51

33.8K 2.3K 28
                                    

Cecillia berlari keluar dari gudang dengan cepat melintasi halaman dan masuk kedalam istal sebelum memeluk Dante dari belakang dengan erat membuat Anthony—salah satu pekerja peternakan—yang dari tadi sedang mengobrol dengan Dante, sangat terkejut dan memerah melihat mereka berdua.

"baiklah aku tinggal dulu" pamit Anthony berdehem pada mereka berdua membuat Cecillia tersenyum malu-malu dan mengangguk.

Dante menarik tangan Cecillia agar mau duduk dipangkuannya, "ada apa?" tanya Dante sebelum Cecillia mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku gaunnya dan tersenyum lebar.

"aku sudah mendapatkan upah, aku senang sekali"

Dante tersenyum bahagia melihat kebahagiaan yang diperlihatkan oleh Cecillia, mengangguk dan mengusap rambut Cecillia, "simpanlah, aku juga sudah mendapatkan upahku tadi pagi dan kita akan memakai uangku berbelanja baju Lexus serta sepatu bot untukmu" membuat Cecillia melihat ke arah sepatu bot kebesaran yang di gunakannya selama ini untuk bekerja sebelum tersenyum manis.

"sebenarnya tidak perlu, aku nyaman dengan sepatu ini. Willis sudah tidak menggunakannya lagi"

"bukan soal kau nyaman atau tidak, manis. Tapi sepatu yang terlalu besar akan membuatmu beresiko tersandung karena kau tidak merasakan ujung sepatu botnya. Kita akan beli yang lebih sesuai dengan ukuranmu" jelas Dante membuat Cecillia mencium pipinya.

"lalu apa yang akan kau beli untuk dirimu sendiri?"

"aku sudah mendapatkannya. Binar bahagia di matamu, itu cukup" membuat Cecillia tersenyum lebar sebelum menjerit terkejut dan merangkul leher Dante erat saat Dante menggerakkan kursi rodanya dengan gerakan seolah mereka sedang berdansa.

Cecillia tergelak keras dengan mengayunkan kakinya di udara diatas pangkuan Dante dan memejamkan matanya saat dapat merasakan bagaimana rasanya berdansa dengan Dante dilantai Dansa dan merasa sangat-sangat bahagia. Seolah kesedihan tidak mampu menembus kebahagiaan mereka.

***

Willis tersenyum dan bersandar di kusen pintu kayu istal saat melihat kebahagiaan yang ada di depan matanya dan mendengar Cecillia tergelak keras di atas pangkuan Dante.

Willis sudah bernah melihat banyak sekali gerakan dansa di acara-acara formal kerajaan dan sudah pernah mendengar musik pengiring yang sangat merdu. Tapi kali ini berbeda.

Dansa yang dilakukan Dante dan Cecillia benar-benar menyentuh dan gelak tawa Cecillia seolah menjadi musik pengiring yang indah sampai-sampai membuat lengan Willis merinding mendengarnya. Tulus, lepas dan sangat bahagia.

Hanya karena sedikit uang yang akhirnya mereka dapatkan melalui kerja keras mereka rasanya Willis jadi iri pada kebahagiaan yang seperti itu.

Dengan sesuatu yang sederhana, mereka mensyukurinya dengan sangat baik.

Willis berbalik saat mendengar seseorang mendekat, "bos, kereta kudanya sudah sampai" lapor Alan membuat Willis mengangguk.

"terima kasih sobat, kembalilah mengawasi kuda-kuda di padang rumput karena disana banyak lubang yang cukup dalam" membuat Alan mengangguk dan mengangkat stetsonnya untuk beranjak.

Willis kembali berpaling melihat ke dalam istal yang kini memperlihatkan Cecillia memejamkan matanya di lekuk leher Dante dengan Dante yang masih menggerakkan kursi berodanya dengan memejamkan matanya juga.

Willis kembali tersenyum dan mengetuk pintu istal dengan kepalan tangannya karena pintu istal yang tebal justru akan menyakiti jari-jarinya jika Willis mengetuk dengan kepalan jarinya membuat Cecillia seketika bangkit berdiri dari pangkuan Dante dan tersenyum malu-malu pada Willis, "hai bos" sapanya ceria membuat Willis mengerutkan kening.

