Part 16

7.7K 574 42
                                    

Willy keluar dari rumah sakit hari ini. Kedua sahabatnya telah mengurus administrasi, sedangkan dia menunggui di bangku panjang dekat pintu keluar bersama Ranti dan Kyora.

Kyora sudah diberitahu semuanya semalam. Dan dia marah sama Jay. Masih marah sampe siang ini. Namun, orang yang paling membuatnya marah jelas saja, Aben! Soal taruhan itu, dia marah kenapa Aben tega membohongi Dyta selama itu

"Yok," kata Jay setelah membereskan semuanya "Kamu nunggu yang lain?"

Willy menggeleng "Ayo, mana Aben?" tanya saat melihat Jay yang kembali seorang diri.

"Ke toilet sebentar. Ayo ke mobil, aku bantuin!"

Jay menoleh sebentar ke arah Kyora, cewek itu buang muka. Ranti yang memperhatikan itu tersenyum.

"Kamu beruntung Kyora cuma ngambek, Jay!" katanya sambil merangkul bahu Kyora untuk berjalan duluan ke mobil Aben.

Jay memapah Willy untuk berjalan keluar. Halaman luar rumah sakit ramai seperti biasa. Kendaraan lalu lalang, orang-orang bolak-balik masuk keluar. Belum lagi, suara sirine dari ambulans yang baru datang tampak membawa pasien.

Mereka berjalan ke tempat parkir dan masuk ke mobil Aben. Jay memegang kuncinya.

"Kamu nggak mau ikut aku, Kyo?" tanya Jay saat melihat Kyora ikut masuk ke mobil dan duduk di samping Ranti di bangku belakang.

"Sana kamu! Nggak ada yang mau pergi sama kamu!"

"Yah, kamu tega banget sama aku. Kamu nggak kangen aku, ya?"

"Udah sama Jay aja kamu, Kyo!" kata Willy.

"Tuh, Ranti aja nggak nyuekin Willy! Masa kamu tega ngeliat aku sendirian."

"Jay! Sana deh!"

"Udah, sana-sana!" kata Ranti.

Aben kembali dan berjalan cepat menuju mobilnya "Ada apa nih?"

"Si Jay maksa Kyora ikut sama dia!"

Aben memandangi Jay sambil tersenyum kecil. Ditepuknya bahu Jay pelan "Mungkin dia masih mau marahin aku," kata Aben. " Ya nggak, Kyo?"

"Sama aja kalian!" hujat Kyora.

"Udah, sana. Kecuali kamu mau duduk di depan sama Willy!"

Jay mengangkat tangannya "Oke, duluan sana,"

Aben masuk ke dalam mobil dan segera mengemudikannya keluar dari lapangan parkir Rumah Sakit Graham. Perjalanan menuju rumah William hanya ditemani suara berisik dari radio yang dihidupkan Willy. Tak ada yang berbicara, hanya sesekali Aben mengumpat pada pengendara lain yang berusaha menganggu lajurnya.

Mereka sampai dirumah Willy. Suasananya sepi, tak seperti biasa. Aben cepat keluar dan membantu Willy. Ranti berjalan lebih dulu untuk mengetok pintu. Pembantu Willy menyambut mereka di pintu.

"Loh, Mas Willy kenapa mukanya?" tanyanya dengan pandangan kaget.

"Jatuh. Mama mana, Bi?" tanyanya sambil berjalan masuk bersama Aben, disusul Ranti dan Kyora.

"Ibu pergi sama Bapak. Itu Mas Willy jatuh dimana sampe kayak gitu? kata Ibu Mas ke gunung kemaren. Mas jatuh dari gunung?"

Aben menghela nafas. Perasaan pembantu di rumahnya nggak seantusias ini sama orang dirumahnya "Iya, Bi." potongnya. "Tapi, dia sudah nggak papa."

"Jangan bilang mama ya, Bi kalo aku jatuh dari gunung."

"Willy," seru Ranti tak setuju untuk menyembunyikan ini dari orang tuanya.

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang