Part 9

7.1K 701 28
                                    

Sekretariat Guruga. Ini yang ketiga kalinya Dyta menyambangi tempat ini. Ruangannya besar, bahkan paling besar jika dibandingkan dengan ruang Unit Kegiatan Mahasiswa lainnya di kampus. Dyta memegang diktat kuliahnya erat, lalu dibukanya pintu.

Seketika semua orang menoleh kearahnya. Dyta segera mencari sosok Aben. Didapatinya cowok itu sedang duduk di pojokan, memejamkan mata sambil mendengarkan sesuatu dari earphonennya. Salah satu dari mereka memanggil Aben, namun Aben tak dengar. Maka Dyta berinisiatif dia saja yang mendatangi Aben. Ia melangkah masuk dan berjalan kearah Aben. Dilepasnya earphone di telinga Aben. Laki-laki itu seketika terkesiap dan sangat kaget mendapati Dyta di depannya.

"Oh, hai, Dyt."

Hai? Dyta membatin.

"Taruhan itu memang ada. Aku sudah tahu." tegas Dyta. Lalu dia balik badan memandangi semua orang dalam ruangan itu, mungkin ada sekitar sepuluh orang anggota Mapala. Kelihatannya mereka semua teman Aben.

"Kalian semua tahu, kan? Dua tahun lalu, Aben nembak cewek karena taruhan doang! Kalian saksinya kan?" Dyta balik menghadap Aben lagi.

Aben membeku di tempatnya berdiri. Dipandanginya semua teman-temannya di dalam situ, baru dia mendekati Dyta "Kamu ngomong apa sih?"tanyanya tetap kalem. "Siapa yang bilang?"

"Udah lah Ben. Aku sudah tahu, nggak usah ditutupin lagi!"

"Kita omongin ini di luar," tangan Aben menarik tangan Dyta keluar ruangan. Dibawanya Dyta sampai ke bawah pohon palem di dekat situ "Siapa yang bilang?" tanyanya lagi.

Dyta mendengus "Nggak penting siapa yang ngasih tahu aku. Fakta bahwa aku emang cuma taruhan waktu itu sudah cukup, Ben. Aku juga bego percaya aja sama kamu!"

"Dyt,"Aben menahan pergelangan tangan Dyta yang ingin dilepas gadis itu "Aku sayang kamu!"ujarnya.

"Udah Ben! Kita lebih baik.."

"Siapa yang bilang sama kamu? Willy? Jay?"

"Bener, kan? Memang bener ada kan taruhan itu. Willy dan Jay tau, tapi nggak mau ngasih tau ke aku!"

"Dyt, kita nggak hidup di dua tahun lalu!"

"Tapi, bagi aku itu penting!!" bentak Dyta. Disentaknya tangannya dalam pergelangan tangan Aben, hingga terlepas. "Kamu sudah bohongin aku! Dua tahun Aben!!!!"

"Ya ampun Dyt. Aku bisa jelasin itu semua!!!"

Dyta menela ludah, "Kita sebaiknya..."

"Terserah!" kata Aben sambil pergi dari depan Dyta.

Dyta ternganga. Bisa-bisanya dia ditinggal Aben. Dilihatnya arah laki-laki itu pergi. Langkahnya cepat dan panjang-panjang kearah fakultasnya sendiri.

Aben cepat berjalan ke kelas Willy. Dia sudah yakin siapa yang memberi tahu Dyta tentang hal ini. Didapatinya Willy sedang duduk seorang diri ditaman belakang kelas. Tak banyak orang disini, rata-rata yang nongkrong di taman belakang adalah para senior.

"Bilang apa kamu sama Dyta?" tanya Aben sambil mencengkram leher kemeja Willy.

Willy langsung menyentak tangan Aben sekali. Didorongnya badan Aben menjauh darinya. Dibikin gitu, Aben makin kesal. Disambarnya lagi kerah kemeja Willy dan langsung dipukulnya wajah Willy. Willy terhuyung sambil memegangi pipi sebelah kanannya. Beberapa orang mulai menonton, tanpa niat melerai keduanya. Prinsip mereka tak mau ikut campur masalah orang lain!

Melihat Willy masih berusaha mencari keseimbangan dirinya, Aben menerjangnya dengan pukulan di perut "Bilang apa kamu?" Aben bringas.

Willy hanya menyunggingkan senyum tipis, memancing marah Aben "Aku udah bilang, kalau aku sendiri yang akan bilang ke dia soal taruhan itu!!"

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang