Keyla dapat melihat dari sudut matanya kalau Galih sedang memandanginya. Sebenarnya jantung perempuan itu sudah berdegup tidak karuan, tapi Keyla sedang membangun harga diri nya agar lebih terasa berharga saat seseorang kehilangannya dirinya.
Keyla tidak mau menjadi orang yang di kenal banyak orang namun cepat terlupakan, dia lebih senang jika hnaya mengenal beberapa orang tapi orang itu tidak akan melupakan dia dengan mudah.
"Key, kok lo kayaknya gendutan ya?"
Lizzy bertanya sambil menoel-neol pipi Keyla. Lizzzy adalah teman satu kelas Keyla, mereka bertemu saat ospek, tidak di sangka mereka mempunyai jurusan yang sama. Jadi ya apa salahnya berteman?
"Hm, iya nih. Gue lagi males olahraga, jadi ga sempet jaga badan." Keyla menyeruput es teh manisnya dengan cepat.
Dirinya jadi gondok sendiri saat mengingat waktu membaca atau menonton sesuatu yang berhubungan dengan gemuk. Di sana di tampilkan seakan-akan diet itu mudah, dan setelah diet tidak perlu mempertahankannya lagi. Padahal itu semua tidak semudah itu.
"Gue juga ga olahraga." Perkataan Lizzy sebenarnya sedikit membuat Keyla tersinggung, tapi dia berusaha meredamnya.
Lizzy belum tau kalau Keyla sebelumnya memang gendut. Keyla iri sekali dengan perempuan yang bisa makan banyak tanpa perlu mengkhawatirkan berat badan. Dirinya yang dulu mungkin tidak mengkhawatirkan berat badan, tapi yang sekarang tidak.
"Hmm, lo harus liat ini." Keyla mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkan foto lamanya kepada Lizzy. Perempuan itu sedikit menganga dan menatap Keyla berkali-kali.
"Gila. Lo keren banget!" Ujar perempuan itu dengan antusias tidak seperti perkiraan Keyla. Dia kira Lizzy akan meminta maaf akan perkataanya tadi, tapi perempuan itu malah memandanginya takjub. Perempuan itu bahkan merebut handphone dari tangan Keyla dan melihat foto-fotonya antusias.
"Lumayan lah." Keyla kembali menikmati makanan yang terhidang di depannya.
"Btw, kayaknya gue pernah ngeliat orang ini deh." Mata Keyla melirik sebuah foto dari handphone-nya. Disitu Terpampang dirinya bersama Galih sedang Berpose dua jari.
Itu foto saat mereka sedang mengadakan acara perpisahan, foto itu adalah satu-satunya dimana mreka berada di satu frame, karena biasanya Keyla yang sering mem-foto Galih atau sebaliknya.
"Dia ngampus disini kok." Jawab Kela sambil berusaha menengkan nada suaranya agar tidak terlalu antusias.
"Oh, pantes aja." Lizzy mengangguk-angguk kepalanya dan kembali melihat-lihat foto yang ada di handphone Keyla. Namun matanya malah manangkap sesosok laki-laki yang ada di foto.
"Itu kan ya orangnya?" Belum sempat Keyla menjawa pertanyaan Lizzy, perempuan itu lebih dulu meninggalkan tempat duduknya dan menghampiri Galih. Sumpah demi apapun rasanya Keyla ingin masuk ke black hole aja. Saat dia sedang berusaha mengabaikan Galih, malah temannya yang menghampiri.
Keyla dapat melihat keduanya berbincang-bincang sampai dia dapat melihat Galih mulai bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah nya bersam Lizzy. Duh, pengen ke mars.
"Hai." Galih sudah berada di depannya, menyapanya kaku. Sedangkan Lizzy sedang senyum-senyum tidak jelas. Mungkin tidak menyangka di tengah hari dengan tumpukan tugas dia dapat bertemu dengan laki-laki tampan ber-alis tebal dan rapih.
"Hai." Jawab Keyla singkat.
Please, ini jantung kenapa sih suka begini banget kalo ada Galih. Malu-malu si mulut aja yang udah sok-sok nolak dia.
"Lo kenapa sih ga pernah ngenalin kalo punya temen seganteng dia?" Tanya Lizzy tanpa tau malu.
"Haha." Keyla juga tidak tau kenapa dia memilih untuk tertawa, mungkin dia merasa mati kutu berada di depan Galih.
Entahlah, hanya karena sebuah perasaan ternyata hubungan seseorang bisa jadi serenggang itu.
"Gue pamit duluan ya, udah mau masuk." Ijin Galih kepada mereka berdua. Setelah di persilahkan oleh Lizzy, Galih berjalan pergi melewati Keyla, tapi Keyla dapat mendengar suara laki-laki itu yang berkata, "Pulang bareng gue ya."
Sangat pelan. Tapi dapat membuat jantung Keyla berdendang amat keras.
***
Langkah Keyla terhenti saat ada seseorang yang menahannya. Padahal dia sudah berusaha kabur sebisa mungkin, tapi sepertinya dia kalah cepat dari Galih. Laki-laki itu menahannya. Andai saja badan Keyla masih sebesar dulu, mungkin dia hanya perlu menabrak Galih sampai laki-laki itu runtuh.
"Kan gue bilang pulang bareng gue." Perkataan Galih amat tegas membuat Keyla sedikit bergidik ngeri.
"Galih. Biar gue jelasin sesuatu." Mata Keyla mengisyaratkan untuk Galih melepaskan tangannya dulu dan membiarkan dia berbicara. Galih mengerti dan melepaskan genggamannya dari tangan Keyla.
"Pertama, perasaan gue sama lo belum se dalem itu sampe lo harus merasa ga enak karena gue suka sama lo. Kedua, gue ga hopeless itu sampe lo harus kasihan sama gue yang bertepuk sebelah tangan. Gue ngebiarin lo buat ngejar cinta lo dan jangan kejar gue karena gue ga suka di kasihanin. Ketiga, kayaknya lo ada hubungan sama Adeknya Hani, gue ga mau ikut campur dan menjadi pengganggu di hubungan kalian. Jadi ya, gue mohon maaf karena mungkin kita ga bisa kembali kayak dulu lagi."
Keyla menyelesaikan semua alasan dan penjelasannya itu dalam satu tarikan nafas. Akhirnya dia dapat melepaskan semua beban yang ada di hatinya. Dia dapat melihat air muka Galih berubah, menjadi suatu ekspresi yang Keyla sendiri tidak dapat mengerti.
"Dan gue kayaknya harus mengoreksi penjelasan dari lo." Galih menatap Keyla intens, mata laki-laki itu seakan mengunci semua pandangan Keyla. Mereka berdua bahkan mengabaikan kalau tempat mereka berdiri ini sering untuk di lewati orang-orang, alis koridor, dan membua mereka berdua mungkin saja menjadii tontonan publik. Semoga saja tidak ada yang merekam mereka dan mem-viralkannya di sosial media seperti yang sedang marak saat ini.
"Pertama, gue harap perasaan lo bisa lebih dalem ke gue agar gue bisa melakukan hal yang sama ke lo. Kedua, gue ga bisa menampik kalau awalnya gue cuman kasian sama lo, sampe gue sadar, mungkin apa yang gue lakuin ke lo selama ini bukan hanya karena rasa kasihan, melainkan dari gue sendiri yang ga suka ngeliat lo di sakiti dan selalu pengen bisa ngelindungin lo. Ketiga, Nayla itu mantan gue waktu smp, hubungan kita udah berakhir, gue cuman mau memperbaiki kesalahan yang gue lakuin ke dia dulu, hampir sama kayak gue merlakuin lo dulu, gue ngelakuin hal yang sama ke Nayla dulu.
"Ke empat, ada yang bikin lo beda dengan Nayla. Kalo saat dengan Nayla, gue ga ngerasain jantung gue berdegup ga jelas, dan gue ga merasa takut saat tau ada orang lain yang juga suka sama dia, tapi itu semua ga berlaku di lo." Galih membawa tangan Keyla ke dadanya. Keyla dapat merasakan degupan kencang yang temponya tidak beraturan, mirip seperti miliknya.
"Dan gue rasa, gue cinta sama lo Keyla."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Keyla
Teen Fiction"Galih, lo mau jadi pacar gue gak?" Tanya cewek gendut itu tiba-tiba. "Lu kurus dulu baru gue bisa jadi pacar lo." Ujar cowok itu kalem. 'Andai kurus secepat dan segampang di FTV'