Part 20

8.2K 550 46
                                    

Aben punya hari-hari yang benar-benar ingin dilupakan dalam hidupnya. Saat itu adalah saat dia ketahuan berbohong pada mamanya. Dia dimarahi Papanya habis-habisan, dan diacuhkan selama seminggu. Dia benci benar saat itu, saat dia masih kelas 4 Sekolah Dasar. Ada lagi hari yang dia ingin lupakan, hari dimana dia ikut membully salah satu anak di sekolahan. Dia bahkan tak tahu siapa nama adik tingkatnya itu. Yang dia ingat, saat itu dia ikut mukulin anak itu di belakang sekolah. Sampai akhirnya anak itu masuk rumah sakit, menerima beberapa jahitan karena luka robek dan dia pindah sekolah. Aben menyesal pernah melakukan itu.

Kenangan hampir kehilangan salah satu sahabatnya saat naik gunung juga coba disimpan dalam kotak paling hitam dalam hatinya. Bagaimana Jay begitu dekat dengan maut saat itu dan dia nggak bisa berbuat apa-apa selain memanggil nama Jay sambil meraung. Dia kehilangan Jay selama dua hari lantaran tali pengikat Jay putus saat mereka mendaki lereng.
Tubuh Jay terjatuh dalam belantara hutan dan mereka butuh tim SAR untuk membantu pencarian. Dia tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu di pos. Berdoa tanpa henti dan meraung saat dia ingat bagaimana dia dan Jay sudah berteman. Dua hari setelahnya, tubuh Jay ditemukan. Selamat! Sejak itu, Aben janji kalau dia yang akan menjaga Jay saat mereka naik gunung, apapun keadaannya!

Saat dia menghabisi Willy dan membuatnya harus masuk rumah sakit, dia ingin mengubur dirinya. Mengirim Willy ke rumah sakit dengan tangannya sendiri bahkan lebih buruk daripada saat putus dengan Dyta. Dia bajingan! Begitu berkuasanyakah dia berhak memukui Willy hingga dia diopname seminggu? Retak dan lebam, astaga, makhluk apa yang disimpan Aben dalam dirinya?

Namun, dia atas itu semua, diantara hari-hari yang ingin dilupakannya, dia tahu inilah yang paling ingin dilupakannya. Malam ini.

"Terima kasih kamu milih pergi!"

Dia tak pernah dilindas truk, atau ditabrak kereta barang, atau ditusuk pisau berkali-kali, namun mungkin rasanya akan sesakit saat ini. Saat tatapan Dyta menghujam dan kata-katanya lebih tajam dari belati. Dyta-nya, Dyta-nya yang dia bohongi, yang hanya dijadikan taruhan, yang diajak tukar pacar, satu-satunya pacar yang paling sering di tinggalnya pada malam minggu, saat orang lain memilih kencan. Dyta yang ini. Yang dia cintai sampai begini.

Namun, Dyta-nya ini juga yang membuat dia menjadi seperti ini. Membuatnya semenyedihkan ini. Semarah ini, separah sekarang. Dyta-nya yang ingin dia kembalikan ke sisinya. Yang ingin dia miliki sekali lagi, tak tahu bagaimana lagi. Cewek yang begitu keras kepala, namun begitu baik hati. Dia punya kekuatan itu, yang Aben pikir tak akan pernah bisa mematahkan kekuasaanya. Dyta yang ini. Yang dia cintai tanpa kompromi, sampai begini.

Dia tersenyum pada Dyta, gadis itu kaku. Mungkin takut, bingung dan ingin pergi juga dari sini. Dia hanya tak punya pilihan. Dyta-nya hanya tak ingin pergi dengannya lagi. Itu saja, masalahnya hanya itu. Dia nggak mau bersama Aben lagi.

"Sama-sama. Well... good bye." ujar Aben. Tenggorokannya terasa kering sekarang.

Good bye.

Dyta benci beberapa kejadian dalam hidupnya dan berharap dia bisa melewati hari itu. Melompatinya agar dia tak pernah punya kenangan menyakitkan untuk diingat. Dia benci saaat pertama dia masuk SMA, beberapa senior mengerjainya hingga dia punya nama khusus saat masa orientasi. Semua orang memanggilnya dengan nama panggilan itu sampai dia naik kelas XI, sialan. Betapa nama Dora sangat mengganggu. Dia bahkan nggak tahu dimana kemiripan dia dan anak yang selalu di temani teman monyetnya itu!

Dia benci saat Aben yang dia sukai, punya pacar di SMA. Dia ingin tak masuk sekolah daripada melihat Aben datang ke kelasnya, mojok di kelas dengan salah satu temannya. Dia bisa berada disana sepanjang istirahat, mengulanginya besok lagi dan lagi kecuali hari libur. Dia ingin menjambak temannya itu.

Tukar PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang