59 (part akhir)

54.9K 2.8K 79
                                    

Willis bersandar di sandara kursi ruang tamunya dan berusaha keras untuk tenang namun melihat tangan Dante yang mencengkeram sandaran tangan kursi berodanya hingga jemarinya memutih membuat Willis semakin khawatir saat mendengarkan jerit kesakitan Cecillia dikamarnya saat berusaha untuk melahirkan bayinya.

"demi tuhan aku tidak akan membuatnya hamil lagi" geram Dante membuat Willis tergelak pelan.

"seolah kau bisa tahan untuk tidak menyentuhnya"

Dante mendesah lelah sebelum memutar kursi berodanya melihat ke arah Willis, "dia kesakitan. Bagaimana bisa aku membuatnya merasakan sakit ini lagi di masa mendatang? Demi tuhan aku tidak akan menyentuhnya" janji Dante membuat Willis tertawa melihat ke khawatiran Dante pada Cecillia.

"jadi, apa kau butuh aku untuk mengebirimu?" ledek Willis sebelum jeritan keras Cecillia membuat Dante kembali berputar dan menatap khawatir pada kamar yang berada di seberang lorong sebelum menggeram.

"aku tidak tahan lagi. aku harus melihatnya"

"berhenti disana, keparat. Atau aku benar-benar akan mengikatmu..." dan kata-katanya lenyap saat mendengar tangisan nyaring dari dalam kamar yang membuat mereka berdua bergegas mendekat ke arah kamar dan mengetuk.

"bayinya sudah lahir" jawab dokter Jackson dari dalam kamar membuat Willis mendesah lega.

Dante kembali mengetuk, "apa istriku baik-baik saja? apa mereka berdua baik-baik saja?" tanyanya khawatir sebelum seseorang membukakan pintu untuk mereka.

Joanna tersenyum lebar dengan buntalan selimut yang bergerak-gerak di dekapannya, "mereka baik-baik saja. masuklah Dante, biarkan aku dan Willis yang memandikan bayimu selama kau menemani Cecillia istirahat" dengan membuka pintu sedikit lebar dan beranjak masuk dengan ragu-ragu.

Cecillia tersenyum lemah dari atas ranjang dan mengulurkan tangannya pada Dante membuat Dante bergegas mendorong kursi berodanya untuk mendekat ke arah ranjang dan menciumi buku-buku jemari istrinya dengan sayang serta lega.

"apa sakit sekali? Oh tuhan... pertanyaan konyol, tentu saja sakit. Maafkan aku sayang" ceracau Dante membuat Cecillia menangkup pipi Dante lembut.

"Dante, kau panik"

"tentu saja aku panik, kau... kau menjerit. Apa aku salah jika panik?" membuat Cecillia tertawa dan menggeleng.

"itu manis sekali. Boleh aku dapat pelukan?" mohon Cecillia membuat Dante semakin merapatkan kursi berodanya ke ranjang dan memeluk erat istrinya.

"aku akan memberikan apapun untukmu, Manis. Apapun" bisik Dante menciumi wajah Cecillia membuat Cecillia memeluk erat Dante.

Dante mengerjap dan menciumi pundak istrinya dengan sayang.

Baru saja, Cecillia mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan bayi mereka. Bagaimana bisa Dante tidak mencintai wanita mungil itu? bagaimana bisa Dante mengharapkan lebih dari ini? seorang laki-laki cacat yang memiliki segalanya—bukan materi tapi cinta yang besar—dari seorang wanita cantik dengan kesempurnahan fisik yang selalu mendampinginya dengan sabar.

Wanita yang mampu membuatnya jatuh cinta setiap harinya.

***

Willis terpaku saat melihat Joanna dengan lembut mengusap kulit bayi mungil Dante yang basah oleh air mandinya dengan handuk lembut sebelum mengangkat dan memindahkan bayi yang menggeliat itu ke atas sebuah selimut halus lainnya lalu membungkusnya sebelum menggendongnya di dekapannya.

Joanna mendongak dan menatap suaminya dengan senyum lebar, "dia manis sekali kan?"

Willis mengalihkan tatapannya dengan berat hati dari mata hijau itu ke arah bayi mungil yang kini mulai tenang dalam dekapan Joanna sebelum Willis mengangguk tanpa mengatakan apapun membuat Joanna mengerutkan kening.

"ada apa, Will?"

Willis mendesah dan menggeleng, "tidak ada sayang. Hari ini aku cukup tegang karena aku belum pernah sama sekali mendengar seorang wanita menjerit kesakitan seperti saat Cecillia berjuang untuk melahirkan bayinya, ini membuatku lelah tapi juga lega karena mereka baik-baik saja"

Joanna mengangguk, "aku juga ketakutan sekali. Membantu persalinan kuda dan manusia sangat berbeda, jika dengan kuda bisa dibilang prosesnya cepat karena mungkin kita tidak bisa melihat ekspresi kesakitan dari kuda itu, tapi melihat Cecillia kesakitan rasanya membuatku... membuatku takut"

Willis mengusap lengan Joanna menenangkan sebelum mengecup pelipis istrinya dengan sayang, "tidak apa sayang, aku tidak akan memaksamu karena jujur saja aku juga tidak akan kuat jika mendengarmu menjerit kesakitan seperti Cecillia. Aku janji akan lebih berhati-hati saat bercinta agar kau tidak cepat hamil sampai kau siap untuk hamil, oke?" membuat Joanna mengerutkan kening dan menggeleng.

"tidak bisa"

"kenapa tidak bisa?"

Joanna menunduk dan mengusap pipi bayi mungil yang sudah tertidur di dekapannya, "karena... karena aku sudah hamil"

Willis memejamkan matanya dan mengerang, "oh tuhan... lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Willis... aku tau aku ketakutan tapi aku tidak mau menghindar. Aku ingin merasakan rasa sakit saat melahirkan, aku menginginkan bayi ini. aku ingin punya bayi denganmu" membuat Willis mendekap Joanna dari sisi tubuhnya agar tidak sampai menyakiti bayi Dante.

"aku juga sangat ingin punya bayi sayang, tapi kau akan kesakitan"

"itu memang prosesnya, Sayang. Aku iri pada Cecillia yang sudah merasakannya, juga perhatian-perhatian yang sudah di dapatkannya dari Dante. aku ingin kau juga mengkhawatirkan aku seperti itu. itu manis sekali"

Willis menciumi puncak kepala Joanna dan mengangguk, "aku akan menjadi suami yang baik dan ayah yang luar biasa. Aku janji" membuat Joanna tergelak pelan.

"terima kasih, Willis"

"yang terbaik untukmu sayang"

***

Berkali-kali Dante mengusap air mata yang menuruni ekor mata Cecillia saat Cecillia memandangi bayi mereka yang sudah cantik setelah Joanna memandikannya dan menyerahkan bayi itu padanya.

"oh, dia cantik" ucap Cecillia berkali-kali juga karena takjub pada bayi mungil berbibir lembut yang masih memejamkan matanya rapat-rapat itu dengan sesekali membuka tutup kepalan tangan kecilnya membuat Dante mengangguk dan memeluk bahu Cecillia dengan sayang.

Terdengar jeritan-jeritan dan langkah kaki tergopoh-gopoh di luar kamar sebelum pintu membuka dan Lexus tersenyum lebar, "mana adikku?" tanyanya dengan mendekat saat Dante melambaikan tangan memintanya mendekat.

Lexus menatap bayi itu dan matanya membulat, "dia cantik sekali"

Cecillia tergelak pelan dan menciumi pipi Lexus dengan sayang, "ibu ingin kau yang memberinya nama" membuat pipi Lexus memerah dan melihat ke arah Dante seolah meminta persetujuan tapi ayahnya itu hanya mengangguk.

Lexus terdiam sebentar, menatap ke jendela sebelum memutuskan, "bagaimana kalau Letticia?" membuat Dante dan Cecillia terperangah lalu saling menatap sebelum Cecillia mengusap sudut mata Dante yang berair karena mengingat bibi Letty-nya tersayang yang meninggal karena ingin mengakhiri pernikahannya yang menyakitkan.

Dan sejujurnya Cecillia sangat setuju dengan nama itu karena Cecillia sendiri hampir mengalami apa yang di alami oleh bibi Dante itu tapi Cecillia lebih beruntung karena Dante berkeras tidak akan menceraikannya untuk melindungi Cecillia.

"apa aku salah bicara?" tanya Lexus ragu saat melihat ekspresi kedua orang tuanya sebelum Dante merentangkan tangannya untuk memeluk puteranya.

"tidak sayang, nama itu nama yang bagus. kita akan menamainya Letticia" setuju Dante membuat Lexus tersenyum lebar.

Dan baru kali itu Dante merasa benar-benar sempurnah, Dante kembali mendapatkan apa yang hilang darinya. Tidak apa jika kakinya lumpuh jika tuhan memberikan ganti berkali-kali lipat kebahagiaan untuknya. Seorang istri yang kuat, dua orang anak yang melengkapi hidupnya dan sebuah keluarga yang menghangatkan hatinya.

Siapa yang tidak ingin menjadi Dante?

THE END


BASTARD prince (Paxton seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang