Kepala menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Galih. Hanya sebagai pemberitahuan saja untuk kalian, ini sudah bulan kedua Keyla dan Galih menjalin hubungan lebih dari teman. Mereka sudah tidak secanggung dulu, selama itu pula Keyla selalu di antar jemput oleh Galih.
Tentu bukan Keyla yang meminta, karena Keyla tidak terlalu suka merepotkan orang lain selagi dia sendiri masih bisa mengerjakannya, dia tidak akan membuat orang lain terlibat. Tapi tentu saja Galih yang memaksa. Hanya saja belakangan ini Galih jadi lebih sering terlambat.
Keyla tidak ingin berburuk sangka, hanya saja dia juga perempuan yang melupakan fungsi otak untuk berpikir dan malah berpikir menggunakan hati. Dia sedikit takut dengan Galih yang merupakan salah satu dari golongan laki-laki baik.
Terkadang kebaikan dia membuat Keyla khawatir, sebagai orang yang pernah mendapat kebaikan laki-laki itu, Keyla tau persis bahwa tidak sulit untuk mencintai laki-laki itu. Galih mungkin tidak menyadari kalau kebaikannya itu suka di salah artikan oleh para perempuan, dia salah satunya.
Bukan berarti Keyla ingin Galih menjadi lelaki jahat, dia hanya ingin Galih tidak terlalu banyak menyebar kebaikan, yang sebenarnya kebaikan itu tidak salah, tapi kami para perempuan mempunyai pandangan yang berbeda bukan.
Lamunan Keyla terhenti saat ada yang menepuk pundaknya, perempuan itu membalikkan badannya dan menemukan Galih tengah tersenyum di kepadanya. Dari dulu Keyla tidak pernah bisa untuk tidak deg-degan berlebihan kalau melihat senyuman laki-laki di depannya itu.
"Maaf ya, tadi Hilda minta tolong buat bantuin nyari buku di perpus. Susah banget nyarinya, jadiny lama."
Hati Keyla sedikit sakit mendengar penjelasan itu, Galih memang jujur. Sejauh ini dia tidak pernah berbohong jika dia terlambat dan selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan kenyataannya. Hanya saja sulit untuk Keyla menerimanya seperti itu.
"Gal, aku tau kamu itu salah satu laki-laki terbaik yang pernah aku temuin. Kamu paling ga tahan ngeliat orang lain kesusahan, mau itu laki-laki atau perempuan. Tapi kamu juga tau, kebaikan kamu itu bakal jadi boomerang buat kamu sendiri."
Untuk pertama kalinya Keyla menyuarakan keresahannya, dia cemburu. Jelas sekali dia memang cemburu, dia melihat dari gerak-gerik yang ada kalau Hilda mengharapkan lebih dari Galih. Dia tidak dapat berkata kalau Hilda jahat, karena dia dapat melihat dirinya yang dulu di Hilda. Diri orang yang sedang menyukai Galih dan terbawa perasaan lebih akan kebaikannya.
Selama ini Keyla hanya bisa diam walaupun dia tau persis hubungan dia dengan Galih tidak terlalu di sukai orang-orang banyak. Tapi dia berusaha mengabaikan itu semua, karena dia merasa tidak bersalah, dan tidak ada yang dia rugikan akibat berpacaran dengan Galih.
Hanya saja Keyla merasa belakangan ini Hilda mulai berlebihan, mulai terlampau sering meminta tolong kepada Galih. Keyla tau kalau Hilda tidak memiliki teman, tapi mengapa dia tidak meminta bantuan ke Keyla saja? Padahal Keyla bukan tipe orang yang suka mejauhi orang lain.
Itu cukup membuat Keyla resah dan kesal.
"Kamu kenapa Key?" Galih bertanya bingung.
"Kamu tau persis aku kenapa. Belakangan ini kamu sering banget ketemu sama Hilda. Aku tau kamu ga bakal ngapa-ngapain karena kamu selalu jujur. Tapi apa kamu ga mikirin perasaan aku tiap kali ngomong gitu? Itu juga bukan berarti aku minta kamu buat boongin aku." Keyla sudah tidak dapat mengontrol perkataannya. Ini pertengkaran mereka yang pertama setelah dua bulan.
"Aku cuman ngebantuin dia. Kamu yang temen sekelasnya pasti lebih tau kalau dia ga punya temen." Galih menatap Keyla bingung, dia tidak mengerti kenapa Keyla tiba-tiba menjadi marah.
"Kalau kamu lupa, kita, kamu dan aku jadian karena kamu suka ngebantuin aku. Dan dari yang aku denger dari Nayla, kalian juga jadian karena kamu mau bantuin Nayla biar ga di bully. Kamu harus tau, kalau kebaikan kamu suka di salah artikan sama kaum hawa."
Keyla jadi kesal sendiri karena Galih yang tidak bisa belajar dari kesalahannya. Apa Galih lupa kalau dia harus meminta maaf berkali-kali ke adik Hani, Nayla. Keyla sudah tau semua ceritanya karena sewaktu dia berkunjung ke rumah Hani, Nayla menjelaskan semuanya agar tidak ada kesalahpahaman di kedepannya.
"Tapi aku ga maksud gitu."
Keyla menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, "Aku tau, aku tau yang kamu lakuin juga ga salah. Tapi kita kan ga tau gimana perasaan orang yang kamu bantuin." Keyla lelah sekali rasanya.
"Aku rasa kamu sama sekali belum belajar dari kejadian yang lalu." Keyla meninggalkan Galih dan lebih memilih untuk menaiki tranportasi umum untuk pulang.
Saat ini mereka harus sama-sama berpikir, baik Keyla ataupun Galih. Keyla tau hubungan mereka masih baru, tapi antisipasi dini tidak ada salahnya bukan? Apalagi itu merupakan kebiasaan Galih sedari dulu, yang memang Keyla akui pasti sulit untuk di rubah. Dia hanya ingin Galih menyadari dan bisa memperbaikinya dengan cara nya sendiri, agar dia bisa nyaman. Keyla tidak akan memaksakan kehendaknya.
***
"Numben Galih belom dateng, La." Keyla menghendikan bahunya.
Mama nya datang sambil membawa secangkir teh hangat untuk di minumnya. Keyla dan neneknya sedang menonton tv, menonton acara apa saja yang ada. Hanya sebagai informasi, mama Keyla sekarang sudah ikut tinggal di rumah neneknya.
Rumah mama sudah resmi kembali, semua berkat om nya, pengurusannya dapat di selesaikan dengan lancar dan lumayan cepat. Saat ini surat ajuan cerai juga sedang dalam proses. Keyla senang akhirnya mama nya itu bisa tersenyum kembali.
Keyla ingat sekali ayahnya datang ke rumah nenek Keyla saat tau dirinya di gugat cerai dan mengetahui rumah yang dia tempati sudah kembali menjadi nama istri pertamanya itu. Beruntung saat itu om nya sedang berkunjung, sehingga bisa melindungi mama dan mengusir ayah yang akhirnya terdiam, tidak bisa melawan.
Ngomong-ngomong, soal Rio. Keyla masih berhubungan baik dengannya. Namun Rio memutuskan pindah dari rumahnya dulu, Rio lebih memilih untuk tinggal di rumah om nya yang berada di Malang. Keyla tidak terlalu mau ikut campur, dia hanya bisa berharap yang terbaik untuk laki-laki itu.
"Assalamu'alaikum."
"Tuh baru di omongin udah dateng orangnya."
Keyla bangun dari duduknya dan berjalan untuk membukakan pintu. Sudah hampir tiga hari mereka putus kontak. Keyla sengaja menjauh dari Galih agar laki-laki itu bisa berpikir, dan Keyla bisa menenangkan diri.
"Wa'alaikum salam. Mau masuk?" tanya Keyla berusaha mengontrol suaranya agar tidak terdengar judes.
"Hm, boleh deh. Mau pamit ajak kamu jalan." Laki-laki itu berpamitan ke mama dan nenek setelah Keyla mempersilahkan dia masuk. Galih seperti Galih biasanya. Entahlah, mungkin hanya Keyla saja yang merasa tidak nyaman akibat pertengakaran kemarin.
"Ngomong-ngomong Key--." Perkataan Galih berhenti saat ponselnya tiba-tiba berdering.
"Bentar ya." Interupsi Galih ke Keyla. Laki-laki itu pun mengangkat telefon berdering itu.
Terlihat keningnya mengerut, Keyla dapat mendengar Galih berkata iya, dimana dan lainnya. Perasaannya jadi tidak enak.
"Key, kita mampir ke rumah Hilda bentar ya. Dia nangis tadi di telfon." Dan kekhawatirannya itu terjawab.
"Turunin aku sekarang." Ucap Keyla dingin pada saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Keyla
Teen Fiction"Galih, lo mau jadi pacar gue gak?" Tanya cewek gendut itu tiba-tiba. "Lu kurus dulu baru gue bisa jadi pacar lo." Ujar cowok itu kalem. 'Andai kurus secepat dan segampang di FTV'