"aku hanya memperbolehkan pekerja laki-laki ku yang memanggilku seperti itu" protes Willis membuat Cecillia menjulurkan lidahnya meledek Willis.

"tapi aku suka memanggilmu begitu"

"terserah kau saja, manis. Apa kita sudah siap untuk berangkat?" tanya Willis membuat Cecillia dan Dante mengangguk.

"aku mau melihat putraku sebentar, tadi Lexus masih tertidur" kata Cecillia dengan beranjak keluar dari dalam istal untuk memeriksa Lexus yang ternyata masih tertidur pulas diatas ranjang Willis karena biar bagaimanapun Cecillia dan Dante tidak bisa meminta Lexus untuk tidur bersama mereka berdua dan Lexus terlalu takut untuk tidur seorang diri dikamar samping jadi pilihannya hanya tinggal merepotkan Willis.

"jangan bangunkan, biar aku yang mengangkatnya. Kembalilah ke kereta kuda bersama Dante, aku akan menyusul" saran Willis.

"terima kasih William"

"aku suka jika kau memanggilku begitu" kata Willis sebelum mengedip dan membuat Cecillia tergelak pelan untuk memukul bahu Willis.

Cecillia beranjak masuk kedalam kereta kuda dan menerima tubuh Lexus yang diangsurkan oleh Willis kedalam kereta kuda lalu mendudukkan Lexus di tengah antara dirinya dan Dante sebelum Dante menyandarkan kepala anak itu perlahan di bahu Dante.

"kalian sudah siap untuk kembali ke Paxton?" tanya Willis membuat Dante dan Cecillia saling menatap, mengaitkan jemari mereka lalu mengangguk.

***

"hai Tony, selamat pagi" sapa Joanna ceria membuat Tony tersenyum dan duduk di kursi meja makannya.

"selamat pagi sayang, kau memasak apa pagi ini?" tanya Tony membuat Joanna tersenyum dan meletakkan masakannya yang sudah matang ke atas piring untuk Tony dan meletakkannya di depan Tony.

"kita hanya punya bacon dan kentang tumbuk, tidak apa kan?"

Tony mengibaskan tangannya dengan acuh, "tidak masalah, ini saja cukup sayang. Hari ini kau akan mencari kerja lagi?"

Joanna mengangguk, melepaskan celemeknya dan merapikan rambutnya, "aku belum lancar membaca jadi aku tidak terlalu berharap banyak tapi semoga saja ada orang baik hati yang akan membantuku memberi kesempatan agar kehidupan kita membaik. Kita hampir kehabisan makanan" jelas Joanna saat Tony melahap makanannya.

"semoga saja sayang, semoga saja" jawab Tony sebelum Joanna mencium pipi Tony sekilas dan beranjak untuk kembali mengawali hari ini dengan berusaha mencari pekerjaan.

Persetan dengan Cruz, kehidupan Joanna tidak berhenti setelah pagi itu Joanna kembali ke Paxton dan laki-laki bajingan itu sudah pergi, mungkin juga lari terbirit-birit karena tau bahwa Joanna masih perawan.

Oh tuhan... bahkan Joanna sangat berharap laki-laki ramah itu mau menikah dengannya setelah tau bahwa malam itu adalah pertama kalinya untuk Joanna bercinta.

Tapi lagi-lagi kenyataan yang terjadi adalah laki-laki manapun akan lari tunggang langgang setelah tau wanita yang di tidurinya masih perawan karena tidak mau bertanggung jawab dan terikat dengan satu wanita.

Hati Joanna masih sering terasa nyeri saat mengingat kembali saat malam itu William Cruz mengatakan bahwa bau Joanna enak sekali seolah laki-laki itu ingin memilikinya selamanya tapi Joanna salah paham, William Cruz hanya ingin mencium aromanya dan kemudian meninggalkannya setelah dirinya layu.

Oke, baiklah. Siapa yang peduli pada laki-laki keparat itu?

Joanna baik-baik saja dan akan selalu seperti itu walaupun tanpa William Cruz, si bajingan.


BASTARD prince (Paxton seri 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang