Part 6

8.1K 827 27
                                    

"Kamu, kenapa kamu nembak aku?" tanya Dyta malu-malu.

"Ha? Hm..."Aben kehilangan kata-kata.

"Apa yang kamu suka dari aku?"

"Hmm," Aben mikir. Ia benar-benar tak punya jawabannya sekarang. Apa? Apa yang aku sukai dari cewek ini? Aku nggak tahu! "Ng.. aku suka karena kamu... karena kita sudah lama kenal, aku nyaman saja sama kamu." ujarnya sambil menghela nafas panjang.

"Oh ya?" Dyta tampak puas mendengar jawaban Aben. Aben lega bukan main. "Dulu kamu nggak suka aku?"

"Belum." jawab Aben.

Dyta tersenyum. Dialihkannya pandangan ke area sekeliling taman fakultasnya. Ramai sperti biasa. Ramai khas lingkungan kampus. Ini hari kesepeluh mereka jadian. Dan ini pertama kalinya Aben main ke fakultasnya. Dari raut wajahnya saat itu, Aben tahu, bukan main senangnya Dyta.

"Ngapain?" teriakan dari belakangnya membuyarkan seluruh kenangan Aben tentang Dyta.

Aben menoleh, Hasta salah satu temannya yang juga aktif di Mapala kampus "Mikirin apa? Yang nggak-nggak ya?" selidiknya.

"Yaelaahh, kayak kamu nggak pernah aja! Ngapain kamu mampir?"

"Mau ambil carrier." katanya sambil membuka lemari yang tak jauh dari tempat duduk Aben.

"Beneran deh, curiga aku sama kamu disini sendrian." Hasta menemukan carrier yang dicarinya. "By the way, si Dyta mana? Nggak pernah kelihatan lagi. Kemarin pas kamu wall climbing juga nggak ada. Anak-anak malah bilang kamu lebih sering sama siapa itu cewek sipit itu." kata Hasta sambil sibuk mengeluarkan tali temali dari dalam carrier warna hijau itu

Aben senyum tipis "Ada."

"Ada masalah" tambah Hasta sambil tertawa.

Ia memasukkan tali yang telah dikeluarkannya dari dalam tas itu, kembali ke dalam lemari "Udah, aku bawa dulu ya, bilang sama Tigor. Pulang sana, sudah mau gelap juga. Aku duluan, Man!" katanya sambil keluar ruangan sekretariat Mapala.

Aben mengadahkan kepalanya menghadap langit-langit di ruangan itu. Kalau orang-orang bertanya apa yang disukainya dari Dyta sekarang, maka dia punya banyak jawaban. Dyta adalah satu-satunya cewek yang nggak protes sama jadwalnya yang nggak tentu. Dytalah yang paling paham, kadang malah lebih dari mama Aben. Dyta juga yang selalu mengingatkan Aben makan, istirahat, shalat, belajar dan menjaga kesehatan. Dyta nggak pernah marah kecuali Aben mengingkari janji yang dibuatnya sendiri. Dyta tak pernah menuntut macam-macam. Dyta adalah orang pertama yang dihubungi Aben di pagi hari, sebelum tukar pacar ini tentunya.

Dyta adalah tipe cewek yang mandiri walaupun belakangan dia hobi marah untuk hal yang kecil. Berkat Dyta, Aben banyak menjelajah banyak tempat, lantaran Dyta cenderung bosenan sama tempat yang itu-itu saja. Dyta cewek pertama yang nggak mengeluh sama sekali panas-panasan nemenin Aben wall climbing. Dyta itu juga seperti perawat pribadi Aben, ia tahu apa yang Aben butuhkan saat Aben mau menjelajah alam bareng teman-teman Mapala. Aben juga tahu, sebenarnya Dyta selalu bosan nemenin Aben latihan debat namun Dyta nggak pernah bilang.

Kharisma Dyta yang kuat, ikut membuatnya menjadi korban. Sekarang, ia rela melakukan apa saja untuk Dyta rasanya. Cukup untuk membuatnya sekarat kalau cewek itu pergi darinya. Ia mencintai Dyta karena waktu ikut meyakinkannya. Dia jatuh cinta pada Dyta dengan segala kecamuk dalam hatinya dulu, sampai akhirnya dia sadar Dyta adalah yang ia pilih untuk saat ini. Jadi, jika Dyta tahu taruhan jaman dulu itu benar, maka habislah dia. Maka, dia meyakinkan dua sahabantnya sekali lagi untuk tidak memberi tahu Dyta. Biar dia sendiri yang melakukannya!

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang