola makan lo dan rajin olahraga." Rio berdiri di samping Keyla yang masih sibuk mencuci mangkoknya.

"Mertahanin berat badan ga semudah itu. Lo yang ga pernah gendut ga akan pernah tau rasanya diet mati-matian, dan bahkan setelah dia bisa turun pun, berat badannya bisa naik dengan sangat mudah walaupun cuman makan secuil aja." Suara Keyla terdengar bergetar. Rasanya Rio salah bicara, dia telah membangunkan sisi sensitif Keyla.

"Maaf kalo gue kelewatan."

Keyla hanya berjalan melewatinya dan menaruh mangkok serta sendok yang telah di cucinya tadi. Perempuan itu langsung berjalan meninggalkan Rio yang masih terdiam dan diliputi rasa bersalahnya.

***

"HUAA!" teriak Keyla histeris. 

Demi apapun, Keyla hanya makan dua mangkuk bubur dan berat badannya naik dua kilo. Betapa kejamnya dunia ini. Memang benar dengan apa yang dikatakan Rio tadi, mungkin dulu Keyla ingin kurus karena ingin menjadi pacar Galih, tapi sekarang dia ingin kurus untuk dirinya sendiri. Tapi dia hanya sedang terlalu sensitif saja tadi sehingga tidak dapat menerima perkataan Rio tadi.

"Dua kilo astaga. Gue harus lari nanti siang!" Ujar Keyla berapi-api.

***

Dengan tergopoh-gopoh Keyla berusaha menggapai bangku taman untuk beristirahat. Tadi dia sudah berlari keliling komplek sekitar tiga puluh menit. Dengan jas hujan yang menutupi tubuhnya, dan juga terik matahari yang menyinarinya langsung. Entah akan berapa kilo keringat Keyla di bajunya nanti.

Susahya jadi orang gendut, makan dikit aja naik dua kilo, Gumam Keyla dalam hati.

Setelah dua menit berselang akhirnya Keyla bisa kembali mengatur nafasnya. Namun kedua matanya menyipit saat dirinya melihat objek tidak asing melintas tidak jauh dari tempat duduknya.

"Anjir, dunia cuman selebar daun kelor kali ya." Gerutu Keyla sambil menutupi kepalanya dengan punuk dari jas hujan hitamnya. Kepalanya menunduk agar orang yang sedang berjalan itu tidak menyadari keberadaannya.

"Key ... la?"

Apes.

"Ha?" Keyla mendongakkan kepalanya pura-pura bego.

Galih tersenyum memandang perempuan di depannya. Pipinya terlihat sedikit kembali berisi. Dia bersyukur sahabatnya itu baik-baik saja.

Di lain waktu, Keyla sedang merutuki takdir kenapa dia harus di pertemukan dengan Galih di sini, saat ini. Di taman, dengan keadaan Keyla memakai jas hujan di siang bolong, muka lepek bukti perjuangan. Dan dapat Keyla pastikan dia bau.

Mamah! Kirim Keyla ke pluto!

"Olahraga, Key?" tanya Galih berusaha menghilangkan kecanggungan di antara keduanya, laki-laki itu juga memutuskan untuk duduk di samping Keyla yang sedang merapalkan sumpah serapah ke dirinya sendiri, terutama untuk jantungnya agar jangan lancang berdetak terlalu cepat tanpa seijinnya.

"Ha? Hm." Jawab Keyla singkat. 

"Gue mau minta maaf." Ucap Galih tiba-tiba membuat emosi Keyla kembali memuncak, sebuah emosi yang bercampur aduk, antara sakit hati, matah, benci, dan juga kangen.

"Ga ada yang perlu di maafin. Jadi lo ga perlu minta maaf." Keyla berdiri berniat meninggalkan Galih. Jangan sekarang, kondisi hatinya masih belum stabil.

"Please, Keyla."  Galih menahan tangan Keyla dan ikut berdiri. Laki-laki itu menatap Keyla dengan pandangan yang Keyla amat benci. Pandangan merasa bersalah.

"Oke, oke. Gue maafin. Sekarang lo bisa pergi dan jangan ganggu gue lagi." Keyla menghentakan tangannya kasar agar tangan Galih terlepas. Perempuan itu langsung pergi meninggalkan Galih yang semakin gundah dengan perasaannya.

Hey KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang