Siang yang panas masih ditambah dengan suasana hiruk pikuk dalam sekretariat mahasiswa pecinta alam Universitas Mediatama. Mereka baru kembali dari kegiatan bulanan mereka. Ketua mereka, Adrian masih sibuk menginstruksikan pada anggotanya untuk mengecek perlengkapan yang mereka bawa sebelumnya dan yang ada sekarang, setelah mereka selesai kegiatan. Setelah semua anggota melaporkan semuanya lengkap, Adrian keluar. Tak lama setelah Adrian keluar, Aben melangkah masuk. Dia baru kembali dan mengurus surat ijin untuk kegiatan yang akan mereka selenggarakan seminggu lagi.
"Woi, Ben!" sapa teman-temannya yang baru selesai merapikan semua perlengkapan mereka ke dalam lemari. "Sayang banget kamu nggak ikut." tambahnya.
"Yeah, kalian pada nggak mau ngurusin ini. Maunya pada senang-senang!" kata Aben sambil duduk di kursi yang disusun melingkari meja besar di tengah ruangan. Sekretariat masih ramai.
"Si Voland jadian sama Maharani dipuncak!" lapor teman Aben yang lain.
Aben langsung melirik Voland yang duduk di ujung meja. Bocah itu mengangkat dua jarinya ke udara menyimbolkan 'V'
"Di puncak gunung? Ya iyalaaah," kata Aben.
"Kenapa emang?" tanya Willy yang duduk disamping Voland.
"Ya disitu kan pemandangannya bagus, sayang banget kalo nolak cowok disana. Rani juga mikir kali kalau mau nolak, kalo Voland lompat gimana?" kata Aben. Jay yang duduk di depannya mengeluarkan jempolnya untuk Aben. Beberapa orang disana ikut tertawa, termasuk Voland si subjek penderita!
"Nggak ada juga kali cewek yang nolak gue, kalo gue nembak di puncak gunung!" kata Aben. Dia membuka map yang dari tadi dianggurin dan mulai mengeceknya sekali lagi.
"Wah ni anak emang nggak bisa diajak kalem!" ujar Hasta. "Emang kamu pikir semua cewek di kampus ini mau sama kamu?" dia tertawa.
Aben mengangkat wajahnya "Ada yang nggak?" tanyanya. "Jangankan di puncak gunung, di depan kampus aja mereka nggak bakalan nolak kok!"
"Halah, sombong kamu! Buktiin! Kalau emang gitu, kenapa kamu nggak jadian sama Fera?"
"Iya, tuh cewek cuma kamu bawa-bawa aja. Itu buktinya kamu nggak PD bakal diterima Fera!"
"Aku nggak jadian sama Fera lantaran aku nggak suka sama dia!" Aben menutup mapnya. "Jadi, sekarang kalian mau apa?"
"Ayo kita taruhan!" kata Voland.
"Taruhan? Hari gini masih mau taruhan?" kata Uli yang dari tadi berdiri di belakang Jay. "C'mon guys, nggak keren banget!"
"Taruhan apa?" tantang Aben.
"Jadian sama anak kampus kita. Tapi, bukan Fera atau cewek-cewek yang sering kita lihat sama kamu." kata Voland.
"Kenapa jadi serius gini, sih?" tanya Jay. Dia memainkan gitarnya.
"Ah, kamu berisik amat, Jay!"
Aben menatap sekitar, ada dua belas orang teman-temannya yang tergabung dalam satu organisasi Mapala ini. Mereka tampak sangat antusias dengan taruhan ini.
"Trus, siapa?" tanyanya.
Voland dan yang lainnya tampak mikir serius. Siapa yang harus dijadikan umpan untuk Aben,
"Bentar!" kata Aben. Semua laki-laki disana menoleh. "Bukannya kita mesti sepakat dulu tentang prize dan punishmentnya?"
"Kamu serius, Ben? Ya ampun," kata Jay tak menyangka sahabatnya itu begitu tak mau kalah dan pantang sekali ditantang!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tukar Pacar
Romanzi rosa / ChickLitSekalipun mereka sudah sahabatan sejak SMA, ide untuk tukar pacar tetaplah menjadi ide yang tidak bisa diterima! Entah bagaimana Aben bisa memunculkan ide itu. Tukaran pacar sama pacar sahabat sendiri, itu malah lebih tidak bisa diterima! Mereka pik...