Part 19

8.7K 585 65
                                    

Tak ada yang lebih mudah bagi Aben selain menyelesaikan masalah antara sesama lelaki. Karena, jika kata-kata sudah tak bekerja, maka bogem mentah bisa jadi jalannya. Dan dia akan melakukan itu jika dia tak mendapat apa yang dia mau sekarang.

Dia sudah susah payah mereset semua hal, baik otak maupun hatinya. Dia sudah baik-baik meluruskan niatnya, tak ingin lagi mengganggu siapa-siapa. Juga, berniat memulai hubungan tanpa ada taruhan atau apapun lagi. Casey sudah di depan mata. Cewek itu memang bukan tipenya, bukan banget! Namun, dia bisa belajar menghargai Casey dan pelan-pelan melupakan Dyta. Namun, semuanya kacau. Si kunyuk itu bilang mereka cuma main-main. Dipikir ini lucu gitu?

"Halo?" sapa Aben.

"Kamu dimana? Beneran nggak mau pergi sama aku?"

"Maaf Cas, aku ada urusan mendadak. Nggak bisa nemenin kamu kayaknya."

"Ah, payah amat sih kamu! Tadi bilangnya bisa, gimana sih?" rutuk Casey. "Ya udah deh, aku sendirian aja."

"Maaf ya, ini benar-benar mendadak soalnya."

"Hm, udah ya." Casey memutus sambungannya.

Aben menghela nafas. Disimpannya ponsel ke dalam saku celana dan mempercepat langkahnya. Dia tahu tempat ini, namun tak pernah tahu kalau anak itu main disini juga. Salah satu sport center yang ramai dikunjungi anak muda. Lapangan basket dimana Gugi dan teman-temannya nongkrong sekarang sedang kosong. Sepertinya mereka baru selesai main.

Aben bisa melihat Gugi yang menjauh dari teman nongkrongnya saat melihat dia datang. Aben menyipitkan mata. Beberapa teman Gugi dikenalnya, dan mereka bukan anak sembarangan. Ada Juna, yang merupakan anak dekan fakultas Ekonomi di kampus. Risky, anak salah satu pejabat. Atau Ethan, juara skateboard dalam olimpiade olahraga tingkat mahasiswa beberapa bulan lalu. Ada juga anak dari kampus lain lantaran baju basket yang sedang di pakainya bertuliskan nama kampus mereka.

Gugi berjalan santai mendekatinya. Sepertinya dia tahu apa maksud Aben sampai bela-belain datang malam ini. Dia bisa lihat itu dari mata Aben yang kelihatan tidak senang.

"Apa?" tanya Gugi. "Kenapa nyari aku?"

Aben mendengus "Wow, lihat siapa ini," Aben bisa melihat Gugi yang masih mandi keringat karena habis main.

"Jangan buang-buang waktu!" kata Gugi.

Aben mengerutkan alisnya "Rupanya aku yang nggak tahu siapa kamu sebenernya, Gi!"

Gugi berdecak "Ada apa?" ulangnya.

"Jadi sebenarnya apa yang kamu lakuin sama Dyta?"

Gugi tersenyum tipis "Maksudnya?"

"Kamu jadian sama dia?"

"Yeah!" kata Gugi.

"Jangan main-main, Bego!" seru Aben. "Ini nggak lucu!"

"Aku juga nggak tahu dimana letak lucunya!" hardik Gugi, dia menyeringai.

"Aku nggak butuh basa-basi kamu, Gi!"

"Aku sudah jawab pertanyaan kamu. Aku jadian sama dia, so what?"

"Beneran?" tanya Aben. Karena dia nggak percaya apa yang dibilang Jay!

"Jadi, taruhan? Main-main?"

"Sialan!" dia mendekatkan tubuhnya dengan Gugi. "Apa kamu sama dia cuma main-main? Apa kalian pura-pura pacaran?"

"Oh!"

"Apa yang oh? Jangan sampe aku mukulin kamu, Gi!"

Gugi mendorong tubuh Aben dan menantangnya "Kamu pikir aku Willy yang nggak ngelawan di gebukin sama kamu? Aku bisa bikin kamu lebih dari itu!!" Gugi mengangkat dagunya "Masalah aku jadian sama Dyta, nggak ada urusannya sama kamu! Kamu pikir kamu masih ada urusan sama dia?"

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang