Part 2

15.2K 866 110
                                    

Changing partner telah disetujui semua orang. Ide Aben yang diangap gila dan berani ini, akhirnya akan dilanjutkan dengan peraturan yang nggak main-main pula. Semua yang mereka lakukan harus benar-benar seperti orang pacaran. Mereka menyusun peraturan agar tak ada komunikasi antara pacar masing-masing selama sebulan, kecuali saat genting dan sangat terpaksa. Tentu saja akan selalu ada dua orang yang menentang. Mereka tak lain dan tak bukan adalah duet Dyta dan Kyo. Namun, akhirnya mereka setuju lantaran keadaan pacar asli masih bisa ditanyakan ke pacar barunya. Tak ada juga pertemuan kecuali tak sengaja.

Sehari sebelum mereka resmi bertukar pasangan, mereka menghabiskan waktu dengan kekasih masing-masing. Willy mengajak Ranti ke kafe tempat mereka berdua biasa dinner.

"Besok jadinya, Wil." kata Ranti sambil memutar gelas latte dihadapnnya.

"Nyantai aja.Tapi, Ran kamu bilang apa ke Dyta sama Kyo sampe mereka setuju?"

"Mereka nggak boleh egois." kata Ranti. Ia menyesap minumannya sebentar.

Willy lalu berdiri dan pindah duduk. Dia mengambil posisi terdekat di sofa besar tepat disebelah Ranti. Ranti menggeser duduknya dan langsung menyenderkan kepalanya ke dada Willy. Detak jantung Willy sangat beraturan. Willy membelai kepala Ranti berkali-kali "Aku baru ngerasa ini benar-benar nggak masuk akal, Wil."

Willy mengehela nafas "Apa kita harus datangin Aben dan berentiin ini semua?" tanyanya. Ia juga mulai tak yakin.

Ranti menggeleng "Telat!" katanya. "Kamu baik baik sama Dyta ya." pesan Ranti.

"Tenang aja. Dia teman aku dari SMP, Ran." kata Willy sambil tertawa. "Kamu juga, Jay hahaha aku nggak tahu apa kamu sanggup sama tingkah nyelenehnya Jay." gantian Willy yang cemas tapi juga lucu baginya.

"Aku sayang kamu, William!" kata Ranti pelan.

Willy merapatkan pelukannya. Mereka diam, entah menikmati musik live yang sedang berlangsung dipojok ruangan atau cemas dengan kejadian esok yang masih misteri.

Sementara tak berbeda dengan suasana 'perpisahan' Ranti dan William, di tempat lain Kyo sedang ngambek parah pada Jay.

"Kan kamu masih bisa nanyain aku ke Ranti." kata Jay. Ia tampak santai sekali.

"Kamu kok tega sih Jay? Kenapa kamu masih sesantai ini juga?" Kyora mencak-mencak. Untunglah studio langganan sedang tak ada jadwal siang ini. Jadi acara mencak-mencaknya Kyora nggak akan jadi tontonan orang banyak.

Jay mengambil gitar yang berada di dekatnya"Kyora sayaaang..." panggil Jay. "Kamu yang terlalu nggak santai. Apa yang kamu takutin? Apa kelihatannya aku sama Ranti bakalan cocok? Aku malah khawatir kamu bakal kkepincut kegantengan Aben malah."

Mendengar itu, Kyo balik badan menghadap Jay yang sedari tadi dipunggunginya "Kita nggak pernah tahu, Jay!"

"Kamu juga nggak pernah tahu kan kalau nanti kamu beneran kepincut Aben!" Jay memetik gitar dengan kunci pasti. Jay benar!

Kyora beringsut mendekat ke Jay. Ia menatap Jay benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukannya. Jay meletakkan gitarnya dan memeluk Kyora. Diusapnya punggung Kyora yang mulai naik turun tak beraturan. Gadis itu menangis. Jay tersenyum tipis. Telah jatuh satu korban "Ya ampun... kenapa pake nangis segala. Kyo, aku nggak kemana-mana!"

"Tapi kamu juga nggak ada untuk aku." kata Kyo sambil sesenggukan. Dia juga tak salah. "Kamu sama orang lain! kalau Ranti nangis lantaran inget sama Willy, kamu bakal ngapain dia? Kamu peluk juga??" Kyora mengangkat wajahnya.

Jay tertawa melihat kulit kekasihnya sudah kemerahan ditambah poninya yang awut-awutan. " Jay???" seolah ia minta jawaban yang meyakinkan.

"Mungkin!" jawaban Jay membuat Kyo membenamkan lagi dirinya dalam pelukan Jay. Jay menggigit bibir bawahnya.

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang