One More Chance

2K 139 0
                                    

Galih adalah laki-laki yang di tanamkan sifat tolong menolong dari dulu, sayangnya laki-laki itu masih belum mengerti, kalau sifat baiknya itu kadang di salah artikan oleh kaum hawa. Galih memang terlahir dengan visual di atas rata-rata. Membuat dirinya terkenal bahkan sejak kecil.

Waktu itu Galih melihat seorang adik kelasnya, cantik, tapi dia selalu makan sendirian. Terlihat seperti di jauhi oleh teman-temannya sendiri. Karena merasa kasihan, Galih mendekati Nayla, menemani gadis itu agar tidak kesepian, dia ingat mamahnya pernah bilang kalau kita harus berteman dengan semua orang.

Tapi ternyata tindakannnya itu bukan membuat semuanya menjadi baik, tapi malah bertambah buruk. Bahkan Nayla di labrak oleh perempuan dari teman seangkatannya. Galih yang bingung akhirnya menyatakan cinta ke Nayla agar dapat melindungi gadis itu.

Sayangnya pada saat itu dia belum mengerti apa yang di maksud dengan cinta. Dia menikmati hari-harinya dengan Nayla. Semuanya terasa menyenangkan, rasanya dia tidak ingin meninggalkan gadis kecil itu.

Sampai satu kalimat dari Aldric mengubah segalanya.

"Lo romantis banget sama adek kelas. Seangkatan baper karena lo tau!" Ucap Aldric sambil menepuk kepala temannya itu.

"Haha, tau dari mana lo? Padahal gue ga pernah ngumbar di sekolah." Galih menyesp es teh manis yang tadi di pesannya.

"Yee, sok deh. Lo kan banyak paparazzi-nya, tindakan kecil lo itu bisa jadi gosip besar di kalangan cewek-cewek tau." Aldric memasukkan satu pentol besar baso ke dalam mulutnya.

Sambil mengunyak bakso yang ada di dalam mulutnya Aldric bergumam, "Tapi sebenernya gue bingung sih, tiga tahun berteman sama lo, baru kemaren gue liat lo nembak cewek. Padahal lo kan most wanted, ga perlu nembak pun lo juga di tembak tiap hari." Galih hanya menggeleng-geleng mendengar perkataan Aldric.

"Emangnya lo cinta sama dia?" tanya Aldric saat baso di mulutnya itu sudah berpindah tempat menjadi di dalam perut.

"Ha? Ga tau sih. Gue cuman ga pengen dia jadi terbully aja sih." Jawab Galih tenang. Sayangnya ketenangan dia berakhir saat di lihatnya Nayla sedang memegang mangkok kosong untuk di kembalikan berada di depannya.

Perempuan itu berlari berusaha menahan air matanya. Dia tidak menyangka kalau laki-laki yang selama ini di cintainya hanya menyatakan cintanya atas dasar kasihan. Nayla kira setelah itu Galih akan menjelaskan sesuatu kepadanya, bahkan saat Nayla memutuskannya, laki-laki itu hanya berkata 'baiklah' tanpa berniat menjelaskan ataupun meminta maaf.

Nayla memperhatikan dua orang di depannya. Tadi dia akhirnya tau kalau hal yang di lakukan Galih dulu tidaklah sepenuhnya salah. Laki-laki itu hanya terlalu bodoh saja. Nayla jadi takut kalau Galih mmperlakukan Keyla, teman kakaknya itu seperti Galih memperlakukannya dulu.

Menjadi pahlawan kesiangan tanpa memikirkan kalau wanita termasuk ke dalam spesies mudah jatuh cinta. Nayla menadi teringat dengan penjelasan Galih di restoran cepat saji tadi.

"Nay, tolong, biarin gue buat ngejelasin semuanya. Maaf karena gue terlambat, tapi lo harus tau, gue sama sekali ga ada maksud buat nyakitin lo." Kata Galih saat keduanya telah selesai makan. Tadi Galih menghubunginya dan memintanya untuk membiarkan dia menjelaskan semuanya.

Akhirnya Nayla memilih untuk memberi Galih kesempatan untuk menjelaskannya, karena sejujurnya dia juga penasaran.

"Gue ga maksud buat nyakitin lo. Gue cuman ga mau lo kena bully." Nayla hanya diam dan membiarkan Galih menjelaskan semuanya.

"Lo ga salah." Suara Keyla membuyarkan ingatan Nayla. Perempuan itu memilih pergi dan tidak ikut campur akan urusan keduanya. Dia harap Galih tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti pada dirinya dulu.

"Gue salah. Gue bener-bener minta maaf karena udah mainin perasaan lo. Gue ga maksud gitu, gue bener-bener minta maaf." Galih menahan pergelangan tangan Keyla saat perempuan itu mencoba untuk menerobos masuk.

"Yang salah itu gue, seorang cewek gendut, yang dengan ga tau dirinya minta seorang laki-laki most wanted buat jadi pacarnya. Itu jelas, kalo emang salah gue. Dan dengan perasaan gue ke lo, gue akan ngehapusnya, mungkin butuh waktu, tapi tenang aja, sebentar lagi lo ga bakal merasa bersalah lagi sama perasaan sialan ini." Keyla menghempaskan tangannya, berharap genggaman Galih itu terleas.

Sayang tangan itu masih berada di tempatnya. Dengan sekuat tenaga Keyla berusaha menahan detakan jantungnya yang tak normal, dan juga menahan agar tidak ada satupun air mata yang keluar dari matanya. Cukup, dia bukan orang yang akan bertahan lama-lama di sisi orang yang sudah tidak menginginkan dirinya seperti mama-nya walau dengan alasan sekuat apapun.

"Please, jangan apus perasaan itu." Ucap Galih lirih membuat Keyla terdiam.

Apa yang barusan dia dengar?

"Tolong, biarin gue yang berjuang kali ini. Tapi, please. Jangan lo apus gue semudah itu." Genggaman tangan galih di pergelangan tangannya melemah.

Keyla bingung, tidak tau harus menjawab apa. Dia senang, tapi dia juga kecewa. Dia tidak tau harus apa. Tapi sebagai perempuan dia harus punya harga diri, dan tidak boleh mengangguk dengan mudah hanya karena dia menyukai Galih.

"Kalau lo bisa." Keyla menghempaskan tangannya dan seketika genggaman itu terlepas. Keyla adalah orang yang berpendirian kuat, bahkan saat dia bertekad untuk menguruskan badannya, dia berusaha untuk konsisten, walau sekarang sudah tidak lagi. Tapi dia bukanlah perempuan yang akan langsung terbuai dengan perkataan Galih itu.

Karena bisa saja Galih hanya kasihan terhadap perasaannya bukan benar-benar ingin mencintainya.

***

Hehe, saya update dua kali sehari. Buat menebus part yang seharusnya di upload kemaren :V

Hey KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang